"Haaahh.. Haaah.. Haah.. Makasi ya sayang.. Kamu emang paling the best.. Selalu membuat aku kecanduan" tutur Syahrul sembari melepaskan torpedonya dari gua sensitifku dari belakang.
"Haahh.. Haaah.. Gue juga makasi.. Lu selalu bisa diandalkan kejantanannya dalam memuaskan gue.." ujarku membalas perkataan Syahrul.
"Aku ke kamar tidur dulu ya.. Rebahan bentar buat balikin stamina aku" kata syahrul sembari berjalan menjauh dariku hendak keluar dari kamar mandi.
"Oke.. Istirahatlah.. Kamu butuh banyak energi untuk acara nanti malam.. Aku mau nerusin mandi dulu biar sekalian tuntas satu urusan" ujarku memberitahu apa yang mau aku lakukan.
Syahrul keluar dari kamar mandi meninggalkanku meneruskan kegiatanku membasuh seluruh badanku di bawah derasnya air pancuran yang hangat. Diguyur derasnya air hangat seperti dipijat- pijat membuat otot- otot badanku menjadi rileks dan juga hilang rasa letihku pasca persetubuhan dengan Syahrul beberapa saat lalu.
Setelah aku menyelesaikan mandiku, aku keluar hanya menggunakan handuk mini yang hanya menutupi separuh payudara dan beberapa cm dibawah selangkanganku. Aku melihat Syahrul sedang tidur nyenyak di atas ranjangku. Mukanya begitu polos tanpa dosa saat ia terlelap. Aku segera duduk di depan meja rias didalam kamar tidurku. Lalu menyalakan pengering rambut untuk mengeringkan rambutku serta memakai produk- produk perawatan tubuh yang aku punya demi menjaga agar kulitku tetap indah dan terjaga keremajaannya.
Setelah selesai memakai produk- produk perawatan tubuh aku mengenakan jubah mandiku agar tidak masuk angin dan mulai menata rambutku. Hampir tiga jam lamanya aku menata rambut dan menata rias wajahku agar pantas untuk pergi ke pesta.
Jam di dinding sudah menunjukan pukul 9 malam, dan aku sudah selesai berias serta menata rambut panjangku hingga menjadi ikal dan mempesona. Dari cermin di meja rias aku melirik Syahrul yang tertidur nyenyak mulai terbangun. Ia menatapku dengan penuh kelembutan memperhatikan aktivitasku mempercantik diri.
"Sudah bangun yang?" tanyaku kepada Syahrul yang masih malas- malasan di atas ranjang sembari menyemprotkan parfum ke seluruh badanku.
"Hoaaammm.. Udah.. Jam berapa sekarang Vit?" jawab dan tanya Syahrul sembari menggeliat di atas ranjang.
"Jam sembilan malam.. Masih ada 3 jam lagi. Kalau kamu masih lelah dan mengantuk boleh kok nerusin kembali tidurmu.." ujarku sembari bangun dari duduk dan berjalan ke lemari pakaian untuk memilah milih pakaian apa yang aku akan pakai.
"Udah seger kok. Aku cuci muka dulu, terus karena masih lama kita cari makan dulu yuk? Perutku keroncongan." ujarnya sembari bangkit dari atas ranjangku dan menuju ke kamar mandi.
Aku meneruskan aktivitasku, yakni memilih pakaian yang akan aku kenakan selama ke pesta Oom Danu. Seperti biasa, aku galau mau memilih apa yang mau aku pakai. Hampir seluruh koleksi bajuku aku keluarkan dan tumpuk diatas ranjang. Satu persatu aku akan pakai untuk dicoba, agar aku ga malu- maluin selama di pesta oom Danu. Meski aku tahu selama disana pasti akan lebih banyak aku tidak mengenakan apa- apa daripada terus memakai pakaian yang aku pilih, namun tetap saja aku harus tampil cantik dan menawan.
Akhirnya aku memutuskan mengenakan mini dress bentuk kemben tanpa tali warna merah dengan batas bawah mini dressku hanya 1 cm dari batas bawah bokong. Dan agar menunjang 'aktivitas' ku selama di pesta yang aku sudah yakin akan liar maka aku menggunakan lace open crotch panties yang memudahkan aku bisa melakukan hubungan intim tanpa harus melepaskan dalemanku, sedangkan untuk bra aku tidak pakai. Aku memilih pakaian itu karena berdasar pengalamanku tahun lalu di pesta yang diprakarsai Oom Danu, dimana penuh bertebaran botol dan gelas alkohol serta beberapa obat terlarang di tempat acara pesta berlangsung, 'barang pribadi' yang terlepas dari tubuh biasanya akan hilang saat hendak pulang subuh dan sangat sulit mencari 'barang- barang'yang tercecer karena kita pasti dalam keadaan pengar.
"Wow.. Pacarku cantik dan seksi banget.." puji Syahrul kepadaku saat keluar dari kamar tidur.
"Kamu udah dikasih jatah kok masih kokoh menunjuk ke aku aja sih" Komentarku kepada Syahrul saat melirik ke arahnya dan menyadari kalau torpedonya menonjol keras dibalik celana dalam yang dipakainya.
"Gimana ngga.. Ada mangsa lezat didepan mata ya wajar aja kalau si dedek jadi bersiaga untuk dilepaskan dan menuju sasaran" ujarnya mencoba merayuku untuk melanjutkan ke permainan ranjang sebelum ke pesta oom Danu.
"Ntar disana aja yang.. Kan paling isi pestanya sama kaya 'permainan kita ' tadi. Aku bakal nempel mulu sama kamu kok yang.. Dan selama ga kamu izinkan aku janji ga akan mau diajak sama yang lain saat pesta berlangsung" ujarku menolak ajakan tersiratnya sekaligus memberi janji kalau aku ga akan mau bersetubuh dengan laki- laki lain kecuali diizinkan oleh Syahrul.
"Aku si bebas- bebas aja. Tumben kamu sampe janji begitu. Kamu tenang aja.. Aku pasti jagain kamu biar jangan sampai kamu dilecehin. By the way.. Aku penasaran, dipesta sebelumnya siapa aja yang rese? Kamu tau atau kenal ga?" ujar Syahrul.
"Ada 3 orang. Oom Rian Tusler, Henky Lee dan Julius Darmawangsa. Itu yang kasar dan suka memaksa yang.. Kalau sisanya aku kurang tahu karena ada 7 sampai 8 orang yang bantu mereka dan selalu manggil mereka bos, sepertinya bawahannya deh" jawabku memberi tahu siapa teman oom Danu yang aku takutkan.
" Oooo.. Aku kenal.. Tapi.. Kamu ga denger atau baca atau lihat berita beberapa bulan terakhir ya?" respon Syahrul mendengar nama 3 orang yang aku sebutkan.
"Ngga.. Kenapa?" tanyaku bingung dengan maksud dari kata- kata Syahrul.
"Rian Tusler itu mati ditembak CIA dalam peristiwa pengejaran di Sydney karena ikut dalam salah gebong pengedar narkoba tingkat internasional 2 atau 3 bulan lalu. Henky Lee meninggal karena kecelakaan tunggal di tol dalam kota karena mengebut dalam keadaan mabuk, dan Julius Darmawangsa sekitar 2 minggu lalu meninggal saat perawatan kanker ganasnya di Singapura. Mereka bertiga ga akan hadir di pesta" ujar Syahrul menjelaskan nasib naas ketiga orang itu.
"Oh ya? Tuhan maha adil ya.. Baguslah.. Berarti kalau tidak ada mereka kita bisa berpesta pora tanpa harus khawatir akan ada yang melecehkan atau memaksa ya.. Happy aku mendengarnya" ujarku dengan raut muka lega dan bahagia.
"Ya udah.. Kamu udah siap? Katanya tadi ngajak makan. Aku udah beres ni" ujar Syahrul yang dalam waktu singkat sudah selesai beberes dan berpakaian lengkap.
"Iiihh.. Kok cepat banget yang? Udah kok.. Tinggal ambil tas dan pakai sepatu aja" ujarku sembari membuka lemari mencari tas untuk aku pakai ke pesta.
"Oke.. Aku tunggu dibawah ya.. Sembari mau merokok dahulu" ujarnya sambil berjalan menuju pintu untuk meninggalkanku.
"Oke.. Sebentar lagi aku nyusul" ujarku sembari memakai sepatu stilleto merah yang senada dengan mini dressku.
Aku segera menyusul Syahrul setelah selesai mengunci unit apartemenku. Syahrul berdiri di depan pintu lift, menunggu lift sampai di lantai tempat aku tinggal.
"Vit.. Kamu mau bantu aku ga?" tanya Syahrul kepadaku saat aku sudah berada disampingnya yang masih menunggu naik ke lantai tempat kami berada.
"Bantu apa yang?"
"Bantu rekamin video suasana selama pesta berlangsung." ujarnya kepadaku.
"Setauku ga boleh merekam didalam sana sayang.."
"Memang, aku juga sudah dengar kabar itu, tapi merekamnya diam- diam, jadi ga ketahuan. Gimana?" ujar Syahrul menjelaskan.
"Tapi gimana cara agar tidak ketahuan? Aku sendiri pasti sibuk berpesta.. Dan lagian kamera serta ponsel pasti harus dititipkan di penjaga depan" tanya dan jelasku mengenai arahan Syahrul yang menurutku ga mungkin dilakukan.
"Pakai ini.." ujarnya sembari mengeluarkan sebuah kalung emas dengan liontin berlian bulat indah dari kantung celananya.
"Dengan kalung? Hahaha.. Aku makin ga ngerti sayang" ujarku bingung.
"Ini bukan kalung biasa.. Ini kalung dengan mikro kamera dan alat perekam suara mikro paling canggih yang belum ada dipasaran. Ini salah satu alat canggih untuk mata- mata yang sedang dikembangkan perusahaanku." jelas Syahrul kepadaku.
"Bentar.. Aku bingung.. Sebenarnya selain MOBI, kamu punya berapa perusahaan sih di Indonesia?" tanyaku yang bingung mendengar penjelasan Syahrul bahwa kalung canggih itu buatan perusahaannya.
"Aku punya 1 perusahaan di Indonesia, 5 perusahaan yang bergerak diberbagai bidang di asia, 3 perusahaan di eropa dan akan mewarisi 30 perusahaan milik ayahku. Salah satu perusahaanku sendiri di Jerman adalah GM-tech Enteprise bergerak di bidang tehnologi, sejak satu setengah tahun lalu salah satu anak perusahaan dari GM-tech mengambil alih bidang perusahaan ayahku yang tutup di Amerika dalam bidang senjata militer. Dari situlah kalung ini berasal. Untukmu aku berikan cuma- cuma" ujarnya sembari menyerahkan kalung itu kepadaku.
"Wow.. Cara kerjanya bagaimana?" tanyaku sembari memegang dengan perasaan kagum kalung cantik dan menawan yang sebenarnya adalah alat rekam canggih.
"Kamu harus setting dulu satu perintah suara dengan alat ini untuk mengaktifkan mode rekamnya dan satu perintah suara untuk mematikan mode rekamnya. Setelah itu langsung bisa digunakan." jelas Syahrul kepadaku sembari mengeluarkan kotak kecil hitam, seperti handheld konsol permainan namun berukuran cukup kecil sekitar 8x5×2 sentimeter, dari saku celananya .
Saat aku hendak bertanya lebih lanjut pintu Lift terbuka dan nampak 3 orang sudah ada didalam lift, aku memutuskan menunda pertanyaanku itu setelah kami dimobil. Syahrul yang menyadari hal itu juga hanya diam tidak melanjutkan penjelasannya.
Aku dan Syahrul masuk ke ferrari SF90 Stradale milik Syahrul, dan melanjutkan pembicaraan mengenai kalung canggih yang aku taruh di tas jepit minaudiere hitam dengan merek Zara.
"Jadi gimana cara settingnya sayangku? Kamu setting deh dengan alat hitam kotak kecil seukuran kotak bungkus rokok yang kamu tunjukin tadi didepan lift biar bisa berfungsi dan dipakai kalungnya" ujarku sembari mengeluarkan kalung canggih dari tas minaudiere hitam milikku saat aku sudah duduk rapih dijok samping pengemudi dan menutup pintu di ferrari SF90 Stradale merah milik Syahrul.
"Oke, aku settingin. Gampang kok. Alat 'installer' ini tinggal kamu sambungkan ke ponsel seperti ini" ujar Syahrul sembari menyambungkan alat hitam yang hampir sebesar kotak bungkus rokok itu melalui lubang port pengisi daya listrik ponselnya lalu melanjutkan perkataannya "Nah sekarang tinggal kamu nyalakan, dan dekatkan kalung itu dekat mulutmu saat aku pencet tombol ini kamu sebut kata kunci untuk menyalakan fungsi rekam, waktunya sekitar 5 detik. Oke.. Nah sekarang kamu ngomong"
"Ehemm.. Ehemm.. Ehemm.." aku berdeham sembari mendekatkan kalung canggih ke dekat bibirku.
"kata kuncinya berdeham?" tanya Syahrul
"Iya.. Kenapa?" jawab dan tanyaku singkat ke Syahrul.
"Ide yang cemerang. Oke, aku sekarang akan pencet tombol ini dua kali lalu kamu omongkan kata kunci untuk menonaktifkan fungsi rekam. Oke.. Mulai.." ujarnya kepadaku.
"Aku ke kamar mandi dahulu" ujarku.
"Oke.. Sudah selesai disetting. Sini aku pakaikan liontinnya ke lehermu" ujarnya sembari mengambil kalung liontin canggih dari tanganku lalu membantu memasangkan kalung itu ke leher jenjangku.
"Makasih sayang.. Wah cantik ya" ujarku sembari melihat penampilanku sembari berkaca di kaca spion tengah lalu melanjutkan omonganku "Terus rekamannya tersimpan dimana?"
"Iya.. Ini aku lagi mau setting.. Minta alamat email kamu.."
"Oke.. Emailku 12vita34@yahoo.co.id" jawabku.
"Sip.. Udah selesai tersetting. Nanti tinggal kamu buka di email laptop kamu. Aku ajarin cara downloadnya nanti ya.. Ada yang kamu mau tanyain ga?"
"Taunya kalung ini bekerja gimana?" tanyaku.
"Kamu coba aja" ujar Syahrul menyuruhku mengaktifkan fungsi rekam kalungnya.
"Ehem.. ehem..ehem" ujarku dan tiba- tiba terasa getaran halus dari kalung canggih itu sebanyak 3 kali
"Gimana terasa bergetar kan? Sekarang coba kamu matikan" perintah Syahrul kepadaku.
"Aku ke kamar mandi dahulu" ujarku dan terasa getaran halus panjang tanpa jeda sekitar 5 detik.
"Gimana kerasa sesuatu?" tanya Syahrul.
"Iya getar terus selama 5 detik" jawabku singkat.
"Good.. Berarti berfungsi baik ya.. Besok setelah dari sana kita coba buka rekamannya ya.. Oke?"
"Oke.. Tapi.. Aku penasaran. Kenapa kamu pengen merekam suasana disana? Ada tujuan apa?" tanyaku penuh rasa ingin tahu ke Syahrul.
"Tar kamu akan aku kasih tahu.. Sekarang kita pergi makan dahulu yuk. Setuju?" tepis Syahrul seperti enggan bercerita sekarang dan mengalihkan topik mengajak aku pergi makan.
"Oke.. Mau makan apa?" tanyaku kepada Syahrul.
"Kamu sendiri ada pengen apa ga?" tanya Syahrul kembali.
"Aku terserah kamu aja deh" ujarku.
"Makan sate mau?" ujarnya memberi saran.
"Iiih.. Sate? Tar bau asap bajuku.. Kita kan mau ke party lho.." ujarku menolak karena takut dressku bau sate dan asap.
"Oh gitu.. Nasi goreng gimana?" tanyanya lagi.
"Jangan lah.. Malam- malam makan nasi tar penuh perutku"
"Pizza gimana?" tanyanya lagi.
"Aku lagi bosan makan pizza." ujarku menolak.
"Jadi makan apa dong?" tanyanya kelihatan bingung.
"Ya terserah kamu aja.." ujarku menjawab singkat.
"Ya udah.. Gini.. Temenku ada restoran 24 jam.. 'Hidden gem' abis deh.. Tempatnya instagramable banget.. Makanannya lezat karena dia itu sekolah kuliner di luar negeri. Spesialisasinya makanan eropa dan kue- kue. Mau ikut ga? Menarik banget lho, kamu pasti suka" ujarnya kepadaku menawarkan suatu tempat yang jarang orang tahu tapi sangat oke baik dari suasana maupun rasa.
"Wah dimana tuh? Boleh- boleh.. Aku jadi penasaran tempatnya dimana." ujarku antusias setelah mendengar penjelasan singkat Syahrul mengenai restoran 'hidden gem' itu.
"Nah.. Sepakat ya.. Ayo kita berangkat kalau gitu" ujarnya sembari menyalakan mesin dan mulai melaju.
‐-------
Kami sampai di restoran yang Syahrul maksud. Sebuah restoran yang ada ditepi kota dan agak masuk ke daerah pelosok yang dipenuhi pepohonan rindang jauh dari rumah- rumah penduduk serta sepi sunyi. Kalau saja aku tidak bersama Syahrul mungkin aku takut bepergian ke sana sendiri. Perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit namun menurut Syahrul kalau siang hari bisa sampai 2-3 jam karena macet.
Walau jauh dari mana- mana tapi restoran itu memang luar biasa bagus. Restoran yang berada agak masuk ke dalam hutan buatan, dibatasi sebuah tembok besar, dan ada penjagaan diluar dengan luas dalam tembok itu menurut Syahrul sekitar 3 hektar. Restoran yang persis dibelakangnya ada air terjun kecil dan sungai alami, dengan bangunan dari kayu serta bentuknya setengah ada yang terbuka sehingga bisa merokok atau menikmati sejuknya alam dan sebagaian tertutup. Walau terbuka namun tidak ada nyamuk sama sekali karena sudah dipasang suatu mesin yang menurut Syahrul produksi terbatas dan diproduksi juga oleh perusahaannya sehingga nyaman. Kami memilih duduk di ruangan terbuka walau terbuka namun semua meja dan kursinya sama dengan ruangan tertutup dan terkesan sangat mewah dan mahal.
Pelayanan memberikan menu kepada kami, makanan disana harganya cukup mahal, untuk hidangan ringan atau camilannya saja rata- rata diatas dua ratus ribu perporsi. Sedangkan untuk menu hidangan utama rata- rata di atas tujuh ratus ribu. Syahrul memilih steak filet mignon A6 seharga 20 juta lebih. Aku yang masih ragu dengan cita rasa restoran ini memilih rosti, sebuah hidangan ala negara swiss berbahan dasar kentang.
Sembari menunggu hidangan kami disiapkan, kami berdua berbincang- bincang sembari menikmati udara sejuk dan suara air terjun mini alami yang berada disamping kami. Harus aku akui tempat yang dipilih Syahrul benar- benar 'hidden game' secara pemandangan. Namun untuk urusan cita rasa aku masih menantikan apakah harganya sesuai dengan rasanya atau kemahalan.