Chereads / I'll Kill You With My Love / Chapter 15 - Bab 15. Menentang Julian.

Chapter 15 - Bab 15. Menentang Julian.

Semua anak buah sang jutawan sudah tewas dan bergelimpangan di atas lantai, kini hanya menyisakan sang jutawan saja yang terlihat ketakutan dengan kaki dan tubuh bergetar.

"Kerja bagus Peter," puji Evan.

"Terima kasih karena telah membuatku terlihat sangat keren," timpal Peter dengan penuh kesombongan.

"Kamu selalu berpikir kalau otakmu paling pintar, tapi kamu tidak pernah tahu kalau otakku dan otak Peter jaauuh lebih pintar dari yang kamu pikirkan. Kamu jangan pernah bermimpi untuk bisa menjebakku, Alfred!!" Evan menodongkan pistolnya ke kepala sang jutawan dan membuat lutut sang jutawan sombong itu lemas hingga jatuh bersimpuh di atas tanah serta memeluk kaki Evan.

"Ampuni aku!! Tolong jangan bunuh aku, ini semua adalah rencana Julian yang ingin menghancurkanmu. Julian lah yang mengajakku bekerja sama untuk menjebakmu," aku Alfred, serta memohon pengampunan Evan.

"Peter!! Hukuman apa yang harus kita berikan kepada penjahat yang sudah melakukan bisnis prostitusi ilegal seperti dia?" tanya Evan yang masih menodongkan pistol ke kepala botak Alfred.

Peter berjongkok menatap wajah ketakutan sang jutawan itu. "Bagaimana kalau kita potong alat kelaminnya saja? Supaya si tua bangka ini tidak bisa berkembang biak, supaya dia merasakan penderitaan yang dirasakan oleh semua wanita yang telah ia perjual belikan," usulnya asal.

"Tidak! Tolong jangan lakukan itu kepadaku, tolong kasihanilah aku. Aku janji tidak akan melakukan bisnis prostitusi ataupun mengganggu kehidupanmu lagi," pinta Alfred dengan wajah memelas.

Peter memandang wajah Evan. "Tapi ... terserah kamu sajalah, Evan. Toh! Kalau bukan mati di tanganmu, pasti si tua bangka ini akan mati karena panggilan Tuhan."

Evan lantas menatap dingin ke arah sang jutawan, sorot matanya sangat tajam dan begitu kejam. Rasa belas kasih di dalam hatinya sudah lama punah, apa lagi kalau menyangkut nama Julian, Evan tidak akan pernah mengampuni siapa pun jika orang itu mempunyai hubungan dengan Julian–musuh bebuyutannya itu.

Rahang Evan mengeras, jari tangannya sudah sudah bersiap untuk menarik pelatuk. "Peter, minggir!!"

Peter pun akhirnya menyingkir, ia memalingkan wajahnya dan tidak mau melihat sang tua bangka pendosa yang sangat ia benci itu.

DOOORRR!!!

Peluru berdesing menembus otak sang jutawan, tubuh sang jutawan itu pun terjatuh dangan posisi tengkurap dan mata yang terbuka. Darah sang jutawan itu dengan cepat menggenangi lantai gudang, semua gadis tawanan sang jutawan itu ada beberapa yang sampai jatuh pingsan karena tidak kuat melihat pembunuhan yang terjadi di depan mata mereka.

"Apa kamu harus bertindak sejauh ini, Evan?" tanya Peter.

"Iya!! Bukankah aku sudah bilang, aku akan menghabisi semua orang yang mempunyai hubungan dengan Julian, tanpa terkecuali," jawab Evan dingin.

Peter hanya bisa pasrah, ia tidak bisa menghalangi kehendak Evan yang sudah dibutakan oleh dendam. Satu per satu orang yang mempunyai hubungan dengan Julian, serta yang terlibat dalam pembunuhan Rhea mulai diburu oleh Evan.

"Cepat bebaskan gadis-gadis itu dan kita harus secepatnya pergi dari sini sebelum polisi datang," titah Evan yang langsung dilaksanakan oleh Peter.

Peter beserta anak buahnya bergerak cepat untuk membebaskan para gadis dari sangkar, karena tidak menemukan kunci untuk membuka gembok, akhirnya Peter mengambil inisiatif untuk menembaki gembok hingga benar-benar bisa terbuka dan tawanan pun akhirnya bisa bebas.

"Ayo!! Kita pergi dari sini, polisi sebentar lagi akan datang. Jangan sampai kita tertangkap," seru Evan menyuruh semua anak buahnya untuk pergi.

Evan, Peter dan semua anak buahnya berlarian menuju ke mobil dan segera pergi meninggalkan gudang. Benar saja, di sepersekian detik berikutnya, sirine mobil polisi terdengar meraung-raung bergerak menuju ke gudang, banyak mobil polisi berdatangan ke area gudang dan menyisir semua area untuk menangkap para pelaku kejahatan.

Namun sayangnya, mereka hanya bisa menangkap anak buah Alfred saja tanpa bisa menangkap sang pemimpin yang sudah terlebih dahulu dihabisi oleh Evan dan anak buahnya. Para tawanan pun berhasil diangkut dan diamankan oleh pihak kepolisian, mereka nantinya akan dipulangkan oleh pihak pemerintah ke negaranya masing-masing.

Sekali lagi, rencana Evan dan Peter pun berhasil. Sang jutawan kini telah tewas, yang artinya salah satu bisnis Julian berhasil dilumpuhkan. Namun, apa yang akan dilakukan oleh Julian? Tidak mungkin ia hanya diam begitu saja setelah semua yang Evan perbuat.

****

Kediaman klan Zeus ....

"Dasar berengsek!!! Aku akan membunuhmu, Evan!! Aku akan menghancurkanmu, sama seperti kau yang telah melumpuhkan sebagian bisnisku!! Aku tidak akan tinggal diam!! Aku akan membalas semua perbuatanmu kepadaku," ujar Julian yang sedang mengamuk dengan memecahkan semua barang pecah belah miliknya.

Julian meremas rambutnya, ia kini terduduk lemas di atas kursi singgasananya.

Salah satu anak buah Julian datang mendekati sang bos yang sedang sakit kepala dan terlihat tengah memijat pelipisnya. Kini ia sudah tidak lagi sesantai dulu saat Fellix masih bersamanya, pekerjaan Julian semakin hari terasa semakin berat karena tidak ada lagi yang membantunya.

Sang anak buah memberikan sesuatu yang seperti dokumen kepada Julian, dan ekspresi wajah Julian tampak sangat marah setelah membacanya. Lalu ... dokumen apakah itu? Kenapa Julian bisa sampai semarah itu setelah membacanya? Apakah itu laporan tentang Evan atau tentang apa?

Dalam keadaan marah, Julian berjalan menaiki tangga ke lantai 2. Ia menggedor pintu kamar Iris seperti orang yang sedang kesetanan.

"Iris!! Cepat, buka pintunya!!"

Pintu terbuka, tanpa berbasa-basi Julian langsung masuk ke dalam kamar adiknya yang bernuansa serba putih dan terlihat sangat rapih dengan barang-barang yang tertata sangat aestetik.

"Ada apa, Kak? Kenapa wajah kakak terlihat seperti itu?" tanya Iris bingung.

"Iris!! Bukankah kakak menyuruhmu untuk menjadi seorang pengacara!! Bukannya seorang Jaksa!! Apa kamu sudah gila, hah?! Apa suatu hari nanti, kamu akan menangkap kakakmu ini dan menjebloskanku ke dalam penjara? Apa suatu hari nanti kamu mau akan menuntut kakakmu ini dengan hukuman mati? Pakai otak kamu, Iris,'' hardik Julian emosi.

"Bu–bukan, Kak!! Iris tidak akan pernah melakukan hal seperti kepada kak Julian, bukankah kak Julian tahu sendiri kalau impian Iris dari kecil adalah menjadi seorang jaksa? Bukannya seorang pengacara, Kak."

"Kakakmu ini adalah seorang mafia yang tidak segan-segan membunuh orang, aku juga melakukan bisnis ilegal, penyelundupan heroin, senjata. Dan kamu malah memilih menjadi seorang jaksa yang bertugas untuk menegakkan hukum," bentak Julian.

"Mumpung masih ada waktu, kamu tulis saja surat pengunduran diri. Dan kamu bisa mulai bergabung ke firma hukum milik teman kakak, " titah Julian mencoba untuk bersikap lembut.

"Tidak!! Keputusanku sudah benar-benar bulat dan hari ini juga, aku akan pergi ke apartemen papa dan akan tinggal di sana," kukuh Iris.

"Iris!! Jangan buat kakak marah!! Cepat lakukan semua yang kakak perintahkan dan jangan pernah membantah kata-kata kakak!!"

Iris menghela napas berat dan tidak mengindahkan perintah Julian, ia malah kembali melanjutkan memasukkan pakaian ke dalam koper serta beberapa buku hukum ke dalam koper berukuran besar.

Darah Julian bertambah mendidih, rahangnya mengeras dan kini netranya sedang menatap tajam ke arah Iris.

Julian yang kini sedang dikuasai emosi langsung membalikkan tubuh Iris, tangannya kini mencengkeram kuat leher jenjang adiknya. Tangan Iris mencoba untuk melepaskan cengkeraman tangan sang kakak dari lehernya, tapi sayang tenaganya kalah besar dengan tenaga Julian.

Napas Iris pun semakin berat, kulit wajahnya yang putih pucat kini perlahan memerah. Sepertinya Julian hendak membunuh adiknya karena telah berani menentang perintahnya.

"Kak!! Kak Ju–lian, le–pas!!"

Julian bergeming, apakah Julian benar-benar akan membunuh Iris????

To be continued.