"Iya ngga apa- apa Rul.. Bukan salah lu.. Kan lu ga tau masalah itu" ujarku santai.
"Tetap saja gue ga enak sama lu Vit, membuat lu teringat masa lalu yang menyedihkan.. Maaf ya Vit" ujarnya dengan muka menyesal.
"Iya ga apa- apa.. Wah udah jam setengah enam pagi aja. Ga kerasa ya deep talk begini menghabiskan waktu. By the way.. Gue boleh tau ga.. Lu kerja di bidang apa? Terus lu sebenarnya status lu gimana? Masih single atau udah punya pacar atau bahkan udah nikah?" tanyaku kepada Syahrul.
"Tau perusahaan Menara Otomotiva Bintang Indonesia atau MOBI?" tanya Syahrul kepadaku.
"Perusahaan yang mengimport mobil- mobil mewah dan sekarang merambah di pembuatan mobil listrik ya?" tanyaku kepadanya.
"Iya betul.. Perusahaan itu milikku.. Sedangkan statusku in open relationship" ujarnya.
"Wow.. Itu perusahaan yang berdiri sudah hampir 30 tahun dan menguasai banyak industri dan banyak anak perusahaan bukan?" tanyaku meyakinkan diri bahwa perusahaan yang dimaksud memang perusahaan yang dimiliki Syahrul.
"Iya 100 persen buat Vita.."
"Tapi.. Bukankah itu perusahaan milik asing? Milik orang Jerman, Jan Moritz Muller? Kok kamu ngaku- ngaku punya perusahaan itu."
"Aku memang orang Jerman blasteran Indonesia. Papaku orang Jerman, menikah 4 kali, istri pertama mandul, saat ekspansi ke Indonesia ia menikah lagi diam- diam dengan mamaku, Tina Gunawan, hingga akhirnya ketahuan Anna, istri pertama papa. Akhirnya papa kembali ke Jerman, namun saat mengetahui mamaku hamil diriku setelah menikah dengan papa selama 3 bulan, ia memutuskan menceraikan Anna dan terus setia dengan mama hingga mama meninggal karena kanker leher rahim." ujar Syahrul menjelaskan.
"Sebentar.. Bukannya Jan Muller itu di wiki dibilang hanya menikah dengan 3 istri, Anna Hofmann, Park Miho dan Beatrice. Nama mamamu tidak disebut. Dan disini dibilang Jan Muller punya satu anak dari Miho namanya Harold bukan Syahrul. Kamu bohong ya?" ujarku masih ga percaya bahwa Syahrul anak dari Jan Moritz Muller sembari membaca profilnya di Google.
"Itu aku dan papa yang minta hapus.. Agar aku bisa hidup aman dan tanpa diincar banyak orang jahat. Namaku di akte adalah Syahrul Gunawan Muller tapi saat pindah kewarganegaraan mengikuti warganegara papa namaku berganti menjadi Harold G. Muller. Kalau kamu baca di google, anak dari papa namanya Harold dan dibilang sudah meninggal bukan? Begini ceritanya. Park Miho yang tidak pernah punya anak karena saat papa menikahinya di umurku 12 tahun ia sudah vasektomi. Tapi Park Miho tidak lama umur pernikahannya dengan papa, karena ia ditembak pembunuh bayaran yang meledakan mobil yang ditumpangi dia dan seorang ponakannya, anak dari almarhum kakaknya Miho yang ikut dengan papaku dan Miho. Ponakannya itu ikut tinggal bersama Miho dan papa hingga kematian mengenaskan Park Miho dan ponakannya yang memisahkan mereka dari papa. Namanya dari ponakan Park Miho juga Harold, walau nama panjangnya Harold Lee Park. Tapi untuk melindungiku, Harold dikuburkan memakai namaku. Aku sendiri yang sejak umur 7 tahun tinggal di Indonesia dan dirawat kakek nenekku, terlindung dari kejahatan- kejahatan saingan papa. Apalagi kamu tahu, selain mobil komersil, papa juga membuat mobil tempur dengan spesifikasi mengerikan yang merupakan mobil tempur paling aman dan paling canggih." ujar Syahrul panjang lebar."
"Oh.. Masa si? Kalau benar begitu, gila juga ya cerita kehidupan tentangmu.. Ada foto atau video yang membuktikan kalau kamu emang anaknya Jan Moritz ga? Terus Beatrice yang kamu bilang.. Bukannya ia hanya beda umur 5 tahun darimu ya? Kok bisa papamu memilih mama yang ga jauh beda umurnya dengan kamu?" tanyaku dengan rasa penasaran yang tinggi.
"Kamu buka folder 'family' diponselku.. Disitu ada foto dan video lama saat aku wisuda smp dan sma yang masing- masing aku jalani 2 tahun karena kelas akselerasi, semuanya ada papa. Lalu, ada foto saat papaku merayakan ulangtahun ke 50 saat aku berusia 12 tahun bersama aku dan kakek nenekku, perayaan ulangtahun ku ke 12, 13, 14, 15 dan 16 bersama papa dan dan kakek nenekku serta, perayaan ulangtahun papa tahun ini yang ke 60 di Hamburg bersama aku dan Beatrice." ujarnya memintaku melihat isi folder foto yang Syahrul masuk.
"Iya.. Kamu memang terus bersama Jan moritz.." ujarku mulai yakin dengan perkataannya sembari melihat- lihat isi folder 'family' diponselku.
"Good.. Sekarang kamu percaya?" tanya Syahrul kepadaku.
"Oke.. Aku percaya" jawabku setelah hampir 15 menit aku melihat puluhan foto dan video Syahrul bersama papa dan keluarganya.
"Sekarang giliran lu.. Lu kerja apa? Status lu apa?" tanya Syahrul.
"Gue? Gue pengangguran. Status gue istri kedua seorang pengusaha di Indonesia."
"Wow.. Mama muda ya? Beruntung sekali gue bisa mencicipi tubuh lu.." reaksi absurd penuh kebahagiaan dari Syahrul mendengar status percintaanku sudah menikah.
"Kok senang?" tanyaku padanya.
"Gue punya kesukaan preferensi wanita yang lebih tua atau istri orang.. Sejak mencicipi perempuan untuk pertama kali dengan Alexis Fawk, gue selalu lebih memilih milf atau wanita sudah menikah. gue kira lu masih singel, karena jujur kalau untuk wanita singel lu adalah perempuan pertama yang membuat gue puas secara seksual. Tapi rupanya lu sudah menikah, jadi bisa dibilang, wanita belum menikah tidak pernah memuaskan gue sampai sekarang. Bahkan ketiga pacar gue semua berstatus istri orang." ujarnya menjelaskan.
"Tiga pacarmu? Kamu punya tiga pacar semua istri orang? Wow? Aku jadi pingin tahu ketiga pacarmu itu seperti apa.." ujarku ga menyangka dengan hidup Syahrul yang seliar diriku bahkan lebih liar.
"Ya.. Tiga pacar gue semua istri orang, yaitu mama tiri gue, sepupu gue si Patricia dan Helena Kho direktur MOBI cabang Indonesia yang baru menjabat 2 tahun atau sejak dia pacaran ma gue" ujar Syahrul memberitahu siapa saja pacar dirinya.
"Gila! Incest dong! Emak lu sendiri sama sepupu lu, lu embat juga!" ujar aku kaget.
"Hei.. Both of them not blood related dengan gue.. Jadi bukan incest! Lagian papaku sudah ga kuat untuk berhubungan intim sejak kena stroke 4 tahun lalu, jadi wajar gue menggantikan 'posisinya' untuk memuaskan Beatrice sejak 2 tahun lalu. Apalagi 3 tahun lalu Beatrice sempat diceraikan oleh papa karena ketahuan selingkuh, namun akhirnya ia kembali menikah dengan papa 1 tahun lalu karena selama 2 tahun sudah bercerai ia masih melayani merawat papaku yang sakit- sakitan akhirnya mereka memutuskan rujuk walau dengan syarat tidak akan mendapat warisan kalau papa meninggal" Ujar Syahrul memberikan argumen membantah pernyataanku.
"Hmmm.. Iya juga ya.. Tapi gue jujur ya.. Gue suka banget sama lu dari pertama kali ketemu.. Gue kaya ketemu seseorang yang sefrekuensi, dan ternyata bener lu emang sefrekuensi sama gue, bagaimana kalau kita menjadi friend with benefit?" Aku langsung mengatakan apa yang ada di hatiku.
"Ga ah.. Gimana kalau kita pacaran secara open relationship aja? Gue yakin selain suami lu pasti punya pacar kan?" ujar Syahrul menolak ajakan untuk menjalin hubungan 'friend with benefit' denganku dan malah menyarankan hubungan 'open relationship'.
"Hmmm... Idemu boleh juga.. Oke.. Kamu jadi pacar ke 3 aku ya.. Deal?" tanyaku kepadanya.
"Deal.. Dan kamu jadi pacar ke 4 ku.." ujarnya lalu berkata "Sekarang kita sudah resmi pacaran, dan jam sudah menunjukan pukul 7 pagi.. Bagaimana kalau kita breakfast di restoran sebagai kencan pertama?"
"Oke sayangku.. Aku pakai baju dulu ya.." ujarku sembari memakai pakaianku kembali.
"Oke.." jawabnya sembari beranjak dari ranjang lalu memakai kembali pakaiannya.
‐-------
"Kamu jadi mau aku antar sayangku?" tanya Syahrul kepadaku setelah selesai menyantap sarapan pagi di restoran hotel bersamaku sejak sejam yang lalu.
"Harus.. Kan kamu sudah janji.." jawabku.
"Oke.. Gue ga mandi ya.. Lu mau gue anter kemana?" tanya Syahrul kepadaku.
"Balik ke apartemen gue.. Biar kalau lu kangen bisa main ke sana langsung.. Tapi, kabarin dulu ya.. Biar ga bentrok sama suami atau pacar gue yang lain.. Iya gue juga males mandi dan mager ke atas,lagian semua barang gue udah gue bawa, gue tunggu disini aja ya.. Lu ambil kunci mobil lu aja, abis itu jemput gue disini " ujarku kepadanya.
"Oke.. Gue ambil kunci ya Yang.. Bentar ya, palingan 10menit gue balik ke sini lagi." ujarnya sembari meninggalkanku untuk mengambil kunci di kamar 2303 tempat semalam kami memadu kasih.
‐-------
"Makasih ya sayang sudah mengantar aku sampai ke apartemenku. Kamu yakin ga mau mampir dulu ke atas?" tanyaku menawarkan untuk bertamu ke unit apartemenku sembari masih duduk di jok depan penumpang dalam ferrari SF90 Stradale merah keluaran pertengahan tahun 2021 yang dimiliki oleh pacar baruku, Syahrul.
"Lain kali aja sayangku.. Aku mau istirahat dulu.. Nanti siang aku mesti ke kantor cabang ada urusan bisnis." ujarnya menolak.
"Kamu kalau sempat kabari aku kalau sudah sampai hotel.. Oke?" pintaku kepadanya.
"Oke.. Aku akan kabari" ujarnya.
Aku berciuman mesra dengannya sebagai ciuman berpamitan, setelah itu aku keluar dari ferrari merahnya dan berdiri di depan lobi apartemen hingga mobil tehnologi plug in hybrid pertama buatan Ferrari yang masuk ke Indonesia itu menghilang dari pandanganku.
Hari ini aku merencanakan untuk seharian beristirahat karena sejak kemarin sore hingga pagi dini hari di kuras tenaganya oleh dua pria dan masing- masing 2 ronde. Setelah selesai mandi membersihkan diri dan membuat badan lebih rileks aku segera merebahkan diri ke ranjang kesayanganku, dan tidak sampai beberapa detik aku sudah tertidur pulas masuk ke alam mimpi.
‐-------
Aku terbangun pagi itu dengan badan yang sudah sangat segar dan mood yang bagus. Arloji canggih di tanganku menunjukan pukul lima kurang 10 menit. Aku segera beranjak pergi ke kamar mandi dan membasuh diriku agar menjadi bersih serta bersemangat. Selepas aku mandi, aku segera merapihkan berkas dokumen- dokumen yang aku akan bawa untuk panggilan wawancara dari RSUD di Cikarang dengan masih bertelanjang bulat dan hanya mengenakan handuk warna merah muda yang menutupi payudara hingga seperlima atas daerah pahaku.
Setelah merapihkan semua berkas dokumen yang harus aku bawa ke dalam tas ransel anti hujanku, aku segera memakai baju yang rapih dan sopan. Pagi itu aku memakai kemeja coklat lengan panjang dan rok panjang hingga mata kaki berwarna hitam agar mengesankan wanita baik- baik, rapih dan sopan.
Jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi, karena aku tahu daerah rsud Cikarang daerah macet sehingga aku segera bergegas untuk berangkat menuju RSUD Cikarang. Karena menurut Anton sulit parkir di rumah sakit itu aku memutuskan untuk naik kereta api komuter.
Aku naik ojek online dari apartemen hingga stasiun kereta terdekat yang berjarak sekitar 3 kilometer dari apartemenku dan memerlukan waktu tempuh sekitar 10 sampai 15 menit. Setelah itu dari stasiun dekat Apartemen aku naik komuter yang melewati 6 stasiun sebelum sampai ke stasiun pemberhentianku, dan sesuai arahan Anton aku akan naik angkotan umum untuk menuju RSUD yang berjarak sekitar 5 kilometer dari Stasiun.
Total waktu yang aku tempuh untuk menuju RSUD adalah 60 hingga 90 menit. Karena aku berangkat cukup pagi maka hari ini aku hanya memerlukan 75 menit hingga sampai ke gerbang RSUD. Memang cukup memakan waktu, namun uang transport yang aku keluarkan tidak sampai 25 ribu sehingga maksimal sebulan apabila aku masuk 28 hari pun uang yang aku keluarkan tidak sampai lebih dari satu juta lima ratus ribu rupiah.
Aku perlu memikirkan biaya transpor karena penghasilanku sebulan di RSUD hanya empat juta sembilan ratus ribu walau belum termasuk uang jasa medis dan uang jaga malam. Karena sisa uang yang aku terima dikurangi uang transport hanya tiga jutaan lebih sedikit, padahal uang biaya pemeliharaan apartemen perbulan disertai uang listrik dan uang air bisa sampai 1.5 jutaan. Berarti uang aku untuk makan minum dan bersenang- senang hanya 2 jutaan kurang, yang artinya aku harus sangat berhemat.
Saat ini aku memang punya uang simpanan cukup banyak, dan Edi sebagai suami juga punya penghasilan berlebih. Namun pengalaman hidupku sebagai anak yatim diusia remaja membuatku lebih hati- hati dalam mengelola uang penghasilan dari aku bekerja dan meyakini bahwa aku harus selalu punya dana darurat dan uang tabungan yang cukup untuk aku hidup selama 2-3 tahun dengan logika apabila ada suatu masalah atau ketidak stabilan dalam perekonomian pribadiku aku masih ada waktu untuk melakukan perbaikan minimal selama 2 tahun.
Waktu sudah menunjukan pukul 8.30 pagi, aku sempat minum kopi dan makan roti terlebih dahulu sebelum aku naik ke lantai 7 RSUD yang merupakan lantai khusus manajerial RS. Aku duduk menunggu diruang tunggu bagian SDM sesuai arahan dari bu Entin saat aku menghadap ke ruangan sekitar seperempat jam yang lalu.
Setelah hampir setengah jam aku menunggu, tepat jam 9 bu Entin menemuiku di ruang tunggu bagian SDM.
"Bu Vita.. Diminta menghadap ke ruangan Pak Firdaus sekarang" ujarnya sembari menungguku berdiri untuk mengantarku ke tempat ruangan kepala SDM RS, yaitu pak Firdaus.
"Baik bu" ujarku sembari bangun dari tempatku duduk dan mengikuti bu Entin berjalan menuju ruangan pak Firdaus.
Tok.. Tok.. Tok.. Suara pintu ruangan pak Firdaus diketuk dari luar oleh bu Entin.
"Masuk" ujar suara tegas dan menggelegar seorang pria dari dalam ruangan yang akan kami masuki.
"Permisi pak, ini Nur Vita Rusadi, salah satu kandidat calon perawat yang melamar di RSUD kita" ujar bu Entin sembari masuk ke dalam kantor ke dalam ruangan pak Firdaus sembari memperkenalkan diriku.
"Silahkan duduk dek" ujar laki- laki kurus dengan tinggi sekitar 170cm dengan muka kotak memakai baju safari coklat dengan papan nama didada bertulis 'Firdaus' dan peci hitam mempersilahkan aku duduk.
"Terimakasih pak" ujarku sembari duduk ditempat yang telah disediakan.
"Saya tinggal dulu ya bu" ujar bu Entin hendak meninggalkan ruangan.
"Iya bu, terimakasih ya." ujarku kepada bu Entin sebelum ia meninggalkan saya dengan pak Firdaus.
"Mbak Vita.. Saya sudah baca surat lamaran kamu, dan juga 'curriculum vitae' milikmu, isi dari CV kamu sangat menarik dan baik, namun ada sesuatu yang mengganjal" ujar pak Firdaus dengan nada datar dan dingin sembari menatap tajam kepadaku.
Dia terdiam sekitar beberapa menit sembari menatap wajahku dalam- dalam seakan- akan seperti mencoba membaca sesuatu dari wajahku lalu mulai melanjutkan pembicaraannya "Alasan kamu keluar dari Tunggal Hospital kenapa ya?"
"Saya merasa potensi saya kurang berkembang disana, kesempatan yang saya dapatkan dalam mengembangkan diri tidak seterbuka teman- teman lainnya." ujarku memberi alasan seprofesional mungkin.
"Bagus sekali jawabanmu.. Hahahaha" ujar Firdaus sembari berdiri meninggalkan sofa kerjanya dan melepaskan pecinya sehingga memperlihatkan rambut bergelombangnya.
Ia berjalan mendekatiku hingga berdiri persis dibelakangku, kedua telapak tangannya memegang kedua sisi bahuku dari belakang lalu mendekatkan kepalanya ke telinga kananku dan berkata agak berbisik "Saya kenal dekat Pak Anto di instalasi bedah sentral dan Bu Andini dari komite perawatan Tunggal Hospital"
Aku mendengar itu langsung pucat, namun tetap berusaha tenang dan tidak memperlihatkan reaksi terkejut karena belum tentu ia tahu kasus kenapa aku keluar dari Tunggal Hospital lalu berkata singkat "Oh bapak kenal, lalu kenapa?"
Dia memijat- mijat lembut kedua sisi bahuku, sebenarnya aku agak risih, tapi aku membiarkan saja sembari ingin tahu arah 'permainan' si Firdaus. Firdaus saat bertama bertatap muka aku memberi penilaian awal sepertinya dia seseorang yang taat beragama namun dari apa yang dilakukannya sekarang sepertinya aku salah dengan penilaian awalku, ia hanya laki- laki mesum yang berpakaian dan bergaya agamais untuk menutupi sifat aslinya.
"Kamu ga usah menutupi apa yang terjadi disana.. Apa yang kamu lakukan itu di tunggal hospital sangat tidak beretika dan salah.. Seharusnya, kami pun tidak ingin menerima perawat dengan rekam jejak seperti itu. Tapi saya orang yang bijak dan baik hati, saya akan bantu menerimamu asalkan.." ujarnya mulai mengintimidasiku sembari menunjukan sikap bahwa ia tahu apa yang terjadi di Tunggal Hospital sembari mengelus- elus dan memijat- mijat kedua lengan atas dan bawahku dengan ledua tangannya.
"Asalkan apa pak?" tanyaku menantangnya mengungkapkan persyaratan yang dia akan ajukan dan berdasar perasaanku tidak jauh dari 'urusan selangkangan'.
"Hmmm.. Kamu itu orang yang langsung ke inti masalah ya.. Pintar.. Cantik.. Badanmu bagus.." ujarnya sembari mendekatkan hidungnya ke tengkukku dan menghirup dalam- dalam wangi parfum dan aroma tubuhku lalu melanjutkan kata- katanya lagi "Wangi.. Dan mempesona"
Aku masih diam menunggu apa yang akan dia katakan, namun dari gerak-geriknya mulai menunjukan aura dan gaya mesum aku semakin yakin tawarannya tidak jauh- jauh dari urusan ranjang.
"Kamu masih muda.. Yakin kamu ga mau jadi model saja daripada jadi perawat yang gajinya kecil? Apalagi gaji di RSUD ini tentu tidak sebesar gajimu di Tunggal Hospital. Yakin kamu benar- benar ingin bekerja disini?" tanyanya berusaha mencari tahu sebesar apa motivasiku untuk bisa bekerja di RSUD ini.
"Yakin pak.. Saya lebih memilih jadi perawat daripada model. Apalagi disini adalah RS pemeringah sehingga saya bisa berkesempatan menjadi ASN. Saya berpikir bukan masalah penghasilan saja yang bisa diraih, namun bisa berkesempatan berbakti kepada negara yang pasti akan membanggakan kedua almarhum orangtua saya di Surga.." ujarku memberi jawaban yang masih profesional.
"Sejauh mana kamu akan berusaha dan berjuang agar bisa diterima kerja disini mbak Vita yang cantik?" ujarnya sembari tetap mengelus- elus dan memijat- mijat lembut kedua lenganku yang indah dan mempesona itu dimata semua laki- laki.
"Saya orang yang serius, dan tidak pernah setengah- setengah dalam melakukan tugas saya, bila saya diberi kesempatan untuk bekerja disini saya akan memberikan segenap energi dan kemampuan saya agar bisa memberikan yang terbaik bagi kemajuan RSUD ini" ujarku.
"Ya.. Ya.. Ya.. Kamu bisa tunjukan dan buktikan itu kalau kamu sudah kerja disini. Tapi apa kesungguhan yang akan kamu tunjukan kepada kami agar kami mau menerima anda bekerja disini setelah apa yang terjadi di Tunggal Hospital? Saya ini orang yang pengertian.. Buat saya mengerti ya sayang" ujarnya masih berusaha mencari celah agar aku yang mau 'menawarkan diri' agar bisa diterima di Rumah Sakit ini.
Aku diam saja, walau aku penganut paham pergaulan bebas namun untuk urusan pekerjaan aku sangat profesional, tidak sekalipun aku menggunakan badanku apalagi sampai menjual badanku untuk masalah karierku. Aku memang tergila- gila dengan urusan ranjang bahkan bisa dibilang adiktif dengan urusan ranjang, namun diurusan pekerjaan aku selalu memberikan 100% kemampuan dan usahaku bukan malas- malasan dan menggunakan tubuhku sebagai kompensasi.
"Mas langsung 'to the point' aja ya sayang.. Mas akan bantu kamu masuk ke RSUD ini asalkan kamu mau tidur dengan saya sekali saja, gimana? Hahahaha" ujarnya mengajakku bersetubuh dengannya agar bisa keterima kerja.
Braakkk.. Tiba- tiba pintu ruangan pak Firdaus terbuka sebelum aku menjawab pertanyaan pak Firdaus. Terbuka pintu yang tiba- tiba itu mengagetkan pak Firdaus yang sedang asik menikmati lembutnya kulit lenganku. Pak Firdaus langsung reflek melepaskan kedua tangannya dari lenganku dan membalik kearah pintu untuk melihat siapa yang datang.
Aku pun ikut menengok ke arah pintu masuk ruangan yang persis ada dibelakang kursi yang aku duduki. Aku melihat dua orang laki- laki didepan pintu, satu laki- laki pendek agak gemuk dengan tinggi sekitar 155 atau 160 senti dengan muka sepertinya merupakan orang sunda dengan kulit putih bersih, ia memakai baju safari hitam.
Laki- laki disamping bapak- bapak itu adalah sosok laki- laki tinggi sekitar 175 atau bahkan 180 senti, dengan aura gagah, berwajah tampan dan menawan, dengan rambut disisir kebelakang sepertinya memakai wax sehingga rapih namun tidak klimis dan lebih natural dengan senyum dibibir yang selalu mengembang dan mempesona memakai baju seragam tni yang sosoknya aku merasa sangat familial dan pernah melihat namun aku agak lupa dimana aku pernah ketemu dengan laki- laki tampan ini.
"Paaa.. Pak Direktur.. Aa.. Ada Apa pak ke.. Kemari.. Ada yang bisa saya bantu?" ujar Firdaus agak gugup karena takut perbuatan tidak etisnya ketahuan oleh laki- laki didepannya yang rupanya adalah direktur RSUD Cikarang.