"Kamu ga usah khawatir, aku akan mencari cara untuk membantu kamu membalaskan dendam. Tapi.. Kamu tahu.. There is no free lunch.." Ujar Edi sembari tersenyum licik.
"Apa yang kamu inginkan? Aku akan coba pikirkan" ujarku sembari menghela nafas, sejak tahu Edi adalah anggota IKEA, aku yakin Edi yang aku kenal dahulu sudah sangat berubah.
"Kamu bilang.. Kamu pernah menjadi simpanan Ardi.." Edi mulai bicara.
"Kamu ingin aku menjadi simpananmu?" aku memotong omongan Edi.
"Bukan.. Aku ingin kamu jadi istriku.." ujar Edi.
"Tapi.. Kamu sudah menikah.. Kepercayaanku ga memperbolehkan aku menjadi istri kedua.. Lagipula, apa bedanya aku menikah dengan jadi simpanan? Menikah bukan hanya untuk memiliki raga tapi juga jiwa.. Kamu yakin aku akan menyerahkan jiwaku padamu? Kalau aku jadi kamu, aku akan memilih menjadikanku simpanan daripada istrimu karena lebih menguntungkan" ujarku memberikan usulan dan pendapatku.
"Kamu tahu.. Aku benar- benar jatuh cinta denganmu.. Aku berpindah dari pelukan satu wanita ke pelukan wanita lain karena aku mencoba untuk mengisi kekosongan hatiku.. Namun tetap saja hatiku terasa kosong.. Hanya kamu yang bisa mengobati kekosongan hatiku.. Aku bahkan siap menceraikan istri pertamaku setelah aku mendapatkan tujuan awalku menikah dengannya lalu hidup sederhana bersamamu.. Kamulah yang aku inginkan didunia ini Vit.."
"Tapi.. Aku menyukai hubungan tanpa status.. Aku lebih suka kebebasan daripada terikat seumur hidup bersama satu orang.. Aku tidak bisa.. Kamu akan rugi.. Aku pasti akan mengkhianatimu.."
"Aku tahu.. Tapi selama kamu berkhianat dibelakangku dan tidak ketahuan olehku, aku tidak masalah" ujarnya kembali.
"Apa yang akan kamu lakukan kalau aku ketahuan berkhianat dengan laki- laki lain?" ujarku penasaran.
"Jelas.. Aku akan melenyapkan laki- laki itu.."
"Bagaimana denganku?"
"Aku sudah bilang aku cinta sama kamu.. Aku selalu akan memaafkanmu"
"Lalu.. Apa keuntunganku selain aku bisa membalaskan dendamku pada Ardi?"
"Semua yang kamu minta akan aku berikan Vit.."
"Oke.. Tapi aku cepat bosanan.. Bagaimana kalau aku akhirnya lelah dan bosan denganmu dan minta kamu untuk menceraikanku?"
"Apabila kamu meminta cerai denganku, aku akan berusaha mempertahankanmu.. Namun bila apa yang aku usahakan tetap tidak membuatmu merubah pemikiranmu aku bersedia menceraikanmu" ujar Edi masih berusaha membujuk dan meyakinkanku.
"Tapi.. Kita berbeda kepercayaan.. Aku tidak mau merubah kepercayaanku.. Itu hak asasiku.."
"Aku juga beda kepercayaan dengan istriku" ujarnya.
"Hah.. Bukannya keluargamu hanya setuju bila kamu menikah dengan yang seiman?"
"Itu hanya alasan mereka untuk memisahkan kita.. Kenyataannya.. Istriku dan aku beda keyakinan.. Yang dipikirkan keluargaku hanya nama keluarga, kekuasaan dan harta.. Keyakinan pada tuhan tidak pernah menjadi masalah bagi keluarga besarku sebenarnya.." ujar Edi mengungkapkan kenyataannya.
"Oke.. Aku mau menikah denganmu dengan 8 syarat" ujarku setelah diam memikirkan keputusanku terkait pernikahan yang diminta Edi.
"Apa?"
"Pertama.. Aku memberi waktu 6 bulan agar bisa mengancurkan Ardi dan membuatnya bercerai dengan Lydia, kalau lebih dari 6 bulan, kita otomatis bercerai.." ujarku mengajukan syarat pertama.
"Oke.. Aku setuju.. Apa syarat lainnya?" ujar Edi menunggu 7 syarat lainnya dariku.
"Kedua.. Kamu tidak boleh berurusan dengan polisi apalagi menjadi tersangka suatu masalah hukum baik itu pidana atau perdata.. Kalau sampai itu terjadi aku otomatis bercerai denganmu"
"Hmmm... Berat juga ya.. Tapi masih bisa aku atur.. Kalau boleh tahu, apa alasanmu berpikir aku akan kena masalah pidana atau perdata. Dan kenapa kamu ga mau aku terkena masalah hukum?" tanya Edi penasaran.
"Karena kamu mau bantu aku menangani Ardi dan karena kamu anggota IKEA.. Yang aku tahu anggota IKEA pasti ada orang- orang yang bergerak didunia hitam atau bisa menggunakan kekuatan dari dunia hitam sehingga sangat bisa melakukan tindakan kriminal.. Aku tahu aku ga akan bisa melarangmu tapi aku tidak mau terlibat dan tersangkut masalah hukum.. Aku masih punya ambisi pribadi.." aku membeberkan alasanku.
"Hahaha.. Kamu memang cerdas.. Walau tidak semua anggota IKEA jahat.. Tapi.. Oke.. Syarat selanjutnya apa?"
"Aku tidak mau siapapun yang kenal denganku tahu bahwa kita menikah.. Kamu boleh memperkenalkan aku dengan siapapun relasimu tapi gimana caranya, caranya gimana tidak boleh ada orang yang kenal denganku sejak awal tahu bahwa aku istrimu.. Kalau ada yang tahu seperti 2 syarat sebelumnya kita.."
"Otomatis bercerai.. Oke.. Lanjut ke syarat berikutnya" ujar Edi memotong kalimatku.
"Yang ke 4.. Apapun yang kamu berikan buat istrimu kamu harus adil berikan juga kepadaku.. Dan istrimu harus tahu dan setuju dengan pernikahan kita"
"Hahaha.. Itu urusan paling mudah.. Dia pasti setuju.. Apapapun yang aku lakukan dia pasti setuju.." ujar Edi sembari ketawa mendengar syarat ke empat dariku.
"Kalian memang pasangan aneh.. Oke.. Syarat ke 5.. Aku minta kamu membeli apartemen yang aku sewa sekarang dan membelikan aku rumah minimal ukuran seribu meter persegi di pusat kota, uang 1 milyar dan emas batangan 3 kilo untuk mas kawin."
"Hanya itu? Oke aku bisa urus semua itu dalam 5 menit.. Lanjutkan ke syarat berikutnya" ujar Edi dengan santai.
"Syarat berikutnya adalah selain tidak boleh memaksaku pindah keyakinan, kamu juga tidak boleh melakukan kekerasan fisik sekecil apapun kepadaku dan tidak boleh memaksaku harus memberikan kamu keturunan" ujarku kepada Edi meneruskan syarat lainku agar mau dinikahi olehnya.
"Berarti selama tidak dipaksa, kamu mau mengandung anak dari benihku? Aku tidak masalah kamu mau pakai kontrasepsi apapun, selama itu bukan kondom.. Tidak enak pakai kondom"
"Aku juga ga suka pakai kondom.." ujarku singkat.
"Oke.. Oke.. Selama bukan kondom aku ga masalah. Dua syarat terakhir"
"Bila kita bercerai, apapun alasannya, aku berhak mendapat tanggungan perbulan sebesar 50% dari pendapatanmu. Dan kalau kamu mati saat kita sudah bercerai, aku berhak mendapat 40% hak waris darimu dan terakhir kamu tidak boleh ketahuan denganku berhubungan wanita lain kalau ketahuan kita otomatis bercerai"
"Delapan syarat itu aku terima.. Tapi aku juga minta syarat.. Hanya 1 saja kok"
"Apa syaratmu?"
"Kamu tidak boleh menolak ajakan aku untuk berhubungan badan kapanpun aku minta"
"Selama tidak sedah menstruasi aku tidak akan menolak"
"Good!! Aku ketikan perjanjian itu sekarang dan setelah kita tandatangani, kita langsung menikah di hotel ini dengan saksi, wali dan pemuka agama yang aku panggil" ujarnya kepadaku.
Edi segera mengetikan perjanjian pra nikah sesuai syarat yang aku sudah utarakan kepadanya. Setelah selesai mengetik dan mencetaknya serta sudah kami tandatangi surat perjanjian itu, ia segera mengatur dan menghubungi saksi, wali dan pemuka agama yang akan menikahkan kami. Rencananya 2 jam dari sekarang, saat semua telah tiba, kami akan menikah dikamar hotel yang ditempati oleh Edi.
‐-------
Klekkk.. Suara pintu kamar depan terbuka, Tina masuk ke kamar hotel yang ditempati Edi.
"Jam sewanya sudah lewat setengah jam sayang.. Apa mau diperpanjang atau sudah selesai?" tanya Tina kepada Edi setelah ia berada didepan kami yang sedang duduk menonton televisi mengunggu saksi, wali dan pemuka agam yang akan menikahkan kami.
"Ahhhh.. Iya.. Saya sampai lupa ada kamu.. Selesai.. Kamu pulanglah.. Saya transfer sesuai perjanjian plus bonus tip 5 juta dari saya" ujar Edi kepada Tina
"Terimakasih sayang.. Jangan lupa rating 100 ya" ujarnya kepada Edi.
"Hahaha.. 80 saja ya.. Sesuai janji awal.. Lagian.. Aku belum mencicipimu.. Nanti ada anggota IKEA yang komplain kalau aku memberimu nilai terlalu tinggi, lagipula nilai tertinggi P.I.T.A yang aku sewa hanya 85 kalau kamu lebih dari itu bahaya, ketahuan aku berbohong dan kamu akan ketahuan belum pernah aku icipi" ujar Edi menolak permintaan Tina dengan alasan yang masuk akal.
"Oke.. Terserah kamu saja.."
"Ayo Vit.. Kita cabut" ujar Tina mengajakku pergi dari kamar Edi.
"Kamu duluan saja.. Aku masih mau berduaan dengan Edi" ujarku menolak ajakan Tina.
"Cieee.. Cieee.. Yang clbk.. Hahahaha" ledek Tina kepadaku.
"Iiihh apa si!!" sanggahku dengan muka merah.
"Ya sudah cin.. Gue cabut duluan ya.. Gue ga mau ganggu kalian.. Selamat bersenang- senang." Tina bergegas keluar meninggalkan kami berdua setelah berpamitan.
"Bye" ujarku sembari melambaikan tangan lalu melihat Edi sedang menulis review di aplikasi Rank P.I.T.A pasca menyewa aku dan Tina.
"Kamu kasih aku nilai berapa yang buat aku? 85?" tanyaku kepada Edi sembari menggayut manja lengan kiri Edi.
"100.. Emang berapa lagi?" ujarnya sembari tersenyum dan menatapku.
"Kamu ga takut nanti aku ditawari pekerjaan oleh IKEA?"
"Aku yakin kamu ga akan menerima tawaran mereka. Kalau sampai menerima, seperti kataku, mereka akan aku habisi" ujar Edi dengan muka sadis dan kejam penuh aura membunuh yang agak menakutkanku.
‐-------
"Dengan ini saya sahkan kalian sebagai suami dan istri, silahkan tandatangan disini, setelah itu kalian sudah resmi menjadi suami istri " ujar pemuka agama yang menikahkan aku dan Edi.
Aku menandatangani surat nikah setelah Edi menandatangani surat itu, aku tidak menyangka aku yang sebenarnya tidak percaya pada pernikahan pada akhirnya menikah juga karena dendamku kepada Ardi. Takdir memang benar- benar tidak bisa diprediksi, siapa sangka aku, Vita yang terkenal dikalangan sekitar menganut kebebasan dalam bercinta saat ini terikat perjanjian dalam mahligai suci bersama pria yang bahkan bukan pacarku lagi.
Aku melihat raut bahagia di muka Edi, aku tidak menyangka dia yang akhirnya menjadi suamiku. Aku tidak tahu apakah dia benar- benar cinta atau hanya ambisi memiliki diriku saja. Tapi apapun itu yang pasti, aku akan menghabisi dan menghancurkan Ardi yang telah merusak impianku dalam berkarir sebagai seorang perawat.
Setelah ajudan Edi melakukan dokumentasi, dan Edi selesai masalah pembayaran wali, saksi dan pemuka agama yang dipanggilnya, mereka yang total berjumlah 9 orang izin pamit. Hanya tinggal ajudan Edi bernama Yadi yang masih ada dikamar eksekutif suit yang disewa oleh Edi sedang mentransfer data rekaman video dan foto dokumentasi pernikahan kami ke macbook milik Edi.
Aku duduk di sofa ruang tamu menunggu pekerjaan Yadi selesai sembari menonton televisi. Edi berdiri di samping Yadi memperhatikan pekerjaan Yadi dalam memindahkan data penting di hari spesial aku dan dia. Setelah hampir setengah jam lamanya, Yadi akhirnya selesai melakukan pekerjaannya, dia pamit dan meninggalkan kami berdua.
"Halo Nirmala.. Lagi apa sayang?" terdengar suara Edi menelepon seseorang di dalam kamar tidur utama hotel saat aku masih menonton film di saluran televisi parabola yang disediakan di kamar hotel.
Karena aku tidak tertarik dengan apa yang Edi lakukan, aku sibukan diriku menonton film hollywood yang pernah sempat menguasai jagat perfilman beberapa tahun lalu di saluran televisi yang aku pilih malam itu.
"Vita.. Ini ada yang mau kenalan dengan kamu." ujar Edi yang tiba- tiba sudah ada dibelakang sofa tempat aku duduk dan mengarahkan ponselnya ke depan mukaku yang rupanya ia sedang melakukan panggilan Video dengan seorang wanita dan pria yang duduk di sebuah Sofa mewah.
"Halo.. Vita ya.. Salam Kenal.. Namaku Nirmala Fathemah Sancar.. Aku istri Edi. Selamat ya kalian sudah menikah sekarang. Selamat bergabung di keluarga kami ya sayang.." ujar seorang wanita cantik bertubuh indah bermuka mirip wanita timur tengah dengan kulit putih, yang rupanya adalah Nirmala istri pertama Edi, yang sedang duduk bersama seorang laki- laki gagah dengan muka mirip Engin Akyurek, artis turki yang terkenal di film Fatmagul.
"Iya bu.. Salam kenal.. Saya Nur Vita Rusadi" ujarku canggung.
"Hahaha.. Santai saja sayang.. Sekarang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga Edi Wirya Kusuma. Panggil saja saya Nirmala.. Oh iya, perkenalkan, ini Tommy Pasha Al Akbas, suami pertamaku" ujar Nirmala memintaku agar tidak terlalu kaku sekaligus memperkenalkan siapa laki- laki gagah yang duduk disampingnya.
"HAH!! SUAMI??!!" teriaku spontan karena kaget.
"Hahahahaha.." Spontan Edi, Nirmala dan Tommy tertawa bersama melihat reaksiku.
"Apa yang kamu kagetkan sayang? Memang Edi tidak pernah cerita? Hahahaha" Celetuk Nirmala kepadaku sembari masih tertawa.
"Parah kamu Edi.. Ngibulin anak gadis orang.. Hahaha" lanjut Nirmala memberi reaksi.
"Sayang.. Ini aku ga mengerti.. Apa maksud Kak Nirmala bilang Tommy suaminya.. Kalian pasangan Poliandri?" tanyaku bingung kepada Edi.
"Tepat sekali sayangku.. Kami pasangan poliandri. Dan sekarang pun Nirmala sedang mengandung anak dari Tommy.." ujar Edi dengan santai.
"Hah mengandung anak Tommy?" ujarku makin bingung dan terkejut dengan keanehan keluarga Edi Wirya Kusuma yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Keluarga macam apa ini? Edi mempunyai dua istri dan dia sendiri adalah suami ke dua dari Nirmala. Otakku benar- benar beku tidak mampu mencerna semua informasi aneh dan tidak wajar yang baru saja aku dapatkan.