Peter pergi dalam keadaan marah, tanpa mau bertanya kepada Evan apa alasan sang pemimpin bisa langsung menyetujui tawaran sang jutawan tua bangka itu, sampai Evan harus melanggar janjinya sendiri serta janjinya kepada mendiang ayahnya dulu.
Evan lantas bangkit dari duduknya, ia berjalan keluar serta ingin mencari Peter untuk meluruskan kesalahpahaman yang telah terjadi di antara mereka berdua.
"Dasar Peter bodoh!! Sudah sekian lama bersamaku, kenapa masih belum bisa membaca pikiranku? Jangan sampai kamu bertindak gegabah yang akan membahayakan dirimu sendiri," gumam Evan yang sedang berjalan kearah mobilnya dan bergegas masuk ke dalam mobil.
Evan bergegas mengambil ponselnya di dalam saku jas, ia kemudian mencoba menghubungi nomer Peter. Tapi Evan hanya mendengar suara merdu dari operator voice mail saja, karena telepon Peter dimatikan dan sekarang ini ia tidak mau mengangkat panggilan telepon dari siapapun juga.
"Tambah kecepatan lagi," titah Evan kepada sang anak buah yang saat ini duduk di balik kursi kemudi.
"Fabrisio, cepat lacak keberadaan Peter saat ini," perintah Evan kepada sang anak buah yang duduk di bangku depan tepat di samping sang pengemudi.
"Baik, Tuan," ucap Fabrisio yang langsung melaksanakan perintah sang pimpinan.
Fabrisio lantas mengeluarkan ponselnya lalu mengutak-atiknya, ia adalah seorang hacker akan tetapi kemampuan Fabrisio masih belum ada apa-apanya dibanding dengan kepintaran Peter yang levelnya sudah mencapai taraf dewa.
"Tuan Peter sekarang berada di dekat gudang tempat para gadis disekap, tapi saya tidak melihat adanya pergerakan. Mungkin tuan Peter sedang mengamati situasi," lapor Fabrisio sambil menolehkan kepalanya menghadap ke arah Evan.
"Cepat susul kesana!"
Mobil Evan tancap gas, rasa khawatir pun seketika datang menyelimuti hati dan pikirannya. Ia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada Peter.
Di dalam mobil, Evan menyiapkan pistolnya. Bersiap untuk menyerang siapa saja yang berani mengusik dirinya, ia tidak takut kehilangan ratusan ribu bahkan jutaan dollar sekalipun demi Peter.
"Ada pergerakan dari tuan Peter, Tuan. Tuan Peter sedang berjalan mendekat ke arah gudang dan sepertinya akan segera menyerang," lapor Fabrisio sambil menatap ponselnya dan mengamati pergerakan Peter.
"Berapa lama lagi kita akan sampai ke sana?" tanya Evan.
"Beberapa menit lagi, kita sudah hampir sampai," jawab sang sopir.
Evan mengokang pistolnya, begitu pula Fabrisio yang terlihat menyimpan ponselnya dan menyiapkan pistolnya. Saat mobil Evan sudah mendekati gudang penyimpanan gadis-gadis yang akan diselundupkan, Evan melihat mobil Peter yang sedang di parkir di belakang pohon dan tempatnya sedikit tersembunyi.
Mobil Evan tepat berhenti di belakang mobil Peter.
"Fabrisio! Kau ikut aku, dan kamu tetap disini, panggil polisi dan arahkan ke tempat ini. Hari ini, aku ingin berbuat amal kepada pihak kepolisian dengan memberikan tangkapan yang bagus," perintah Evan yang langsung dilaksanakan oleh para anak buahnya.
Setelah itu, Evan lantas turun dari mobilnya dan berjalan dengan santainya sambil sesekali melepaskan tembakan ke arah anak buah sang jutawan yang melakukan perlawanan.
Evan dan Fabrisio segera masuk ke dalam gudang, tapi tenyata Peter tidak ada di dalam gudang. Yang terlihat hanyalah jeruji besi yang di setiap biliknya terisi puluhan gadis muda yang terlihat sangat ketakutan.
Para gadis itu terdiam, menatap ke arah Evan. Di dalam hati mereka kini bertanya-tanya, apakah Evan adalah orang yang akan menyelamatkan mereka? Ataukah Evan adalah kaki tangan sang jutawan yang berpihak dan mendukung kegiatan bisnis sang jutawan yang telah menculik mereka?
Suasana mendadak hening, Evan merasakan ada yang sedang tidak beres. Karena tidak mungkin sang jutawan begitu ceroboh dan hanya menempatkan sedikit orang untuk menjaga ladang emasnya.
Lalu .... Dimanakah Peter berada? Netra Evan tak jua menemukan keberadaan sang sahabat sejak ia masuk ke dalam gudang.
"Evan ... Evan ... Evan!! Ternyata sangat mudah sekali untuk membuatmu masuk ke dalam perangkapku," ucap sang jutawan yang tiba-tiba saja datang ke gudang dan di belakangnya diikuti banyak anak buahnya yang dipersenjatai lengkap.
Para anak buah sang jutawan kini semuanya menodongkan senjata ke arah Evan dan Fabrisio.
"Mana Peter?" tanya Evan kepada sang jutawan tanpa basa-basi.
Sang jutawan itu kemudian mendaratkan bokongnya di atas kursi yang sudah dipersiapkan oleh anak buahnya.
"Oh!! Jadi kamu mencari anak buah kesayanganmu? Sayangnya dia tidak berada di sini sekarang," jawab sang jutawan dengan senyum seringainya.
"Lalu, dimana dia? Dan apa maksudmu dengan menjebakku?" tanya Evan.
"Apa kamu sedang mencari ini?'' sang Jutawan itu menunjukkan ponsel milik Peter kepada Evan.
"Aku tidak menyangka, kalau menjebakmu itu ternyata sangatlah mudah. Aku hanya perlu menyuruh anak buahku untuk mencuri ponsel anak buah kesayanganmu dan ternyata aku berhasil memancingmu untuk datang kemari," imbuh sang jutawan.
"Aku tahu rencana busukmu! Kau dan Julian telah berkomplot untuk menghancurkanku, tapi sayangnya aku sudah terlebih dahulu mengendus rencana licikmu itu," tukas Evan.
Sang jutawan seketika tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan Evan, ia sudah merasa menang saat ini karena telah berhasil memancing Evan.
"Kalau kamu sudah tahu, lantas kenapa kamu masih bisa tertipu rencanaku? Bukan salah seorang pemburu, kalau seekor harimau sepertimu bisa masuk dengan mudahnya terperosok ke dalam jebakan pemburu sepertiku.
Ekspresi wajah Evan terlihat begitu tenang dan membiarkan sang jutawan tua bangka itu mengoceh untuk membanggakan dirinya sendiri. Lelaki berusia 50 tahun, yang selalu menghisap cerutu itu berpikir kalau dia sudah menang.
"Cepat katakan kepadaku! Berapa banyak uang yang Julian jejalkan ke mulutmu untuk menjebakku?" tanya Evan santai.
"Apa kamu mau jawaban jujur dariku?" sang jutawan bertanya balik kepada Evan yang langsung diangguki pelan oleh Evan.
"Julian memberiku uang setara dengan setengah nilai emas yang kau jarah dari Fellix, aku juga sudah mendengar kalau setengah emas yang kau jarah itu telah kau jual dan kau bagi-bagikan kepada orang-orang miskin, dan sebagian lagi masih kau simpan. Sebelum aku menghabisi nyawamu, cepat katakan kepadaku, dimana kau menyembunyikan sisa emas jarahanmu? Kau tidak akan pernah bisa menikmatinya setelah mati, jadi biarkan aku yang menikmati semua hartamu! Cepat katakan tempat kamu menyembunyikan emas dan hartamu," desak sang jutawan.
"Sebelum aku katakan dimana aku menyembunyikannya, aku ingin melakukan satu hal dulu," ucap Evan.
Evan langsung menodongkan pistolnya ke kepala Fabrisio, tanpa ragu-ragu lagi sang pimpinan Cosa Nostra itu menembak kepala Fabrisio hingga anak buahnya itu tewas seketika dengan kepala yang setengah hancur dan mencipratkan darah ke wajah Evan.
Darah Fabrisio mulai mengalir dan menggenangi lantai di gudang dan suara jerit ketakutan para gadis tawanan terdengar menggema di setiap sudut gudang, sangat memekakkan telinga. Sang jutawan itu pun merasa sangat terganggu oleh jeritan para gadis, lelaki itu itu lantas mengokang pistolnya dan melepaskan tembakan ke langit-langit gudang kosong miliknya.
"DIIIIIAAAAMMMMM!!!!" Sang jutawan tua bangka itu berteriak kencang yang sontak membuat ratusan gadis tawanannya seketika terdiam dan saling berpelukan satu sama lainnya.
Lalu ... kenapa Evan malah menembak mati Fabrisio? Bukankah Fabrisio adalah anak buahnya? Apakah Evan sudah tidak waras, karena sudah dengan tega menghabisi nyawa anak buahnya?
Evan lantas mengelap sepatunya yang kotor karena terkena cipratan darah itu ke baju Fabrisio, Ia menggesek-gesekkan sepatunya hingga noda darah pada sepatunya itu benar-benar bersih.
"Aku sangat membenci pengkhianat! Kamu pikir bisa dengan mudahnya mengelabuiku, setelah kamu menyuap anak buahku dan menjadikannya mata-mata untuk mengawasiku? Tidak semudah itu!! Aku tidak sebodoh yang kamu pikirkan," ucap Evan.
"Hei tua bangka!! Perlu kamu tahu, kalau seorang pimpinan harimau akan masuk secara sukarela ke dalam jebakan untuk menjebak sang pemburu. Dan di saat sang pemburu sudah merasa kalau dia sudah menang dan lengah, barulah kawanan harimau itu bergerak menyerang sang pemburu," ujar Evan sambil tersenyum menyeringai.
Sang jutawan sombong itu masih mengira semuanya masih baik-baik saja dan rencananya berjalan lancar, tapi ia sendiri lupa kalau sedang berhadapan dengan Evan, sang pimpinan mafia terkejam dan tercerdas di Italia.
Sang jutawan itu lantas berdiri dari tempat duduknya, ia kemudian membidik kepala Evan dengan pistolnya. "Cepat katakan kepadaku dimana kau simpan harta dan emas-emas milik Fellix yang kau jarah!!"
"Aku tidak akan pernah memberitahumu!!"
"Kalau begitu, bersiaplah untuk mati di tanganku! Beritahu aku kalau rasanya sakit," ujar sang jutawan seraya bersiap untuk menembak Evan.
"Hei bodoh!! Kau yang harus memberitahuku," teriak Peter dari arah belakang sambil menembaki anak buah sang jutawan sampai tewas diikuti oleh anak buahnya yang juga menghujani anak buah sang jutawan dengan peluru.
To be continued.