Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 56 - Bertemu kembali dengan Syahrul

Chapter 56 - Bertemu kembali dengan Syahrul

Aku segera menggeser simbol menerima panggilan masuk di ponsel pintarku dan menyapa Edi "Halo sayangku"

"Halo sayang.. Gimana perjalanan kamu?" sapa Edi sembari langsung menanyakan kondisi penerbangan yang baru aku lalui tadi pagi dari Aceh dengan suara lembut dan aura penuh perhatian.

"Lancar dan smooth sayang penerbangannya.." ujarku singkat.

"Alhamdulillah.. Yang penting lancar.. Kamu sudah makan? Sekarang kamu lagi ngapain?" tanyanya lagi kepadaku.

"Sudah sayang.. Makan sashimi tadi, sekarang aku lagi beres- beres berkas buat wawancara. Kamu sendiri sudah makan? Kamu lagi dimana sekarang?" jawabku sembari langsung menanyakan kondisi Edi disana.

"Sudah tadi makan roti. Sekarang aku masih dilapangan.. Ada demo dan tuntutan karyawan. Tapi kamu ga usah kuatir, suasananya masih kondusif kok.. Insya Allah aman" ujarnya menjawab semua pertanyaanku dan langsung menenangkanku agar tidak kepikiran macam- macam terkait demo disana.

"Syukurlah kalau suasananya kondusif.. Eh sayang.. Sudah dulu ya.. Ada telepon dari temanku.. Kamu pokoknya kabari aku kalau sudah pulang ya.. Dan jaga diri baik- baik.. Bye"

"Oke.. Pasti sayang.. Bye.. Love you" ujarnya.

"Love you too" ucapku sembari mematikan sambungan telepon kami.

Setelah menaruh ponselku di ranjang, aku menatap ke Wahyu yang duduk disofa seberang ranjang. Ia tampak merenung, dengan dagunya bersandar ke kedua telapak tangannya yang tertekuk dengan siku kedua lengannya bertumpu pada tepi sandaran tangan sofa. Matanya tampak melamun dan penuh kebingungan atas situasi aneh yang baru dia ketahui mengenai statusku sebagai istri orang.

"Kamu ngapain bengong dan gusar gitu Wahyu?" tanyaku kepadanya.

"Hah.. Nggak kok ga.. Ga apa- apa" ujarnya saat tersadar dari lamunannya.

"Kamu kepikiran tentang status hubunganku percintaanku ya?" ujarku menebak isi pikirannya.

"Iya.. benar.." ujarnya singkat.

"Sudah ga usah dipikirkan bro" ujarku sembari tersenyum.

"Ga usah dipikirkan? Kamu gila ya? Ini perzinahan Vit? gue bisa kena masalah hukum bersetubuh dengan istri orang!" ujarnya dengan nada kesal dan gusar.

"Hahaha.. Selama ga ketahuan ga akan jadi masalah bro.." ujarku sembari terbahak- bahak melihat muka panik dan ketakutan dari Wahyu.

"Ya tapi kalau ketahuan gimana?!" seru Wahyu dengan nada menunjukan ia sangat gusar dan kwatir.

"Ya dibuat gimana caranya agar jangan sampai ketahuan.. Susah- susah amat bro.. Yang pasti gue selalu lupa apa yang gue lakukan.. Jadi kalau sampai tersebar atau ketahuan ya itu salah di lo, bukan gue.. Hahaha" ujarku sembari masih tertawa.

"HAAAHHH!!" Teriak Wahyu tiba- tiba lalu ia lanjut berbicara "Nasi sudah jadi bubur.. Ayolah.. Kita lanjut lagi ronde dua.." ujarnya sembari mendekati ku dengan torpedonya masi loyo menggantung lunglai ditengah tubuhnya.

"Nah gitu dong.. Yuk sini puasin aku lagi" ujarku sembari tersenyum dan melepas celana dalamku hingga aku sekarang bertelanjang bulat.

Wahyu beranjak ke atas ranjang mendekatkan torpedonya yang masih layu lemas ke arah dekat kepalaku bersandar di ranjang. Aku yang mengerti maksud dari perbuatan Wahyu, segera merespon dengan mendekatkan mulutku ke dekat sosisnya lalu tanpa basa- basi langsung mengulum daging padat lembek itu seperti sedang mengulum permen lolipop.

Mendapat perlakuan nikmat dari mulutku membuat tongkat panjang milik Wahyu tidak membutuhkan waktu terlalu lama segera menhadi keras dan menunjuk tegas kedepan dengan gagahnya.

Pemanasan untuk ronde 2 sudah dirasa cukup setelah torpedo Wahyu yang membesar dan mengeras maksimal. Aku lalu mengatur posisi diatas ranjang untuk siap dihujam dengan nikmat oleh pedang tumpul Wahyu dari posisi dari belakang alias 'doggy style'.

Wahyu segera mengarahkan tongkat kenikmatannya kearah bibir kemaluanku, setelah menggesek- gesekan di permukaan luar bibir kemaluanku, ia segera menghujam liangku secara perlahan hingga liang sensitifku terisi penuh oleh sosisnya hingga kepala sosisnya membentur pintu rahimku.

Wahyu mulai bergerak maju mundur memompa tiang pancang besar miliknya keluar masuk di sumur surgawi milikku. Seiring bertambah kecepatan pompaan Wahyu, semakin sering dan keras suara rintihan, desahan, lenguhan, dan erangan kami berdua menggema di dalam kamar mengiringi permainan birahi yang makin memanas.

Peluh bercucuran dari tubuh kami berdua membasahi ranjang tempat kami memadu kasih, hembusan pendingin udara yang dingin tidak mampu mendinginkan suhu tubuh kami yang membara akibat permainan panas ranjang asmara yang sedang terjadi.

Hampir 40 menit kami bersetubuh, berkali- kali puncak orgasme sudah aku dapatkan, berbagai posisi sudah kami coba. Wahyu masih perkasa mempertahankan kedudukannya tanpa kebobolan, fisiknya yang prima mampu memuaskan kebutuhan birahiku di atas ranjang.

Permainan Wahyu sungguh membuatku terlena dalam kenikmatan surga duniawi, andai ada laki- laki yang bisa mengungguli permainan panas ranjangnya hanyalah dua orang, yaitu Syahrul dan Edi suamiku.

Pompaan Wahyu semakin cepat dan keras, sepertinya ia sebentar lagi akan mencapai puncak kenikmatan dari pergumulan kami.

"Aku hampir keluar lagi.. Kamu sudah mau keluar? Kalau mau kita keluarin bersama ya.." ujarku ditengah- tengah perngumulan kami dengan posisi gaya bercinta missionaris dimana Wahyu berada diatas posisiku.

"Aaaaaakkkkhhh.. Oooouughhhh.. Oh yeah.. Damn.. Nikmat sekali liang surgamu sayang.." Racau Wahyu menandakan betapa nikmatnya pelepasan yang dia rasakan bersamaan dengan lenguhan panjangku yang menandakan aku juga mengalami puncak bersamaan.

Mengeluarkan cairan berisi sari pati penuh protein dan jutaan calon benih pemimpin masa depan hingga dua kali dalam selang waktu berdekatan membuat stamina Wahyu turun sangat drastis.

Tubuh Wahyu langsung ambruk, cairan kenikmatannya yang sudah bercampur dengan cairan kenikmatanku bercecer ke bawah. Aku dan Wahyu sama- sama terengah- engah. Kami menikmati sisa- sisa puncak kenikmatan dengan tenaga yang tersisa ditubuh.

"Terimakasih Vit.. Punyamu selalu nikmat tak terkira membuatku puas dan ketagihan ingin mencicipi selalu" ujarnya sembari masih terengah- engah.

"Sama- sama Yu.. Makasi udah ngasih kenikmatan kepadaku.." jawabku yang juga masih terengah- engah.

"Aku letih sekali.. Biarkan aku berbaring mengistirahatkan mataku ya.. Kamu mau menemaniku istirahat hingga pulih kembali staminaku kan?" ujarnya memberitahu bahwa ia kelelahan dan menawariku beristirahat di ranjang bersamanya untuk memulihkan stamina.

"Aku mau mandi saja ya bro.. Mau ada urusan besok pagi.. Kamu istirahat aja.. Selesai mandi aku pamit pulang ya bro.." ujarku menolak ajakannya untuk istirahat.

"Yaaah.. Gue kira lu mau bermalam disini.. Ya sudah deh.. Tar abis mandi bangunin aja ya gue.." ujarnya yang agak kecewa namun tidak bisa melarangku pergi karena hubungan kita ini tanpa status sehingga Wahyu tidak punya hak untuk melarang- larang keputusanku.

"Oke.. Aku mandi dulu ya.. Selamat bobo bro.. Selamat mimpi indah.." ujarku kepada Wahyu sembari beranjak meninggalkan ranjang dengan tubuh masih bertelanjang bulat untuk menuju kamar mandi.

Aku memutuskan berendam di bak mandi didalam kamar mandi hotel menggunakan air hangat sembari beristirahat sebentar selain membersihkan badanku. Harus kuakui bahwa berolahraga ranjang bersama Wahyu hampir 2 jam lebih membuat staminaku lelah dan walau disamping itu aku merasa sangat rileks akibat berkali- kali mendapat orgasme.

Berendam selama hampir 1 jam dibak mandi membuat staminaku kembali pulih. Setelah merasa cukup segar aku segera bangun dari bak mandi dan mengeringkan diri. Aku mengeringkan rambut panjangku menggunakan pengering rambut yang merupakan fasilitas dikamar hotel.

Setelah rambut dan badanku kering aku keluar dari kamar mandi untuk mengambil baju jumpsuit romper tanpa lenganku yang tergeletak di lantai dekat pintu masuk dan celana dalam lingerie yang terbuka diselangkangannya yang tergeletak di lantai samping ranjang.

Setelah selesai memakai celana dalam dan baju jupsuit romper tanpa lengan warna hitam, aku segera mengenakan luaran jaket kulit hitamku.

Selesai berpakaian lengkap aku segera menghampiri Wahyu yang tidur dengan sangat nyenyak hingga mendengkur keras diatas ranjang hotel untuk membangunkannya sesuai permintaannya sebelum aku pergi mandi.

"Wahyu.. Aku sudah selesai.. Aku pamit ya bro.." ujarku kepada Wahyu sembari menggoyang- goyang bahunya untuk membangunkan Wahyu dari mimpi indahnya.

"Ehh.. Hah.. Oo.. Iya say.. Bentar.. Aku anter kamu balik ketempatmu" ujar Wahyu yang sempat kaget dan belum sadar penuh diawal pembicaraan namun setelah agak sadar ia menawarkan untuk mengantarkan aku pulang.

"Ga usah bro.. Gue naik taksi online aja.. Lu istirahat aja.." ujarku menolak tawaran Wahyu untuk mengantarkan aku pulang.

"Ya setidaknya aku menemani kamu ke lobi lah.. Ga enak gue.." ujar Wahyu bersikeras hendak menemaniku hingga ke lobi.

"Ya udah terserah lu aja.. Tapi jangan lama- lama, bentar lagi taksi online gue dateng.. Dan udah hampir tengah malam juga.. Tar takut ngantuk supirnya" seruku yang memintanya agar segera bergerak cepat kalau Wahyu masih ingin menemaniku ke lobi dengan alasan yang masuk akal.

"Siap bos.." Wahyu berkata singkat sembari loncat dari ranjang dan mengenakan pakaian secepat kilat.

Aku ditemani Wahyu ke bawah, aku dan Wahyu sembari berjalan santai menuju ke lobi depan sembari berbincang- bincang tanpa terlalu memperhatikan sekitar.

'Brukkkk...' tiba- tiba suara keras orang jatuh akibat tidak sengaja bertubrukan dengan bahu kanan Wahyu.

"Astaga!!" ujarku kaget saat melihat laki- laki muda dan tinggi jatuh tersungkur didekat kami.

Wahyu segera reflek untuk membantu orang itu berdiri, begitu juga dengan dua perempuan berpakaian sangat minim yang berjalan bersamanya bersama pria itu berusaha membantu pria itu berdiri dengan segala kepanikan dan kegaduhannya.

Pria itu juga berusaha bangun sendiri, sepertinya ia hilang keseimbangan dan jatuh bukan karena bertubrukan dengan Wahyu semata namun ditambah karena faktor sedang dalam keadaan mabuk.

Dugaanku itu muncul karena bau alkohol tercium dari mulut ketiganya. Apalagi kedua wanita yang menemani laki- laki itu yang hendak membantu pria itu berdiri bukannya berhasil membantu malah ikut terjatuh dan menimpa laki- laki itu dengan posisi kaki kemana- mana menyebabkan bagian tubuh sekitar pahanya yang harusnya tertutupi jadi terekspos kemana- mana.

Kejadian malam itu mirip acara komedi dimana pria yang jatuh dan mau bangun malah terjatuh berkali- kali karena tertimpa kedua wanita itu yang sepertinya terpleset karena lantai agak licin dan karena mereka mabuk berat. Aku hampir tertawa melihat itu namun aku ga mau membuat masalah makin runyam sehingga aku hanya diam melihat kejadian unik dan lucu itu.

Bagi laki- laki mesum yang melihat kejadian jatuhnya kedua wanita itu pasti akan meningkat nafsu birahinya dan kelaminnya akan ereksiĀ¹. Bagaimana tidak? Selain karena baju terusan mini yang batas bawahnya hanya setinggi batas bokong sehingga kalau mereka mengangkat pahanya agak tinggi maka 'dalamannya' pasti terpampang, kedua karena kedua wanita itu tidak ada yang memakai celana dalam, sehingga saat jatuh terjerembab, pantat dan area di tubuh tengah mereka langsung tertampang bebas karena baju terusan mereka otomatis tersibak ke atas.

Aku yang sedang terburu- buru meninggalkan Wahyu dan 3 orang asing itu sembari memberi gerakan sinyal pamit kepada Wahyu saat pandangan manik matanya bertemu dengan manik mataku. Wahyu mengangguk tanda ia mengizinkanku untuk pergi dahulu meninggalkannya.

"BANGSAT!! LU CARI MASALAH SAMA GUE!!" Teriak laki- laki misterius yang dari suaranya terasa sangat familiar ditelingaku disaat aku melangkah cukup jauh dari mereka.

Didorong rasa penasaran akan siapa yang berteriak aku pun membalikan badanku untuk mengetahui siapa laki- laki misterius yang sepertinya sebentar lagi akan berkelahi dengan Wahyu walaupun peristiwa jatuhnya bukan murni kesalahan Wahyu.

"SYAHRUL!!!" Teriakku dengan kaget dan tiba- tiba setelah menengok ke arah datangnya suara dan menyadari sosok laki- laki misterius itu adalah Syahrul laki- laki yang pernah menjalani cinta satu malam denganku beberapa waktu lalu.

Mendengar namanya disebut oleh seseorang,kepala Syahrul segera menengok ke arah suara itu berada. Melihat bahwa perempuan yang memanggil namanya dengan berteriak adalah aku, Syahrul menjadi sangat terkejut dan terbata- bata..

"Vi.. Vi.. Vita.. Ka.. Ka.. Kamu ju.. Juga A.. A.. Ada.. Disini?" tanya Syahrul terbata- bata bahwa yang memanggil namanya dengan suara keras adalah aku.

"Iya.. Aku yang memanggilmu.. Aku tadinya bersama temanku, laki- laki yang barusan kamu teriaki.." ujarku sembari berjalan mendekat ke arah Wahyu, Syahrul dan kedua teman wanitanya.

"Kamu kenal pria ini? Dia temanmu?" tanyanya kepadaku yang sedang berjalan mendekatinya.

"Kamu teman Vita?" tanya Syahrul kepada Wahyu.

"Iya saya teman Vita.." ujar Wahyu dengan tenang.

"Oh.. Baiklah.. Maafkan saya.. Sepertinya saya agak mabuk jadinya menubrukmu.." ujar Syahrul berubah sikap tiba- tiba yang tadinya berlagak dan brengsek setelah tahu bahwa Wahyu adalah temanku langsung menjadi ramah dan berinisiatif meminta maaf duluan kepada Wahyu.

"Ok.. Santai aja.. Ini hanya kesalahpahaman" jawab Wahyu kepada Syahrul.

"Yoi bro.. Ini hanya kesalahpahaman" ujarnya mengulangi kata- kata Wahyu menunjukan ia setuju dengan perkataan Wahyu.

"Kamu ngapain ke sini Vit.. Kangen aku sama kamu Vit.." tanya Syahrul kepadaku saat diriku sudah berdiri didepannya.

"Aku habis dinner bersama Wahyu, temanku ini, dan setelah itu melakukan terapi relaksasi dipijat di spa hotel. Kamu sendiri Rul?" jawabku dan juga menanyakan apa yang ia sedang dia lakukan ke sini.

"Sebentar ya Vit.." ujarnya kepadaku dan ia menoleh ke dua perempuan yang bersamanya sejak awal yang kini berdiri dibelakangnya dan berkata kepada dua perempuan cantik berbaju super seksi itu "Kalian duluan saja ya.. Ke kamar 2102"

"Oke.. Kami ke atas duluan ya.. Jangan lama- lama ya sayang.. Aku sudah basah dibawah situ Yuk Sist" jawab salah satu perempuan itu kepada Syahrul dengan nada genit dan menggoda lalu mengajak teman wanitanya untuk pergi meninggalkan Syahrul dan pergi ke kamar yang diberitahukan oleh Syahrul barusan.