Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 53 - Diterima kerja

Chapter 53 - Diterima kerja

Aku terbangun pagi itu dengan perasaan segar dan penuh semangat. Edi dan Nirmala sudah meninggalkan diriku sendirian di atas ranjang lebih dahulu karena mereka harus bekerja. Aku segera bangun dari ranjang dan memakai bajuku yang berserakan dilantai.

Aku lihat jam dinding menunjukan jam setengah tujuh pagi. Dari arah kamar mandi terdengar suara pancuran deras air mengalir, sepertinya sesorang sedang mandi didalam, antara Nirmala, Edi atau bisa saja keduanya. Setelah selesai mengenakan pakaianku, aku kembali ke kamar tidurku.

Saat aku membuka kamar, terlihat Edi sedang melakukan push up dilantai tanpa sehelai pakaian pun menutupi tubuhnya. Ia memang mempunyai kebiasan olahraga sebelum pergi mandi. Melihatnya berkeringat seperti itu membuat nafsu birahiku meningkat.

Aku langsung mendapat ide untuk melakukan persetubuhan dengan suami baruku itu menggunakan linggerie yang baru aku beli kemarin di butik milik Syifa. Aku berjalan membuka lemari pakaian, lalu segera mengenakan lingerie seksi yang aku beli memang untuk menggoda dan memuaskan fantasi suamiku itu.

Edi yang sedang fokus melakukan push up tidak sadar aku sudah mengenakan lingerie seksi dan berbaring diranjang. Aku memperhatikan Edi yang sedang melakukan push up dari atas ranjang. Rupanya ia mengenakan airpod pro dikedua kupingnya, pantas saja ia tidak sadar aku berada dikamar, karena ia sedang mendengar musik.

Aku membiarkan ia terus melanjutkan pushupnya, melihatnya melakukan olahraga membuatnya terlihat ia lebih maskulin. Apalagi disertai keringat yang bercucuran disekililing otot tubuhnya, membuat dirinya jadi lebih terlihat jantan dan menggairahkan. Harus aku akui, aku memang menyukai tubuh laki- laki yang atletis dari sejak SMA.

Edi membalikan tubuhnya sepertinya hendak melakukan sit up, tanpa menyadari keberadaanku diatas ranjang. Sepertinya ia sedang menikmati musiknya sehingga ia melakukan gerakan situp dengan menutup matanya sembari berdendang mengikuti alunan musik yang ia putar.

Entah karena udara dingin akibat pendingin ruangan di kamar kami, atau memang Edi sedang agak bernafsu, tampak torpedonya tegang berdiri tegak seperti tiang bendera menantang diriku untuk dinikmati. Aku yang sudah terlalu bernafsu, segera duduk mengangkanginya diatas Edi.

Edi membuka matanya karena kaget tersenggol kedua betisku dan melihat istrinya sudah berada diatasnya dengan posisi mengangkanginya tepat diatas batang rudal tempurnya.

"Kamu mau bantu aku berolahraga dengan baju seragam pns mu ya sayang?" ujarnya sembari tersenyum.

blesshh.. Tanpa butuh lama batang keperkasaan Edi sudah masuk ke dalam liang sensitifku. Aku Segera memompa naik turun diriku dengan posisi seperti menunggang kuda.

"Iya sayang.. Aku mau bantu kamu.. Apa maksudmu PNS sayang" tanyaku kepada Edi yang tetap melakukan sit up walau aku sudah memompanya membuat sensasi tersendiri dalam persetubuhan kami.

"Pemuas nafsu suami sayangku.." ujar Edi sembari terus melakukan sit up sembari menikmatiku melakukan pompaan kepada batang kenikmatannya menggunakan kue apemku diatas tubuhnya.

"Oooh.. Itu.. Aaahhh.. Aaaahh.. Enak sayang kontolmu.. Aku suka banget.. Aaahhh.. Kamu suka aku pakai baju seragam pns baruku ini.. Ouugghhh?" ujarku sembari menggoyang pinggulku naik turun menikmati persetubuhan yang kendalinya berada didiriku.

Aku selalu paling suka posisi woman on top, karena kendali berada didiriku, sehingga lebih terasa nikmatnya dibandingkan posisi lain karena aku bisa mengatur kecepatan dan irama persetubuhan sesuai yang aku mau.

Rintihan dan lenguhan mengema di kamar tidur kami, peluh keringat kami bercucuran di lantai kamar tidur kami. Aku terus mendominasi dan mengatur ritme pergerakan pergumulan kami yang penuh kenikmatan pagi ini.

Aku yang mudah mengalami klimaks berkali- kali mendapatkan puncak kenikmatan permainan asmara disertai muncratan cairan squirtku yang membasahi tubuh Edi hingga meluber ke lantai kamar. Setelah hampir tiga perempat jam lebih kami berpacu dalam kenikmatan hubungan suami istri ini, akhirnya kami mencapai orgasme bersama dengan kedudukan hasil akhir kami 15 kali aku kebobolan dan Edi satu kali.

Setelah menikmati indahnya surga dunia bersama, kami berpelukan dilantai sembari mengumpulkan tenaga dan menormalkan kembali nafas kami yang masih tersengal- sengal setelah melakukan pergumulan.

"Aduh.. Aduh.. Vita.. Bikin iri aja deh kalian pagi- pagi" ujar Nirmala, mengagetkan kami yang sedang bermesraan, dengan pakaian kerjanya didepan pintu kamar tidurkh yang rupanya lupa aku tutup.

"Iiih.. Kakak.. Ngagetin aja.. Yuk sini.. Kita bermesraan bertiga.." tawarku kepadanya.

"Ngga ah.. Aku udah rapih begini, jam setengah sembilan aku harus mimpin rapat pula. Kalau aku bermesra- mesraan dengan kalian bisa- bisa aku mesti beres- beres lagi dari awal" ujar Nirmala menolak ajakanku.

"Kamu ga mandi sayangku?" tanya Nirmala ke Edi.

"Jam berapa sekarang?" tanya Edi yang masih berbaring dilantai bersamaku.

"Setengah delapan kurang beberapa menit" jawab Nirmala.

"Wah udah siang banget.. Aku mesti buru- buru mandi" ujar Edi dengan panik dan segera beranjak untuk mandi.

"Hahaha.. Lagian kamu waktunya mepet masih sempet- sempetnya menikmati Vita.. Kaya tadi malam belum puas aja" ujar Nirmala meledek Edi.

Edi yang terburu- buru tidak menghiraukan ledekan istri tuanya dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri meninggalkan aku dan Nirmala yang masih tertawa melihat tingkahnya.

"Vit.. Temanin kakak sarapan yuk.. Ga enak sarapan sendiri.." ajak Nirmala kepadaku.

"Oke Kak.. Aku pakai baju dulu ya.." ujarku yang hanya menggunakan linggerie seksi yang baru aku beli kemarin.

"Oke.. Kakak tunggu dibawah ya.. Jangan lama- lama" ujarnya sembari pergi meninggalkanku.

Aku segera memakai kaus oblong dan celana pants hitam lalu menyusulnya ke ruang makan. Disana Nirmala sedang menyantap roti bakar isi telur mata sapi dan selembar daging sapi yang dibakar ala daging bacon.

"Ah.. Kamu sudah datang.. Mau makan apa? Kalau aku biasa makan sederhana seperti ini pagi- pagi" ujar Nirmala sembari menyantap makanan dipiringnya.

"Mbak aku bikinkan indomie goreng aja ya satu" ujarku kepada Mbak Iyem yang berdiri didekat meja makan kami.

"Baik bu.." ujar Iyem sembari bergegas menuju dapur untuk membuatkan aku mi instan yang aku inginkan.

"Pagi- pagi kok makan mie Vit? Tar ga kenyang lho" tanya Nirmala kepadaku.

"Kenyang kak.. Biasanya aku sehari- hari emang sarapan mi instan" jawabku.

"Ya jangan seperti waktu kamu masih hidup sendiri di kostan dong say.. Pembantu banyak.. Tinggal diminta tolong membuatkan sarapan.. Lagian katanya kebanyakan mie instan ga sehat kan? Kamu pasti lebih tau lah ya sebagai perawat" ujar Nirmala kepadaku.

"Iya kak.. Besok pagi ga makan mie lagi.." ujarku mengiyakan pernyataannya agar tidak makin dinasehatin.

Kami berdua makan sarapan kami tanpa suara, suasana hening dan sunyi sepi terpancar diruangan makan dengan meja makan berbentuk persegi panjang yang cukup besar untuk menampung 30 orang makan dengan hidangan mewah berlimpah bersama- bersama.

Dibelakang aku dan Nirmala berdiri satu pelayanan yang bertugas melayani secara pribadi keperluan dan kebutuhan kami selama kami bersantap.

Mbak Murni yang berdiri dibelakang diam tak bersuara menunggu perintah dariku, begitu juga mbak Mia yang berada dibelakang Nirmala. Selang 15 menit kemudian Edi, suami kami berdua,masuk ke ruang makan dengan sudah mengunakan setelan jas abu-abu dan dasi merah untuk menyantap sarapan pagi sebelum pergi ke kantor.

Mbak Iyem yang bertugas menyiapkan dan menyajikan makanan yang diminta oleh kami segera datang mendekati Edi.

"Pagi Tuan.. Hendak sarapan apa Tuan pagi ini?" tanya Mbak Iyem kepada Edi.

"Siapkan saja omelet dengan jamur dan bawang bombai dan kopi hitam tanpa gula seperti biasa." ujar Edi sembari duduk didekatku.

"Acara kamu hari ini apa sayang?" tanya Nirmala kepada Edi membuka obrolan.

"Aku disuruh menggantikan oom Jatmiko mimpin rapat di kantor pusat, karena dia sedang mempersiapkan diri untuk pernikahannya yang akan berlangsung sebentar lagi"

"Oh.. Kamu ga pulang dong hari ini?"

"Mungkin ya.. Liat situasi.. Tapi koper buat aku menginap juga sudah disiapkan barusan oleh Lia dan sudah ditaruh dibagasi mobil buat jaga- jaga. Kalaupun menginap, lusa paling lama aku juga sudah pulang.. Kamu kontrol ke Prof Tarigan kapan? Terus si Tommy kapan kembali?"

"3 hari lagi jadwalnya. Tommy kembali besok minggu pagi katanya" jawab Nirmala kepada Tommy.

"Wah sepi dong dirumah cuma kalian berdua" komentar Edi atas berita yang disampaikan Nirmala.

Setelah berbincang sebentar, Nirmala yang sudah meyelesaikan menyantap sarapannya pamit duluan untuk berangkat ke kantor. Aku yang sudah selesai beberapa saat kemudian memilih tetap ditempat menemani Edi yang baru mulai menyantap sarapannya yang baru saja selesai di buat oleh Chef Gordon.

"Kamu kegiatannya apa hari ini?" tanya Edi kepadaku.

"Aku palingan bersantai dan berolahraga dirumah saja. Mau ngapain lagi. By the way, kamu senin baru pulang ya?"

"Moga- moga nggak. Aku usahakan minggu pulang. Kalau ga terpaksa hari sabtu begini aku malas sebenarnya ke kantor pusat. Tapi mah bagaimana lagi.. Baik- baik ya dirumah bersama Nirmala. Kamu mau dibelikan apa ga selama aku ke luarkota?" jawab Edi sembari menawarkan oleh- oleh selama dia luar kota.

"Pengen Durian.. Kan daerah sana terkenal Durian ya?" tanyaku pada Edi.

"Oke.. Durian ya. Nanti pulang dari sana aku bawakan banyak durian." ujarnya sembari tersenyum kepadaku.

Kami berdua menyelesaikan sarapan yang tersaji di meja makan, setelah itu Edi pamit kepadaku karena akan pergi ke luarkota selama beberapa hari. Aku menemaninya hingga ia pergi menjauh dari rumah kami menggunakan mobilnya. Rasanya sepi sekali saat aku hanya diam dirumah sendiri. Namun aku berusaha membunuh sepi dengan cara berolahraga di ruangan yang khusus dipergunakan untuk berolahraga dilantai 2.

Setelah hampir 1jam melakukan olahraga menggunakan semua alat yang ada aku merasakan keletihan yang luar biasa. Akhir aku memutuskan berjemur di tepi kolam yang berada di halaman belakang sembari menikmati jus mangga yang aku dibuatkan oleh pelayan rumah kami.

Tiba- tiba notifikasi whatsapp aku berbunyi, aku membuka whatsappku dan rupanya dari Anton mengabari masalah pekerjaan kepadaku.

[Vit.. Aku tadi pagi menghubungi orang SDM. Ada kabar gembira nih.. Besok senin kamu akan dipanggil rs. Terkait lamaran kamu diterima. Palingan agak siangan kamu ditelepon mereka.] pesan dari Anton membawa kabar gembira yang aku nantikan.

[Waduh.. Aku sedang diluar kota. Gimana ya Ton.. Aku ga tau apakah besok senin bisa ke sana atau ngga]

[Yaaahhh.. Kok gitu.. Emang ngapain kamu ke luar kota?] tanya Anton kepadaku.

[Ada baksos, aku kan mesti cari uang juga.. Kalau ga makan apa aku?] jawabku memberi keterangan palsu seakan- akan aku sedang ikut acara baksos.

[Oh gitu.. Dimana? Sampai kapan?] tanya Anton penasaran.

[Di daerah Kebumen.. Mungkin selasa atau rabu sudah kembali]

[Ooo.. Ok.. Ok.. Daerah yang kena gempa itu ya.. Okelah nanti kamu jelasin aja dengan jujur. Aku coba bantu backupin kamu. Berarti kamu di sana dari kemarin ya? Hebat juga ya kamu.. Rabu malam kan ya gempanya? Ya udah kamu jaga diri disana..] puji Anton kepadaku.

[Iya rabu kejadiannya. Jumat pagi aku perginya bersama perawat cabutan klinik yang kerjasama dengan partai Harapan Bangsa ] ujarku kepada Anton.

[Ooo.. Partai Harapan Bangsa itu partai baru yang sedang naik daun sejak pemilu lalu ya?] tanya Anton memastikan apa yang dia pikirkan.

[Betul sekali.. Oke sayang.. Aku kerja lagi ya.. Love U] ujarku mengakhiri obrolan kami di whatsapp agar ia tidak bertanya lebih lanjut terkait masalah ini yang bisa membongkar kebohonganku.

[Oke.. Bye.. Hati2 selama disana.. Jaga kesehatan. Love U] balas Anton untuk terakhir kalinya.

Aku berani berbohong memakai nama partai Harapan Bangsa karena selama perjalanan untuk ke butik Syifa, Nirmala sempat memberitahu bahwa adik sepupu mamanya adalah ketua Partai Harapan Bangsa dan sangat dekat sekali dengan keluarga Nirmala.

Tentu saja kedekatan itu karena mama Nirmala selalu membantu memberikan dana segar kepada pak Rizal selama berkarir di dunia politik karena ketulusan dan perhatian adik sepupunya kepada masyarakat kecil yang membuat mamanya Nirmala rela membantunya.

Setelah aku selesai menerima kabar dari Anton, aku menghubungi Edi masalah kemungkinan aku harus menghadap ke rsud terkait lamaran yang aku ajukan.

"Halo sayang.. Ada apa telepon aku?" ujar Edi setelah koneksi telepon kami tersambung.

"Halo sayang.. Jadi gini sayang.. Barusan aku dapat kabar dari temanku yang kerja di rsud. Kalau aku dipanggil minggu depan terkait lamaran yang aku kirimkan ke sana. Cuma masalahnya aku kan ga bawa duit banyak terkait kemarin mendadak ke Aceh. Aku boleh minta uang buat tiket pesawat ga?" tanyaku langsung ke inti masalah.

"Huff.." Edi membuang nafas berat lalu melanjutkan ucapannya "Kamu benar- benar ingin kerja ya? Terus LDR dong kita?"

"Ya ga apa- apa kan LDR? Kamu kan tahu, menjadi perawat itu kan cita- citaku banget.. Apa kamu mau melarang- larang aku menggapai cita- citaku? Apa kamu mau mengurungku di sangkar emas seperti burung begitu?!" Ujarku membalas pertanyaan Edi dengan pertanyaan yang menohok.

"Aku tidak ingin menahanmu, tapi bagaimana kalau aku kangen? Terus gimana cara kita bisa bertemu?" tanyanya dengan nada sedih.

"Ya tinggal ketemu saja.. Kan aku bisa pulang kalau tidak dinas.. Kamu juga bisa mendatangi aku ke sana."

"Bagaimana kalau kamu kerja di Aceh saja?" tawar Edi kepadaku.

"Jangan gitu dong sayang.. Kamu sendiri kan sudah membelikan apartemen buat aku, terus kamu juga janji membelikan rumah buat aku di sana. Kenapa aku ga boleh tinggal di kotaku" ujarku protes.

"Okelah kalau begitu. Aku ngalah Tapi janji.. Setiap jumat sampai minggu kamu pulang ya.." ujar Edi.

"Kalau ga kena shift hari itu ya.. Aku pasti pulang" ujarku menjawab.

"Okelah oke.. Berapa mesti transfer ke kamu? 15 juta cukup?" tanya Edi.

"Cukup banget.. Terimakasih ya sayang" ujarku kepada Edi.

"Sama- sama. Ya sudah, ini aku ad telepon masuk, ada yang perlu kamu omongkan lagi ngga?"

"Ngga ada. Ya udah aku tutup ya teleponnya.. Bye.. Love you.." ujarku.

"Bye.. Love you too" ujarnya lalu mematikan saluran telepon kami setelah pembicaraan ini selesai.