Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 54 - Meninggalkan Aceh

Chapter 54 - Meninggalkan Aceh

Senin pagi setelah tertidur nyenyak dalam pelukan hangat Edi yang sudah pulang sejak Minggu sore, aku terbangun dengan perasaan segar.

Apalagi Edi yang hampir 24 jam tidak bertemu denganku membuatnya sangat rindu dengan kenikmatan dari tubuh indahku yang menurutnya sangat menggairahkan. Sejak pulang hingga tengah malam kami melakukan olahraga birahi hingga berkali- kali.

Mencapai puncak kenikmatan berkali- lagi walau letih membuat tubuhku menjadi super rileksasi. Oleh karena itu setelah selesai berolahraga ranjang, aku biasanya tidur sangat nyenyak dan bangun dengan keadaan sangat segar.

Aku beranjak dari ranjangku meninggalkan Edi yang masih terlelap tidur disampingku untuk membersihkan diri di kamar mandi. Setelah selesai mandi, aku segera merapihkan dompet dan alat perawatan muka serta kosmetik kedalam tas ransel kecil. Aku tidak berencana membawa pakaian sehelaiku, karena aku berpikir akan merepotkan dan nantipun saat aku kembali ke Aceh aku tidak perlu membawa pakaian hingga menyusahkanku lagi.

Setelah aku selesai merapihkan barang- barang yang aku bawa, aku segera berganti pakaian dan merias mukaku. Persis setelah aku selesai berdandan, Edi bangun dari tidurnya. Ia menatapku dengan penuh rasa cinta cukup lama, lalu beranjak dari ranjang dan menuju diriku yang masih duduk di depan meja rias kamar.

"Aku bakal kangen banget selama kamu nggak ada di sini bareng aku" ujarnya sembari memelukku dari belakang.

"Masa sih? Kan masih ada Kak Nirmala? Lagian kamu kan bisa main sama cewek lain selama aku ga ada disini"

"Nirmala kan sudah ada Tommy.. Cewek bayaran? Mereka ga ada yang sesempurna kamu yang selalu membuatku mabuk kepayang" ujarnya makin gombal sembari menciumi leherku dari belakang.

"Gombal ah kamu.. Aku kan cuma pergi bentar sayang.. Palingan abis wawancara aku pulang. Nanti kalau uda dapat jadwal shift dinas atau orientasi aku baru kembali ke sana lagi" ujarku kepada Edi.

"Jangan lama- lama ya.. Kamu rencana disana berapa hari?"

"Kamis pagi pulang sayang" ujarku memberitahu rencanaku.

"Wah lama banget.. Tiga hari aku ga ketemu.. Sepi banget pasti disini ga ada kamu.." ujar Edi manja.

"Jangan lebay deh sayangku.. Sepi atau ga ada tempat pelampiasan nafsumu?" tanyaku padanya.

"Sepi juga.. Ga ada tempat pelampiasan juga.. Masalah nafsu birahi kamu sendiri kan hiper juga, sok ga butuh deh"

"Hahaha.. Iya sayang. Abis enak sih.. Kamis kamu jemput aku kan?"

"Iya pasti aku jemput. Sekalian kita liburan ke luar yuk. Tar aku belu tiket"

"Liburan kemana?"

"Yang deket aja.. Thailand.." ujarnya kepadaku.

"Wah.. Boleh-boleh.. Nanti aku sekalian bawa pasport aku di apartemen sebelum kembali kesini"

"Deal ya.. Aku pesen dulu deh"

"Oke.. Terserah kamu aja.. By the Way.. Perginya nanti bareng Nirmala dan Tommy?"

"Ngga.. Kita berdua aja"

"Oke.. Ya udah.. Kamu mandi gih.. Katanya mau anter aku ke bandara. Sudah siang ni, nanti aku telat ke bandara." ujarku meminta Edi segera mandi

"Oke.. Kiss dulu" ujarnya minta dicium olehku.

Setelah berciuman Edi segera mengambil handuk lalu pergi mandi. Aku yang sudah berpakaian dengan rapih menyiapkan baju yang akan dipakai Edi diatas ranjang lalu keluar kamar dan menuju ruang makan.

Saat aku keluar dari pintu kamar tidur, Nirmala juga baru keluar dari kamar tidurnya dengan pakaian formal. Dia tersenyum kepadaku dan menyapaku.

"Halo sayang.. Sudah cantik aja pagi- pagi. Kamu terbang jam berapa?" sapa Nirmala sekaligus menanyakan jadwal terbangku.

"Jam 9.30 kak.. Kakak mau sarapan juga?"

"Iya.. Sarapan bareng yuk.."

"Ayo kak.. Tommy kemana kak? Kok ga kelihatan?"

"Masih mandi dia.. Nanti palingan dia nyusul. Kamu berapa hari disana? Sudah ada uang saku?" tanya Nirmala kepadaku.

"Sampai Kamis.. Ada kak.. Edi sudah ngasi uang transport dan uang saku."

"Dikasih berapa sama Edi?"

"Lima belas juta kak."

"APA!! LIMA BELAS JUTA!!" teriak Nirmala tiba- tiba dengan muka merah seperti marah yang mengagetkanku.

"I..iya kak.. ke.. kena.. kenapa kak?" Aku yang kaget menjadi gugup dan terbata- bata karena takut Nirmala marah aku pergi mendapat uang saku sebanyak itu.

"Ngaco itu Edi.. Sama istri pelit banget.. Ya udah ntar kakak tambahin. Lima puluh juta tambahan cukup kan? Kakak belum tau nomer rekeningmu. Kirimin kakak sekarang nomer rekeningmu ya.. Kakak langsung transfer" ujar Nirmala yang rupanya marah karena menganggap Edi pelit dan mau menambahkan uang saku untukku sebanyak lima puluh juta.

"Li.. li.. Lima Pu.. Luh.. Ju.. Ta.. Kak?" tanyaku ga percaya dengan tawarannya.

"Iya.. Lima puluh juta. Kenapa sayang? Kurang?" tanyanya lembut.

"Ngga kak.. Terlalu banyak malah" ujarku.

"Ahh kamu itu terlalu sederhana.. Ya udah kirim sekarang nomer rekeningmu.. Kakak lagi ga megang uang tunai soalnya. Kalau nanti di Jakarta sudah habis uangmu, bilang sama kakak, kakak langsung transfer lagi." Ujar Nirmala sembari membuka mobile banking di telepon seluler miliknya.

"Iya kak, ini aku kirim nomor rekeningnya" ujarku sembari mengirim nomer rekening bank milikku ke Nirmala via whatsapp.

"Oke.. Ini sudah aku terima nomer rekeningnya. Aku kirim ya lima puluh juta" ujarnya sembari mengutak atik mobile bankingnya.

"Oke kak sudah masuk. Terimakasih ya kakakku sayang.." ujarku memberi tahu bahwa transferannya sudah terkirim saat notifikasi mobile bankingku muncul sembari memeluk Nirmala istri pertama Edi yang sangat sayang dan menganggapku sebagai adiknya sejak aku menjadi istri muda Edi.

"Hal biasa dan wajar sayangku.. Kita sudah satu keluarga, sama- sama istri dari Edi Wirya Kusuma.. Jadi harus saling bantu membantu." kata Nirmala dengan bijak dengan penuh ketulusan hati.

Setelah itu kami sarapan pagi bersama, sekitar 15 menit kemudian Edi menyusul kami di meja makan dan dilanjut dengan Tommy yang turun 5 menit setelah Edi datang.

Selesai menyantap sarapan bersama, Nirmala dan Tommy mengantar kepergianku hingga ke teras depan rumah, setelah itu aku bersama Edi dan supir kami berjalan menuju ke Bandara. Perjalanan pagi itu lumayan lancar, tidak sampai 1 jam aku sudah tiba di tempat.

Edi menemaniku hingga aku masuk ke dalam pintu masuk terminal keberangkatan. Setelah selesai menemaniku ia berangkat menuju kantornya.

‐-------

Sesampainya aku dibandara tujuan, aku segera memesan taksi online untuk mengantarkan aku ke apartemenku. Setelah sampai apartemen aku merapihkan barang- barang yang aku bawa dari Aceh.

Baru 5 menit aku merapihkan barang- barang yang aku bawa, nada dering telepon selularku berbunyi. Ada panggilan telepon masuk dari no tidak dikenal. Aku segera menjawab panggilan telepon masuk itu, karena kemungkinan itu dari bagian sumber daya manusia RSUD yang aku baru masukan lamaran beberapa waktu lalu.

"Halo.. Selamat siang.. Apa benar ini no telepon dari ibu Vita?" terdengar suara perempuan yang tidak familiar di saluran telepon.

"Ya benar bu.. Darimana ya ini?" jawabku sembari melanjutkan merapihkan barang- barang bawaanku ke meja rias.

"Saya Entin, dari RSUD Cikarang. Saya hendak menyampaikan bahwa lamaran ibu sudah kami terima, dan komwat, direksi serta tim kami hendak melakukan wawancara terkait masalah lamaran ibu ke kami. Rencananya hari rabu jam sembilan pagi. Apakah ibu bisa hadir?"

"Bisa ibu. Saya akan hadir ke sana sebelum jam sembilan."

"Baik ibu, jangan lupa berkas- berkas asli mohon dibawa serta untuk kami cek dan ricek. Ada yang ibu hendak tanyakan terkait jadwal rabu?"

"Tidak ada Bu Entin. Terimakasih"

"Baik . Jika ibu tidak ada yang ingin ditanyakan, saya rasa sudah cukup yang saya perlu sampaikan. Semoga aktivitas ibu hari ini dilancarkan. Selamat siang" ujar bu Entin mengakhiri percakapan ditelepon denganku.

"Selamat siang bu."

Selesai aku menyelesaikan percakapan dengan bu Entin, masuk notifikasi whatsapp baru dari Wahyu.

[Halo cantik.. Apa kabar.. Kangen nih aku beberapa hari ga ketemu kamu. Lagi sibuk ga? Aku lagi santai nih, kalau kamu ga ada acara makan sore bareng terus berduaan dihotel sama aku yuk.. Aku seminggu ini nginep di Hotel Ritz karena bos lagi ada acara seminar.]

[Halo bro.. Makan dimana? Bayar sendiri- sendiri atau ditraktir ni?]

[Ya ditraktir lha.. Makan di restoran Hotel aja.. Abis itu kita 'bersenang- senang. Bagaimana? Kamu ada waktu?]

[Ok boleh.. Kamu jemput aku ya]

[Boleh.. Dimana? Tapi, mobil bos lagi di bengkel, kalau aku jemput pakai motor boleh?]

[Boleh. Di jalan Delima.. Aku tunggu di halte bus di jalan delima, samping indomart. Jam berapa kamu jemput?]

[Jam 5.30 ya.. Aku nanti bawa motor Ninjaku dan bawa helm tambahan]

[Oke kalau udah mau dekat kabarin aja..]

[Oke.. Sampai ketemu disana]

Aku segera mandi karena jam setengah enam tinggal 2 jam lagi, apalagi aku mesti dandan sebelum ketemu Wahyu yang merupakan Friend With Benefit-ku itu. Selepas aku mandi selama 1 jam, aku segera berdandan minimalis dan gaya natural sehingga tidak terlalu menor dan norak bila ditempat umum.

Aku memilih memakai baju jumpuit romper warna hitam tanpa lengan dengan resleting depan supaya mudah dilepas, namun nyaman untuk naik motor. Apalagi tujuanku dengan Wahyu adalah asyik masyuk sehingga aku memilih baju yang mudah dilepas pakai.

Sebagai luaran aku memakai jaket kulit hitam supaya tidak masuk angin selama perjalanan menggunakan motor. Selesai aku berdandan dan memakai pakaian yang aku pilih, aku melihat ke jam tanganku. Waktu sudah menunjukan pukul lima lewat dua puluh sore. Aku segera mengambil tas ransel mini dan memakai sepatu sendal gladiatorku agar tidak membuat Wahyu menunggu terlalu lama.

Saat aku hendak keluar pintu untuk meninggalkan unit apartemen, notifikasi pesan dari Wahyu masuk ke telepon selularku, mengabari bahwa ia sudah sampai ditempat yang kami janjikan.

Setelah aku membalas pesannya, aku segera berjalan ke halte yang sudah kita sepakati. Butuh waktu sekitar 10menit untuk aku sampai ke sana, karena jarak tempuhnya sekitar 300-400 meter dari apartemenku.

"Halo Vita.. Makin cantik dan nafsuin aja kamu.. Jadi pingin cepat- cepat melahap kamu deh" sapa Wahyu saat melihatku sampai dihalte.

"Hahahaha.. Sebelum kamu melahap aku, aku lahap dulu makanan direstoran itu ya. Oke? Yuk lah kita berangkat. Aku juga sudah lapar dan nafsu" ujarku padanya.

"Siap bos.. Ini helmnya. Yuk kita jalan" ujarnya sembari menyerahkan helm untuk aku pakai lalu menyalakan motornya.