Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 55 - Perselingkuhan Pertamaku Setelah Menikah

Chapter 55 - Perselingkuhan Pertamaku Setelah Menikah

Sesampainya dihotel Ritz kami segera menuju ke restoran didalam hotel sesuai rencana awal. Restauran yang kami pilih adalah restoran yang menggunakan sistem makan sepuasnya dengan pilihan jenis beragam.

Hampir semua jenis makanan tersedia direstoran ini. Dari makanan khas Indonesia, makanan ala asia, makanan eropa, hingga segala jenis kue dan makanan ringan ada semua tersaji.

Setelah kami diantar oleh pelayan ke meja yang tersedia, kami segera berjalan mengambil makanan sesuai selera. Aku mengambil makanan jepang, yaitu sashimi. Daging mentah yang masih fresh memenuhi piringku. Selain sashimi aku juga mengambil tiram mentah dipiring lain. Setelah mengambil setumpuk tiram mentah dan banyak daging sashimi, aku kembali duduk di meja makan untuk mulai menikmati makanan yang aku pilih.

Wahyu datang beberapa saat kemudian membawa 3 piring, piring pertama berisi nasi goreng dan omelet jamur, piring kedua berisi steak sapi, dan piring ketiga berisi pasta.

"Wah makan mentah- mentah.. Hebat kamu bisa makan mentah.. Aku ga sanggup kalau makan mentah begitu.. Pernah nyoba sekali langsung mual dan muntah" komentarnya sembari duduk disampingku.

"Ih kampungan.. Masa makan sashimi ga bisa.." ledekku mendengar komentarnya sembari menyantap sashimi menggunakan wasabi dan kecap asin.

"Maaf ibu, bapak. Mau minum apa?" tanya seorang pelayan laki- laki yang tiba- tiba muncul dihadapan kami berdua.

"Aku jus mangga deh mas.. Ada kan?" Wahyu memesan jus mangga kepada pelayan.

"Ada pak.. Kalau ibunya mau minum apa?"

"Ada pinot noir ga mas?"

"Ada bu.. Kami ada Domaine Lecheneaut Les Pruliers 2016 dan Beaux Freres Willamette Valley Pinot Noir 2019. Ibu mau yang mana?" tanya pelayan yang dari papan namanya bernama Doni menawarkan dua merk wine pinot noir untuk aku pilih.

"Domaine Lecheneaut Les Pruliers 2016 mas.." ujarku menjawab pertanyaannya.

"Baik.. Tapi ini harganya belum termasuk harga paket 'all you can eat' ya bu.. Dengan pajak harganya menjadi 3 juta rupiah. Apakah tetap memesan Domaine Lecheneaut Les Pruliers 2016?" tanyanya memastikan kepadaku terkait pilihanku.

"Iya.. Itu aja" jawabku sembari menyantap sashimi dipiring.

"Baik bu.. Ditunggu ya. Terimakasih"

"Vit.. Gue ga bawa uang sebanyak itu.. Gue cuma bawa satu setengah juta" ujar Wahyu kepadaku sembari berbisik saat pelayan itu meninggalkan kami.

"Ya udah.. Santai.. Lu bayarin gue makan aja.. Gue bayar winenya sendiri" ujarku kepadanya dengan santai.

"Okelah kalau begitu.. Tapi gue jadi ga enak sama lu. Padahal gue janjiin traktir"

"Santai.. Gue tau dirilah.. Gue udah lama aja ga minum pinot noir.. Makanya pesen itu.. Dan aman.. Tar gue bayar sendiri wine-nya" ujarku sembari menatap Wahyu yang mukanya agak pucat terkait harga minuman yang aku pilih ga sanggup ia penuhi.

"Ya udah.. Sori ya.. Kapan- kapan gue bawa duit lebih banyak deh.. By the way.. Apa kesibukan lu sejak terakhir kita ketemu Vit?" tanya Wahyu sembari mulai menyantap makanan yang ada didepannya.

"Kok lu jadi kepo si Yu.. Inget ya.. Kita ga ada hubungan apa- apa.. Jadi ga usah kepo deh" ujarku ketus sembari menatapnya tajam karena tidak suka Wahyu mengurusi urusan pribadiku karena hubungan yang kami jalani ini adalah hubungan tanpa status dan hanya bertemu untuk melampiaskan syahwat kita berdua saja tanpa main perasaan atau bahasa gaulnya 'friend with benefit'.

"Iya maaf.. Gue cuma cari topik obrolan aja Vit.. Maaf kalau gue kelewat batas" ujarnya sembari menatapku penuh penyesalan atas apa yang baru saja ia lakukan.

"Oke.. No problem. Yang penting jangan diulangi lagi" ujarku sembari menyantap makanan yang ada didepanku.

Aku kembali menikmati makanan yang tersaji di depanku sedangkan Wahyu yang seorang polisi sudah selesai menyantap habis makanannya dengan cepat namun rapih dan beretiket.

Ia menatapku yang sedang fokus menikmati makanan di meja sembari terus tersenyum- senyum sendiri.

"Ngapain lu ngeliatin gue seperti itu?" tanyaku saat menyadari ia terus menatapiku.

"Kangen gue sama body seksi lu Vit.." jawab Wahyu singkat memberitahu apa yang ada dipikirannya.

"Hooo.. Ok.. Terus kenapa senyum- senyum?"

"Karena ga nyangka aja gue dapat rezeki nomplok begini dalam hidup gue.. Tanpa perlu ada tanggung jawab dan beban.. Ga nyangka aja.. Bisa menikmati seorang bidadari yang lebih cantik dan lebih sempurna daripada artis Hollywood.. " ujarnya menjelaskan makna dibalik senyumannya.

"Lebay dan gombal banget lu.. Bikin gue jadi pengen cepet nikmatin tongkat panjangmu lagi.. Ya udah lah.. Yuk naik.." ujarku yang jadi ingin segera bersetubuh dengan teman tapi mesraku, Wahyu.

"Permisi tuan dan nyonya.. Ini minumannya" ujar seorang pelayan yang datang tiba- tiba saat aku hendak beranjak dari bangku yang aku duduki untuk segera pergi ke kamar hotel dengan maksud menuntaskan syahwat aku dengan Wahyu.

"Terimakasih mas.." ujar Wahyu kepada pelayan itu.

"Yuk naik.. Kamar berapa?" ujarku sembari beranjak dari kursi yang aku duduki setelah meneguk habis wine digelas yang disajikan pelayanan di meja kami.

"Oke say.. Mari kita senang- senang" ujar Wahyu ikut beranjak dari kursinya dan berjalan ke kasir sembari merangkulku.

"Sudah selesai pak?" tanya penjaga kasir restoran ramah.

"Iya mbak, saya mau minta bonnya" pinta dan jawab Wahyu kepada petugas kasir didepan kami.

"Bon winennya displit ya mbak" ujarku kepada penjaga kasir karena sudah janji kepada Wahyu untuk membayar sendiri minumanku yang cukip mahal sebelumnya saat di meja makan.

"Siap ibu" ujar Petugas kasir itu ramah dan melakukan apa yang aku dan Wahyu minta kepadanya.

"Ini bonnya bapak dan ibu. Mau bayar pakai apa?" tanyanya kepada kami.

"Saya bayar pakai debit mbak" ujarku menjawab.

"Ini mbak untuk bayaran makanannya, kembaliannya buat tips" ujar Wahyu sembari menyerahkan sejumlah uang tunai kepada petugas kasir.

Setelah menyelesaikan proses transaksi dan memberikan bukti pembayaran kartu debitku, petugas kasir menyerahkan kembali kartu debit yang aku serahkan sembari berkata "terimakasih atas kunjungannya, semoga bapak ibu puas dengan layanan kami dan datang kembali di kesempatan berikutnya"

"Kembali kasih mbak" ujarku lalu bersama Wahyu beranjak meninggalkan restoran itu menuju kamar tidur hotel yang disewa Wahyu untuk berasyik masyuk.

Karena sore itu lift kosong, kamar hotel yang disewa oleh Wahyu persis depan lift dan juga akibat nafsu birahi yang sudah membara di diri kami berdua maka percumbuan panas sudah terjadi di dalam lift saat menuju lantai 21 tempat Wahyu menginap.

Lift terbuka kami sembari tetap masih bercumbu saling berpagutan lidah menuju kamar yang hanya 6 langkah didepan lift. Sembari membuka pintu kamar, selain tetap bercumbu penuh birahi yang bergejolak aku mulai membuka kancing baju kemeja putih yang dipakai Wahyu.

Kancing kemeja Wahyu sudah terlepas semuanya Wahyu hendak menutup pintu dari dalam kamar dan masih tetap bercumbu.

Saat pintu tertutup aku langsung dengan cepat melepas dan menghempaskan jaket kulit yang aku pakai tanpa bibirku terlepas dari bibir Wahyu. Wahyu pun tidak tinggal diam, dia yang sudah bertelanjang dada segera membuka resleting baju jumpuit romper warna hitam tanpa lengan yang aku kenakan.

Payudaraku langsung melompat keluar saat resleting baju jumpsuit romperku sudah sampai di ujung bawah persis di pinggangku karena aku tidak menggunakan bra dibalik jumpsuit romperku.

Melihat payudaraku yang sudah terhampar bebas didepan mata, Wahyu segera melepaskan bibirnya daru bibirku dan mulai melumat kedua payudaraku secara bergantian dengan kedua tangannya tetap aktif membantu melepaskan baju yang aku kenakan agar merosot turun terlepas dari tubuhku.

Aku pun tidak tinggal diam, dengan sigap dan cekatan aku membuka pengait celana bahan dan menurunkan resleting lalu menurunkan celana bahan abu- abu beserta celana bokser yang dipakai Wahyu agar meluncur turun terlepas dari tubuhnya.

Disaat Wahyu sudah bertelanjang dada, Wahyu pun sudah selesai melepas baju jumpsuit romper tanpa lenganku yang sekarang tergeletak di lantai. Ditubuhku sekarang hanya tersisa celana dalam lingerie yang terbuka diselangkangannya hingga mudah untuk Wahyu melakukan penetrasi ke dalam kemaluanku tanpa perlu melepas celana dalamku yang tidak menutupi kue apemku sedikitpun.

"Wah.. Nafsuin banget bentuk celana dalamnya.. Kamu memakai celana dalam namun ada bolongannya didepan kue apemmu, jadi seperti ga pakai ya.." komentar Wahyu disela kesibukannya menikmati gunung kembarku.

"Ouuuuggghhh.. Tapi kamu suka kan??" tanyaku menggodanya.

Ia hanya mengangguk sembari meneruskan serangannya ke gunung kembarku. Sebegitu nafsunya hingga ia banyak meninggalkan banyak bekas tanda lumatan bibirnya di payudaraku.

Setelah puas melumat kedua gunung kembarku di area kamar persis dibelakang pintu, Wahyu mengangkat dan menggendong tubuhku menuju ke ranjang, setelah ia berada didepan ranjang sembari masih menggendongku, ia lalu menghempaskan tubuhku secara perlahan ke tepi ranjang.

Ia segera mengarahkan tombak tumpul besarnya ke depan kue apemku yang sekarang terpampang didepanku lalu tanpa berlama- lama segera mendorong masuk hingga torpedonya bersemayam hampir seluruhnya ke dalam liang sensitifku.

Posisinya yang berdiri di depan sisi ranjang, sedangkan aku berbaring dengan selangkanganku tepat diujung tepi ranjang. Kedua kelamin kami kini telah bersatu, setelah mendiamkannya beberapa detik bersemayam di liang senggamaku yang sudah basah oleh lendir pelumas alamiku, ia mulai memompa maju mundur pinggulnya membuatku bergelinjang penuh kenikmatan.

Plok.. Plok.. Plok.. Peraduan antar kelamin dua insan manusia yang dimabukan oleh nafsu birahi semata terdengar diantara jerit, desah, rintih dan lenguhan yang begitu liar namun berirama di dalam kamar 2113.

"Eunggh.. Sssh.. Aaakh.. Aku mau keluar sayang.. Aku ga tahaaaaannn.." racauku yang akan mencapai klimaks pertamaku dari Wahyu.

Saat kedutan dan gerakan involunter seperti kejang dari otot- otot liang sensitifku yang terjadi disertai semburan cairan ejakulasi hangat dari dalam tubuhku terjadi selama beberapa detik akibat aku mencapai puncak kenikmatan pertamaku, Wahyu bukannya menghentikan gerakan memompa maju mundur torpedonya keluar masuk sumur kenikmatan malahan makin dipercepat dan makin sekuat tenaga.

Manuver yang dilakukannya itulah yang membuat aku mendapat klimaks kedua selang beberapa detik usai aku selesai mendapat klimaks pertamaku bersamanya. Klimaksku yang kedua terasa lebih panjang dan lebih nikmat.

Namun Wahyu terus melakukan manuvernya tanpa ada niat menghentikan apa yang dia lakukan, bahkan sekarang lebih dipercepat irama pompaannya sehingga setelah hampir dua menit aku merasakan kejang otot yang begitu nikmat seperti melayang kesurga, selang beberapa detik kemudian aku merasakan klimaks ketiga.

Kali ini klimaks ketiga lebih lama dan lebih dahsyat hingga hampir 5 menit aku terus merasakan stimulasi kedutan penuh nikmat dari otot- otot liang peranakanku. Melihat aku yang mulai tersengal- sengal karena serangan birahi yang luar biasa intens dan tanpa memberi waktu untukku mengambil nafas Wahyu mulai memelankan gerakan pompaannya kepadaku.

"Enakan keluar berkali- kali? Saat kamu klimaks itu paling enak aku rasakan sayang.. Torpedoku serasa dihisap kencang dan dipijat dengan irama yang tidak beraturan, apalagi semburan cairan squirtmu yang keluar di awal setiap klimaksmu membuat licin jalan peranakanmu." ujarnya memberikan alasan ia melakukan manuver itu.

"Haaahhh.. Haaah.. Enak sayang Berikan lagi sensasi itu.. Aku menyukainya.. Haaahh.. Haaahhh" ujarku sembari terengah- engah menikmati permainan birahi terlarang kami itu.

Mendengar permintaanku agar mendapatkan sensasi multipel orgasme yang sungguh nikmat tak terkira, Wahyu segera mengambulkannya. Lima belas menit kedepan ia memompaku dengan sangat liar dan sangat cepat. Hingga total selama hampir dua puluh menit lebih kami bersenggama aku mendapat multipel orgasme sebanyak 15 kali.

Bermain dengan ritme pompaan yang cepat membuat Wahyu pun akan mendapatkan puncak kenikmatan yang ia nantikan.

""Aahhh sayang.. Aku udah hampir sampai.. Dikeluarin didalam atau dimana?" tanya Wahyu padaku dengan muka memburu disaat aku juga hampir klimaks yang ke enam belas kalinya.

"Didalam saja sayang.. Aku juga mau keluar.. Kita sama- sama keluar ya sayang.. Aaaahhh.. Aaahhh.." ujarku yang juga hampir mencapai puncak kenikmatan bersamanya.

"Tapi kamu lagi subur ga?" tanyanya agak ragu.

"Aku bawa pil darurat dan sekarang bukan masa suburku.. Aman" ujarku meyakinkan Wahyu agar tidak ragu menyemprotkan berjuta- juta benih sperma kedalam rahimku

"Oke... Aaaaaakkkkhhh.. Oooouughhhh.. Oh yeah.. Fuuuuckkk.. Nikmat sekali liang surgamu sayang.." Racau Wahyu sembari menekan sedalam- dalamnya torpedonya ke dalam liang sensitifku menandakan betapa nikmatnya pelepasan yang dia rasakan bersamaan dengan lenguhan panjangku yang menandakan aku juga mengalami puncak bersamaannya setelah sebelumnya mencapai puncak kenikmatan sebanyak lima belas kali sebelum mencapai puncak kenikmatan bersama dengan Wahyu.

'Oh, my heart hurts so good.. I love you, babe.. So bad.. So bad..'suara nada dering handphoneku lagu ILYSB yang dipopulerkan oleh LANY berbunyi. Satu- satunya nada dering yang aku bedakan, karena nada dering khusus untuk panggilan masuk dari Edi, suamiku. Selain itu kenapa aku memilih lagu itu sebagai nada deringku, karena Edi sangat suka lagu itu yang menjadikan alasan aku memakai lagu ILYSB sebagai nada dering panggilan masuk khusus untuknya.

"ADUUUHH.. SUAMIKU TELEPON.. DIMANA YA PONSELKU?" Teriakku panik karena gagal menemukan ponselku saat aku merogoh- rogoh disekitar ranjang tempat aku berbaring untuk disetubuhi Wahyu beberapa saat lalu.

"HAHHH.. APA?!!! SUAMIMU?!! KAMU SUDAH MENIKAH??!!!" Tanya Wahyu dengan keras kepadaku dengan muka pucat mendengar aku keceplosan mengungkap rahasia statusku kepadanya.

"Eh keceplosan.. Udah yang penting bantu aku cari ponselku dulu.. Nanti curiga suamiku kalau ga dijawab" ujarku panik.

Wahyu yang kelaminnya masih menyatu didalam kelaminku berusaha mendengar dengan seksama arah sumber suara yang keluar dari speaker ponselku lalu menoleh ke arah pintu dan berkata "Didepan pintu Vit.. Diantara tumpukan bajumu suaranya berasal"

Aku baru ingat kalau diawal masuk kami menanggalkan semua pakaian yang aku kenakan dari apartemen secara sembrono dan terburu- buru persis di depan pintu kamar ruangan yang kami tempati. Wahyu langsung melepas penyatuan antar kedua inti kami, lalu berlari mencari dan mengambil ponselku setelah itu menyerahkannya kepadaku.

"Ini.. Segera diangkat sayang.." ujarnya kepadaku sembari menyerahkan ponselku.