Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 41 - Apartemenku dibobol

Chapter 41 - Apartemenku dibobol

Aku pulang dengan rasa lelah dan pegal menghinggapi seluruh tubuhku. Ingin rasanya beristirahat seharian, jadi aku putuskan untuk beristirahat seharian karena aku semalaman hanya istirahat tidur 2 jam saja akibat pesta orgy berempat kami berlangsung hingga jam 4 pagi.

Itupun hanya tidur- tidur ayam, atau tidur yang tidak nyenyak, karena terganggu suara dengkuran pak Satrio yang luar biasa keras dan menyiksa. Akhirnya setelah sampai apartemen, aku mampir ke toko kelontong di ruko lantai dasar apartemen, yang namanya sudah terkenal di Indonesia dengan banyak cabang yang sudah tersedia hampir dipelosok kota, untuk membeli bahan pokok dan kosmetik serta produk perawatan kulit yang sudah hampir habis.

‐-------

"Total semua tujuh ratus sembilan puluh ribu delapan ratus rupiah ya mbak. Mau bayar pakai apa?" tanya mbak- mbak petugas kasir yang usianya sepantaran denganku berseragam merah merah dominan yang khas dari franchise toko kelontong itu.

"Pakai kartu kredit mbak.." ujarku menyerahkan kartu kreditku kepada petugas kasir dengan wajah ayu khas perempuan jawa tengah.

"Tunggu sebentar ya mbak" ujarnya sembari menggesek kartu kredit yang aku berikan dan mengetik jumlah yang harus dibayarkan.

"Oke" ujarku.

"Decline mbak.. Ada kartu lain?" ujar petugas kasir yang dari kartu pengenal yang tergantung dilehernya bernama Henita.

"Coba kartu ini ya mbak" ujarku kepadanya sembari menyerahkan dua kartu kredit lainnya yang aku punya.

"Dua-duanya decline juga mbak. Ada kartu lain atau mau bayar tunai?" tawarnya kepadaku setelah mencoba kedua kartu kredit yang baru saja aku berikan.

"Ya sudah pakai kartu debit ini saja mbak" ujarku.

Aku berpikir, kenapa semua kartu kredit aku decline? Apakah karena si brengsek Ardi lupa bayar. Atau..

Sepertinya Ardi sudah memblokir semua kartu kreditku selepas kejadian kasus pasien di Tunggal Hospital beberapa hari lalu. Apalagi kartu kreditku hanya kartu kredit tambahan, mudah untuk dia sebagai pemegang kartu kredit utama untuk menonaktifkan kartuku.

Aku agak menyesal, kenapa tidak aku kuras dan cairkan saja uang didalam kartu kredit aku sebelumnya, lumayan aku bisa mendapat uang tunai sebesar lima puluh juta dari ketiganya secara total. Namun biarlah, setidaknya aku baru saja dapat tambahan uang tabungan sebesar dua puluh lima juta rupiah dari pak Satrio.

"Terimakasih dan silahkan berbelanja kembali" ujar mbak pramuniaga setelah proses pembayaran selesai sembari mengembalikan kartu debitku.

Setelah selesai berbelanja aku mampir ke costumer service di lobi untuk mengecek ada tidak titipan untukku.

"Pagi mbak.. Ada titipan surat atau barang utuk saya?" ujarku menyapa mbak costumer service yang dinas pagi itu.

"Selamat pagi bu vita.. Ada beberapa surat bu.. Sebentar saya ambilkan" ujarnya balas menyapaku lalu membuka laci tempat ia menyimpan surat- surat yang ditujukan untuk penghuni apartemen.

"Ok mbak." ujarku menunggu.

"Ada 3 surat ya bu." ujarnya menyerahkan 3 surat berupa 1 surat tagihan berlangganan layanan internet dan layanan televisi satelit di unitku, 1 surat dari Tunggal Hospital, dan satu surat tidak ada nama pengirim hanya tulisan to:Vita.

"Ok. Terimakasih mbak" ujarku sembari mengambil 3 surat yang ditujukan kepadaku dam menaruhnya di paper bag belanjaanku dari toko kelontong di ruko apartemen.

"Kembali kasih bu Vita" ujarnya dengan sopan.

‐-------

Aku keluar lift dengan langkah gontai karena begitu lelah akibat aktivitas kemarin siang hingga tadi pagi bersama pak Satrio dan Wahyu. Rasanya ingin segera tidur, sembari mengeluarkan kunci unit dari tasku aku berjalan menuju unit kamarku yang hanya berjarak 50 meter dari lift.

Saat aku hendak membuka pintu kamar, aku terkejut karena pintuku terbuka sedikit seperti habis dibuka orang. Karena aku takut ada orang dengan maksud jahat menunggu didalam, aku segera mengeluarkan botol semprotan gas air mata untuk perlindungan diri.

Aku mengendap- endap masuk ke dalam unitku sembari mengawasi keadaan sekitar dengan seksama. Aku memeriksa ke kamar tidur, kamar mandi, dan balkon depan namun tidak ada orang. Akan tetapi seisi kamar tidurku berantakan seperti ada penyusup atau perampok masuk ke kamarku untuk mencari sesuatu.

Aku segera memeriksa seisi barang di kamar tidurku setelah sebelumnya mengunci pintu depan. Beberapa barang aku temukan lenyap dari kamar tidurku, antara lain jam digital Amazon Echo Show 5 generasi ke 2 2021 yang seharga lebih dari 1 juta setengah yang dibelikan Ardi, Laptop macbook air M1 2021 yang dibelikan Ardi untuk hadiah ulang tahunku seharga dua puluh dua juta rupiah dan samsung frame tv yang dibelikan Ardi saat awal aku tinggal di apartemen seharga dua puluh juta rupiah.

Ketiga barang elektronik yang biasa tergeletak bebas di kamar tidurku adalah pemberian Ardi, membuat aku curiga yang membobol kamarku adalah dia. Untuk membuktikan kecurigaanku, aku membuka lemari baju dan mengecek lemari tempat aku menyimpan perhiasan. Kecurigaanku terbukti, 4 kalung emas yang diberikan oleh Ardi senilai total 100 juta, 3 gelang emas yang juga diberikan Ardi seharga total 150 juta, sebuah cincin berlian frank&co seharga 150 juta rupiah untuk hadiah valentineku, sedangkan perhiasan yang aku beli sendiri atau pemberian selain Ardi semuanya masih ada.

Aku kesal banget dengan Ardi, selain meng-Ghosting aku, memblock aku dari kontaknya sehingga aku tidak bisa menghubunginya, sekarang barang- barang yang dia belikan untuk aku sebagai hadiah diambil semua. Dasar laki- laki licik dan perhitungan, menyesal aku kenal laki- laki lemah syahwat seperti dia. Untung aku pergi ke Hotel Prambanan dengan menggunakan Jazz Jingga aku dan selalu membawa iphoneku kemana- mana, kalau ngga mungkin ia akan mengambil mobil Jazzku juga yang merupakan pemberian dia.

Daripada ia menyita mobilku dan masuk tanpa izin ke apartemenku, aku lebih baik mengganti kunci unit dan juga mengganti kunci mobil dan memasang alarm tambahan agar ia tidak bisa seenaknya menyita mobil dan apartemenku.

Aku bergegas membuat kopi agar menunda kantukku sementara selama beberapa jam kedepan. Selain itu aku segera mengontak kenalanku yang punya bengkel mobil yang bisa memasang alarm dan mengganti kunci dengan tingkat pengamanan terbaik dengan harga sangat jauh dari harga terendah di bengkel lain.

Setelah aku menawar harga dan mendapat harga yang masih bisa aku tolerir dan 'pas dengan budjetku' yang lagi pas-pasan dari Ko Huang, aku bergegas pergi untuk mengganti kunci dan pasang alarm di mobil jazz jingga milikku yang dibelikan oleh Ardi.

‐-------

"Halloooo.. Vita.. Haiya... Makin cantik aja lu jadi orang.." Sapa Ko Huang sembari memujiku saat aku sampai di bengkel.

"Makasi Ko.. Ko, to the point aja ya, ini berapa lama pasangnya? Bener cuma 2 jam kan? Diprioritaskan ya, kan gue bestienya Koko." ujarku kepadanya.

"Beres.. Lu duduk aja didalam, ruang tunggu, makan- makan snack dan main internet pakai wifi bengkel, pokoknya belom 2 jam udah kelar dah" ujarnya kepadaku.

"Mantap Ko.. Ya udah Ko aku tunggu didalam ya.. Terimakasih Ko" ujarku sembari hendak melangkah ke ruang tunggu milik Koko Huang.

"Eh bentar.. Kiss buat Koko mana? ujarnya sembari menunjuk pipinya.

"Iiih Koko masih genit aja.. Mmmuaaachhh" ujarku sembari menciumnya.

"Nah gitu.. Kan Koko jadi semangat nyuruh montir owe buat kerja ngebut sesuai permintaa Vita" ujarnya kepadaku.

"Oke Ko.. Gue kedalam ya" ujarku sembari masuk ke dalam bengkel menuju ruang tunggu bengkel yang cukup mewah dan punya sarana pendukung yang mumpuni.

Bengkel Koko Huang memang cukup punya nama di Kota. Bengkel yang sudah berdiri sejak 40 tahun lalu merupakan bengkel yang memberi pelayanan lengkap dari mobil biasa hingga mewah semua bisa dikerjakan, apalagi tehnologi bengkel yang dipakai untuk perbaikan sangat canggih dan termasuk terbaik untuk se Asia Tenggara, sehingga banyak pengusaha dan pejabat yang memasrahkan perawatan dan perbaikan mobil mereka ke bengkel milik Ko Huang.

Aku sendiri kenal dengannya saat acara balapan mobil di sentul 2 tahun lalu. Ko Huang yang mensponsori dan memodifikasi mobil salah satu pembalap berkenalan denganku yang bekeja sebagai umbrella girl yang disewa oleh produk ban perusahaan internasional yang menjadi salah satu sponsor di kejuaraan balap mobil itu. Dan karena kecantikan serta pesonaku, akhirnya dia berkenalan denganku.

Aku makin sering bertemu dengannya karena pembalap yang disponsori olehnya sempat berpacaran denganku walau hanya 3 bulan. Sehingga aku sering berkunjung ke bengkelnya menemani Edi, pacarku saat itu, yang sering nongkrong di bengkel sekalian menunggu hasil perbaikan dan modifikasi mobilnya di bengkel Koh Huang agar makin cepat lajunya.

Karena hampir tiap hari Edi selalu datang ke bengkel Ko Huang dari siang hingga malam, aku sering mampir ke bengkel. Saking seringnya aku kesana, lama- kelamaan aku dan Ko Huang menjadi akrab, dia menganggapku sebagai saudara angkatnya, dan aku sering sekali dibantu terkait masalah perbaikan kendaraan, sebaliknya saat aku menjadi perawat, kalau ada urusan kesehatan aku pasti selalu membantunya.

‐-------

"Vita.. Sini.." ujar Ko Huang memanggilku keluar ruangan tunggu.

"Kenapa Ko?" tanyaku mendatangi Koko yang sedang berdiri didepan ruang tunggu dengan seorang laki-laki yang sepertinya familiar sekali mukanya sembari berbincang.

"Lu ingat ini siapa?" Tanya Koko kepadaku.

"Hai.. Vita.. Masih ingat aku?" tanya laki- laki yang tinggi besar, dengan badan bidang, hidungnya mancung, bermuka tampan dengan kulit putih.

"Edi?? Kamu Edi Wirya Kusuma?" ujarku ragu karena walau suaranya mirip tapi Edi yang dahulu kukenal kurus, hidungnya pesek dan kulitnya coklat.

"Hahaha.. Masih kenal aku rupanya.. Apa kabar cantik" ujar sembari tertawa sumringah.