Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 49 - Bertemu dengan Nirmala

Chapter 49 - Bertemu dengan Nirmala

"Oke sayang.. Setelah selesai mengepak, kita mandi terlebih dahulu ya.. Badanku ga nyaman belum mandi pagi" tawarku kepada Edi untuk mandi berdua.

"Oke sayang.. Kita mandi berdua sebelum berangkat" jawab Edi sembari berjalan masuk ke kamar tidurku.

"Sebentar ya suamiku sayang.. Aku baru mau melipat baju-bajuku ini.." ujarku saat melihat sosok Edi sudah berada di depan pintu kamarku.

"Aku bantu ya.." Ujar Edi yang segera berjalan mendekatku dan dengan penuh inisiatif ia membantu melipat pakaian yang hendak aku kemas ke dalam koper besarku.

Dibantu merapihkan dan mengemas barang- barangku oleh Edi, suamiku, membuat pekerjaan merapihkan dan mengemas seluruh barang bawaan lebih cepat selesai. Dalam waktu 15 menit setelah dibantu oleh Edi, aku sudah selesai merapihkan semua pakaian yang akan aku bawa pergi menuju ke Aceh.

Sesuai rencana awal, aku dan Edi mandi bersama setelah selesai berkemas. Dan sebagai pasangan suami istri baru, tentu dalam suasana masih segar dan penuh madu, tidak mungkin kami tidak melakukan hubungan intim.

"Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Aaaahhhh.. Aaahhhh.. Yah sayang.. Aaahhhhh.. Enak sayang, genjot lebih dalam sayang.. Sssh.. Aaahhhh!!! Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Oh Yes!! Oh my God!! Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Harder babe!! Aaaahhhh!! Aaahhhh!!" Desahku menikmati pompaan kejantannya Edi dalam kemaluanku dibawah guyuran shower mandi dalam posisi 'doggy style'.

"Eunggh.. Sssh.. Aaakh.. enak!! Eunggh.. Sssh.. Aaahhh.. Farji Sempit banget!! Enak dijepit Farjimu istriku sayang.. Aaaahhhh.. Aaahhhh.." desah Edi embari makin mempercepat gerakan mengeluar masukan batang gemuk besarnya yang lezat memompa liang sensitifku.

"Aaaahhhh.. Aaahhhh.. Yah Edi.. Aaahhhhh.. Sssh.. Aaakh.. Terus.. Geli suamiku.. Lebih dalam.. Aaaahhhh.. Aaahhhh.. Yah sayang.. Aaahhhhh.. Nikmaatttt!! Aku ga tahan!! Aku mau keluar!! Aaahhhh!!! Aaaahhhh!! desahku merasakan seperti sensasi mau 'kencing'.

"Iya sayang...Aaaahhhh.. Sss... Eunggg.. Sshhhh.. Keluarian aja sayangku.. Puasin semua kenikmatan ini.. Aku sayang kamu Vita.. Aku sayang kamu.. !! Aaahhh.. Aku juga hampir sampai sayangku.. Aaaahhh.. Aaaahhhh.. " Racau Edi sembari makin mempercepat goyangan maju mundur gerakan pinggulnya.

"Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Gellliiii!! Aaahhh!! Aku Keluarrrr!! Aaaaaaaaahhhhh!! Keluarrr!! Aaakkkkhhh!! Jeritku sembari menggelinjang dan menggeliat saat keluar cairan ejakulasiku berupa cairan lendir jernih hangat menyemprot dengan derasnya membasahi kelamin Edi.

"Aaahhh.. Arrggghhh.. Haaaahhhh.. Haaaahhh.. Aku juga keluar sayang.. Haaaahhh.. Haaahhh.." Teriak Edi bersamaan saat aku mencapai klimaks, yang menyebabkan cairan ejakulasi milikku dan Edi bercampur dengan sangat baik didalam rahimku.

Aku segera membalikan badanku bercumbu mesra dengan suami siriku sembari berpelukan mesra penuh asmara dibawah guyuran deras air hangat shower kamar mandiku. Percampuran cairan ejakulasi kami berdua meleleh keluar dari bibir kelaminku ke lantai kamar mandi karena saking banyaknya. Aku hanya klimaks dua kali di kamar mandi bersama Edi, namun aku merasa itu sudah cukup karena aku masih butuh banyak tenaga dan stamina untuk melakukan kegiatan hari ini yang tentunya sangat padat.

Setelah selesai membersihkan badan kami dengan air hangat dan sabun di kamar mandi unit apartemenku, kami segera berganti baju dan bersiap- siap untuk berangkat. Perjalanan menuju bandara dari apartemen membutuhkan waktu minimal 45 menit kalau tidak macet dan rata- rata 1 jam setengah dalam kemacetan. Pesawat kami akan boarding dua setengah jam dari sekarang, sehingga kami harus bergegas berangkat, karena bagasi akan ditutup 30 menit sebelum keberangkatan.

Kami berangkat ke bandara menggunakan taksi, karena tidak mungkin menggunakan mobil pribadiku terkait aku tidak tahu berapa lama aku akan tinggal di Aceh. Edi sudah melakukan pelaporan keberangkatan secara daring melalui aplikasi travel dari telepon selularnya, sehingga kami bisa datang agak mepet ke Bandara. Apalagi kami berada di kelas bisnis, yang tentunya antrian masuk ke bandaranya berbeda dengan kelas ekonomi untuk pelaporan ulang dan pengurusan bagasi secara luring di bandara nanti.

Di penerbangan lokal menuju Aceh, kelas paling tinggi di maskapai pesawat yang kami gunakan memang hanya sampai bisnis. Aku sendiri baru kali ini memakai kelas bisnis, karena selain mahal, fasilitas yang diberikan paling hanya beda di kursi yang lebih besar dan lebih nyaman. Apalagi perjalanan ke Aceh hanya sekitar 3 jam kurang lima belas menit, sehingga tidak terlalu lama dibanding perjalanan ke luar negeri yang tentu sangat tidak nyaman dan tidak bisa bergerak banyak apabila duduk di kursi kelas ekonomi. Oleh karena itu bila aku bepergian sendiri didalam negeri menggunakan pesawat terbang aku tentu akan memilih memakai kelas ekonomi.

Namun bagaimanapun suamiku ini adalah pebisnis baru yang sukses, ditambah latar keluarganya memang sudah kaya dari beberapa generasi sebelumnya sehingga dia terbiasa menggunakan kelas bisnis atau lebih tinggi apabila menggunakan jasa transportasi maskapai penerbangan.

Apalagi salah satu kawannya ada yang kena penyakit sumbatan di pembuluh darah balik dalam atau 'deep vein thrombosis' akibat sering bepergian ke luar negeri menggunakan maskapai penerbangan kelas ekonomi yang tentunya akan diam statis tanpa bisa bergerak berbelas- belas jam lamanya. Walau diketahui di darahnya memang ada kelainan yang membuat sel darahnya mudah membeku, tapi diam statis dalam waktu lama di pesawat memang menjadi salah satu faktor resiko terjadinya penyakit itu, dan kumpulan gejala yang timbul sering dikenal sebagai 'sindrom kelas ekonomi' dikalangan medis.

Perjalanan menggunakan kelas bisnis maskapai penerbangan sungguh sangat berkesan didalam hatiku. Kenyamanan dan kemewahan fasilitas yang aku dapatkan selama berada di kelas bisnis benar- benar membuai diriku. Rasanya begitu senang di perlakukan bak bangsawan selama hampir 3 jam di dalam maskapai penerbangan yang aku dan suamiku gunakan untuk perjalanan pertama kami berdua.

Sesampai di pintu kedatangan bandara internasional Sultan Iskandar Muda Nanggroe Aceh Darussalam, kami langsung dijemput oleh supir pribadi Edi bernama Zulfikri menggunakan toyota alphard hitam bernomor polisi ED 1 KUS. Perjalanan dari Bandara ke kediaman Edi membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit.

Kediaman Edi berada di tepi kota, rumah dengan luas tanah sekitar 1 hektar dan terdiri dari 2 bangunan, bangunan utama sebesar 3500 meter persegi dan bangunan kedua sekitar 500 meter persegi tingkat 3 berada persis disamping bangunan utama dan terhubung dengan bangunan koridor yang seluruh sisi- sisinya, kecuali langit-langit plafon yang menggunakan gabungan kayu jati, akustik dan metal, adalah kaca tebal anti peluru yang dikelilingi taman indah yang dipenuhi bunga dan tanaman langka serta eksotik.

Dihalaman belakang ada kolam renang indoor besar yang sepertinya ukuran olimpik dengan langit- langitnya menggunakan kaca tebal sistim 1sisi yang tidak tembus pandang dari luar namun kita yang sedang berenang didalam bisa menikmati pemandangan langit tanpa takut merasa silau maupun diintim orang sembarangan. Di keempat sisi terluar rumah Edi dipagari tembok setinggi 7 meter dan dilengkapi cctv dan sistem keamanan paling canggih anti kemalingan.

Berdasar cerita Edi, rumah mewah nan megah ini adalah hadiah yang diberikan oleh pamannya, pak Jatmiko Hadi Kusuma, salah satu orang terkaya di Indonesia saat ini dan termasuk golongan sepuluh besar orang terkaya di asia tenggara. Edi, adalah keponakan kesayangan Jatmiko dan kenapa rumah ini diberikan karena bagaimanapun mama dari Nirmala juga salah satu orang terkaya di Aceh dan Indonesia yang mempunyai jaringan kuat di bidang politik dan bisnis seasia karena suaminya, papa dari Nirmala, adalah warga negara asing yang merupakan duta besar yang cukup mempunyai nama di dunia internasional, sehingga berhasil mendapatkan Nirmala adalah prestasi bisnis yang sangat luar biasa di mata pamannya.

Aku memasuki rumah utama Edi dan Nirmala dengan perasaan takjub luar biasa dengan kemewahan dan keanggunan pemandangan dan suasana interior kediaman rumah yang sebentar lagi akan aku tempati entah untuk berapa lama.

Dari tangga utama turun seorang wanita cantik, menggunakan gaun kasual rumahan ala korea namun terlihat mewah dan apabila dipakai jalan- jalan sudah sangat pantas, yang tak lain tak bukan adalah Nirmala Fatemah Sancar.

Dibelakangnya berjalan seorang laki- laki gagah dan tampan memakai jas hitam dengan aura penuh perlindungan kepada Nirmala yang pernah aku lihat via panggilan Video tadi malam. Laki- laki itu bernama Tommy, pengawal pribadi sekaligus suami rahasia Nirmala yang baru aku kenal dari video dan sekilas latar belakangnya dari cerita Edi selama perjalan di pesawat.

"Halo Vita sayang apa kabar.. Silahkan duduk lho sayangku" ujar Nirmala menyambutku dengan ramah dan langsung memelukku, setelah kami selesai berpelukan ia langsung memberi perintah kepada dua pembantu yang mengawal aku dan Edi masuk kedalam rumah "Bi Sri, tolong siapkan minum untuk tamu kami ini. Bi Iyem, tolong barang- barang bawaan bapak ditaruh dan dirapihkan ke kamarnya dan juga barang- barang bawaan nona Vita di rapihkan dan ditaruh di kamar keluarga disamping kamar tidur utama saya dan bapak"

"Baik nyonya" ujar bi Sri dan bi Iyem berbarengan dan segera mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Nirmala sebagai majikannya.

"Bagaimana sayangku.. Apakah lelah setelah melewati perjalanan panjang ke sini?" tanya Nirmala kepadaku sembari menggiringku ke sofa untuk duduk bersamanya.

"Tidak terlalu bu Nirmala" ujarku agak canggung karena baru pertama bertemu langsung dan terkesima dengan aura besarnya yang sangat mendominasi.

"Haduh panggil saja nama, kita kan sudah satu keluarga, sama- sama istri dari Edi Wirya Kusuma" ujarnya sembari berbisik kepadaku agar tidak kedengaran oleh Sri dan Inem yang walau sudah bergerak meninggalkan kami namun masih tidak terlalu jauh dari posisi kami berada.

"Iya Kak.. Aku panggil Kakak saja ya, bagaimanapun kamu kan istri pertama, jadi aku anggap sebagai kakakku. Bagaimana Kak?" jawabku sembari juga berbisik segera tanggap dengan situasi diruangan itu, apalagi aku sudah dijelaskan dengan detail kondisi di rumah selama perjalanan dari ibukota ke Aceh.

"Oke sayangku. Boleh" ujarnya kepadaku sembari menggenggam kedua tanganku dengan erat dan penuh kelembutan.

"Kebetulan kita berdua anak tunggal kak, jadi aku bahagia bisa disambut dikeluarga ini, sehingga alangkah baiknya dengan status kita, aku mengganggapmu sebagai kakak dan kita menjadi sepasang saudara yang terikat karena pernikahan" ujarku sembari agak berbisik.

"Oke sayangku Vita.. Kakak setuju. Oh iya.. Kamu dan Edi pasti lapar, apalagi sekarang sudah jam setengah sembilan malam, alangkah baiknya bila kalian makan malam terlebih dahulu sebelum beristirahat. Karena sudah malam, aku tinggal kalian berdua ya, besok pagi kita akan ngobrol banyak ya adikku sayang.." ujar Nirmala sembari beranjak meninggalkanku dan Edi disusul Tommy yang membuntutinya dari belakang.

"Kamu sudah dengar saran dari Nirmala, ayo kita ke ruang makan sayang sebelum pintu diatas ditutup jam setengah sepuluh.." ujar Edi kepadaku setelah Nirmala dan Tommy hilang dari pandangan kita berdua.

"Iya sayang.. Ayo.." ujarku mengikuti Edi yang menuntunku ke ruang makan kediaman baruku.

Bagunan utama yang ditinggali kami memang agak unik sesuai penjelasan Edi selama perjalanan. Lantai dua rumah kami persis didepan tangga ada pintu yang akan dibuka dari jam delapan pagi hingga jam setengah sepuluh malam.

Dibalik pintu depan tangga utama itu terdapat 3 kamar tidur, yang terdiri dari 1 kamar tidur utama dan 1 kamar tidur keluarga yang mempunyai ukuran sama besar, dan satu kamar tidur berukuran seperempat besar dari kedua kamar tidur utama dan kamar tidur keluarga. Kamar tidur utama dan kamar tidur tamu mempunyai fasilitas yang sama persis, karena sebenarnya kamar tidur keluarga adalah kamar tidur milik Edi sehari- hari, sedangkan kamar tidur utama ditempati Nirmala dan Tommy sehari- hari. Kamar tidur kecil yang berukuran seperempat besar dari kedua kamar tidur lainnya sejatinya kamar kosong, dan hanya ditempati oleh Tommy apabila keluarga Nirmala atau Edi menginap, karena bagaimanapun tidak ada yang tahu status rahasia Tommy selain kami berempat.

Saat Tommy tidak ada dirumah karena mengawal papa atau mama Nirmala atau saat keluarga dari pihak Edi maupun Nirmala berkunjung, Edi baru tidur bersama Nirmala. Terkadang mereka juga melakukan hubungan intim tanpa diketahui Tommy sesuai perjanjian pranikah tersembunyi yang hanya diketahui mereka berdua, dan sekarang bertiga dimana termasuk diriku, sejak menjadi istri kedua Edi, selain perjanjian pranikah lain yang diketahui Tommy.

Walau begitu semua asisten rumah tangga tetap menaruh dan merapihkan pakaian sesuai kamar, pakaian dan perlengkapan Tommy ditaruh di lemari kamar Tommy, sedangkan pakaian dan perlengkapan Edi ditaruh dan disusun oleh para asisten rumah tangga di lemari kamar utama. Sehingga praktis di dalam ruang tidur keluarga yang mulai hari ini adalah kamar tidur aku dan Edi, lemarinya kelak hanya akan berisi barang- barangku.

Selain 3 kamar tidur itu, dilantai dua ada kamar yang dipergunakan sebagai kamar kerja sekaligus perpustakaan. Yang luar biasa adalah kamar multimedia yang berisi sebuah tv samsung wall 292 inch yang sangat besar hingga 7 meter ditembok, dua konsol sony playstation 5 serta xbox seri X dan 10 kursi sofa 'reclining' mewah dan speaker kelas 'home teather merk Wisdom Audio Infinite Wisdom Grande yang harganya sekitar 10 milyar rupiah serta tata lampu yang diolah sedemikian rupa sehingga mirip bioskop.

Selain 2 kamar itu ada 2 kamar lainnya, yaitu kamar yang berisi set fitnes selengkap pusat kebugaran dan satu kamar lagi difungsikan sebagai ruang pertemuan keluarga karena terhubung dengan balkon besar yang sering digunakan untuk melakukan pesta barbeque dan memanggang makanan, selain itu diruangan ini terdapat meja mini bar dengan segala jenis minuman di kulkas 'showcase' 1 pintu kaca.

Begitulah gambaran dilantai kedua rumah kami yang unik namun membuatku seperti berada di ujung cita- citaku karena semewah- mewahnya yang aku pernah nikmati fasilitas di kota tempatku tinggal, namun aku belum pernah menikmati kemewahan di strata keluarga kaya kelas atas seperti di keluarga Nirmala dan Edi yang sekarang sudah menjadi bagian dalam hidupku.