Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 48 - Rencana pergi ke Aceh

Chapter 48 - Rencana pergi ke Aceh

"Hahaha.. Nanti kamu juga akan terbiasa sayangku Vita.." ujar Nirmala kepadaku.

"Edi sayang.. Segeralah pulang bawa Vita ke Aceh.. Biar kita makan bersama dan bisa saling mengenal." ujar Nirmala kepada Edi.

"Iya sayang.. Besok siang aku akan ajak pulang Vita ke rumah" jawab Edi.

"Oke.. Kami tunggu. Ya sudah ya Ed.. Aku harus bersiap- siap. Besok pagi ada rapat di kantor Mama.. Ada klien besar.. Kamu baik- baik di sana ya sayang.. Love you.. Bye" ujar Nirmala sembari mematikan hubungan video kami.

"Edi.. Kamu harus menjelaskan secara detail terkait keluarga kamu.. Aku benar- benar bingung" ujarku meminta penjelasan kepada Edi yang masih berdiri dibelakang sofa yang aku duduki setelah selesai melakukan panggilan Video dengan Nirmala dan Tommy.

"Hahaha.. Mau aku jelasin darimana dulu istriku sayang.." ujarnya sembari melompati sofa sehingga ia sekarang duduk disampingku.

"Gimana ceritanya sampai kamu mau menjadi suami ke 2 Ed.. Apa motifmu?" tanya aku kepadanya.

"Sejujurnya.. Gue ga niat nikahin Nirmala.. Andai secara bisnis ga menguntungkan, maka gue ga akan mau menikahi dia.. Ceritanya seperti itu.."

"Oke.. Terus.. Tommy.. Kenapa Nirmala bisa menikahi Tommy? Siapa Tommy sebenarnya?"

"Tommy adalah bodyguard Nirmala.. Mereka berpacaran beberapa tahun sebelum kami menikah.. Hubungan Backstreet karena Nirmala takut mama papanya marah.. Mereka menikah diam- diam di Singapura.. Dan Nirmala mengandung anak dari Tommy. Agar hubungan mereka tidak ketahuan ya mereka bekerja sama denganku agar menutupi hubungan mereka berdua dengan cara menikah denganku.." jawab Edi sembari merangkulku dengan lembut.

"Gila.. Kenapa gue terjebak dalam hubungan aneh begini si.. Ga ngerti lagi deh gue.." ujarku tidak mengerti lagi apa respon dan reaksi untuk menanggapi berita ini.

"Oh iya.. Besok siang.. Kita ke Aceh ya.. Pagi setelah breakfast kita ke tempat tinggalmu, ambil baju secukupnya lalu kita pulang ke tempat tinggalku ya.." ujarnya mengingatkanku rencana terkait kepergian kita ke Aceh sesuai rencana dan permintaan Nirmala pada saaf panggilan video tadi.

"Oke.. Yuk bobo.. Aku ngantuk sayang.." ujarku mengajak suamiku, Edi, untuk ke kamar tidur karena merasa lelah dan bingung dengan semua kehidupan baru yang super aneh dan kompleks ini.

"Ayo.." ujar Edi menerima ajakanku untuk istirahat dan berjalan sembari merangkulku dengan mesra ke kamar tidur hotel.

Sesampai di kamar aku segera membuka semua bajuku dan hanya menyisakan bra dan celana dalamku karena aku hanya membawa longdress hitamku karena tidak ada niat untuk menginap bersama Edi apalagi menikah dengannya.

Melihat istrinya yang cantik dan seksi hanya mengenakan bra dan celana dalam membuat libido Edi meningkat drastis. Diam- diam ia membuka seluruh pakaian yang ia kenakan hingga bertelanjang bulat. Aku yang posisi berbaringnya memunggungi dirinya masih tidak sadar dengan apa yang terjadi dan masih berusaha mencoba untuk terlelap.

Disaat aku hampir terlelap terasa nikmat, geli dan basah di intiku. Aku kembali terbangun dan menyadari bahwa Edi sedang melakukan jilmek kepadaku.

Slurrrpp.. Sluurrpp.. Suara sedotan bibirnya di kue apemku yang membuat gairah seksualku meningkat pesat hingga maksimal.

Aku mulai melenguh dan mendesah menikmati permainan lidah dan bibir Edi, membuatku melayang di awang- awang. Ga butuh waktu lama untuk membuat wanita yang mempunyai nafsu berlebih untuk melakukan hubungan suami istri seperti untuk mencapai klimaks. Hanya dalam waktu 2 menit Edi sudah mampu membuatku memuncratkan lendir jernih dari intiku yang membuat seluruh mukanya basah.

"Ouughhh.. Suamiku.. Sayangku.. Entotin aku sayang.. Aku kangen kontol gemukmu" ujarku berkata jorok dan kasar karena tidak tahan ingin disumpal liang sensitifku dengan batang keperkasaan Edi yang gemuk dan besar.

"Oke sayang.. Aku masukin ya.. Aku udah ga tahan ingin dijepit oleh farjimu yang peret dan keset itu.. Ayo istriku sayang mari kita rengkuh surga duniawi" ujar Edi dengan lembut dan penuh cinta.

Aku segera membuka selebar- lebarnya kedua pahaku menunjukan keindangan lubang surgawiku setelah melepaskan celana dalamku terlebih dahulu. Edi yang sudah sangat bernafsu segera memposisikan tubuhnya mengungkung diatasku sembari memposisikan kelamin gemuknya persis di depan pintu masuk kelaminku yang sudah sangat basah.

Bleessshhhh.. Tanpa harus menunggu lama, Edi segera menembus amblas di dalam liang peranakanku. Desah, erangan rintihan dan lenguhan kami menggema di kamar hotel. Edi, suamiku untuk pertamakalinya memompa tubuhku mengikuti irama permainan kami secara sah dan legal berdasarkan hukum agama.

Kami makin larut menikmati indahnya surga dunia yang sebenarnya dengan peluh bercucuran dengan derasnya dari tubuh kami karena suhu kami yang sangat tinggi akibat permainan birahi kami walau pendingin ruangan yang menyala tersetting pada suhu yang paling rendah diruangan itu.

Ada perasaan yang nyaman dan damai dalam pergumulan yang aku lakukan. Berbeda dengan persetubuhan- persetubuhan yang aku lakukan dengan berpuluh- puluh partner intim lainnya, kali ini ada perasaan nyaman dan damai menyelimuti hatiku.

Kekosongan dan kehampaan aneh di hatiku ditengah kenikmatan permainan cinta antara dua insan manusia yang biasa aku rasakan seakan hilang. Aku tidak tahu apakah ini hanya sugesti atau memang pengaruh dari ikatan pernikahan yang memang diperintahkan oleh Tuhan sehingga membuat mahluk ciptaannya menjadi tenang damai, namun aku sangat menyukainya. Perasaan seperti inilah yang aku rindukan sejak lama walau aku baru pertama kali merasakannya.

Entah kenapa walau hanya beberapa menit suamiku yang baru resmi beberapa jam lalu memompaku, aku sudah menggapai klimaks keduaku. Klimaks yang sangat berbeda dari biasa, yang ntah karena aku lebih rileks akibat ini adalah persetubuhan yang tidak terlarang seperti yang biasa aku lakukan atau karena nafsuku yang sudah terlalu tinggi.

Liang sensitifku berkedut kedut mengejang tanpa bisa aku kendalikan sembari terus mengeluarkan cairan orgasmeku terus menerus tanpa henti. Kedutan klimaks yang terus berlangsung hingga bermenit- menit yang saking nikmatnya membuatku menjerit tak tertahankan.

Edi pun merasakan sensasi klimaksku yang terus berlangsung, kelaminnya seperti diurut- urut dengan keras dan nikmat seakan- akan sedang memeras sari- sari benih suci dari intinya agar keluar untuk membuahi ladang subur milikku. Perasan dan pijatan dari liang sensitifku yang begitu intens hingga hampir sepuluh menit membuat pertahanannya menjadi longgar, ia akan segera mengeluarkan sari- sari pati benih kehidupan yang akan ditanam di rahimku.

"Ouuuggghh.. Istriku.. Apa ini.. Nikmat sekali sayang remasan dan pijatan fajrimu.. Aku tidak tahan.. Aku mau keluar.. Aaaaahhhh.. Aaaahhhh.. Haaaaahhh.. Haaaahhh.. Haaaahhh" racaunya penuh kenikmatan menyemprotkan 7 kali sari pati kehidupan penuh kenikmatan dari intinya yang langsung membuat ia lunglai dan ambruk diatasku.

Bertepatan dengan keluarnya cairan benih berjuta-juta pasukan benih kehidupan, yang diciptakan oleh sang Penguasa Alam Semesta, berhenti pula kedutan kejang liang peranakanku yang penuh kenikmatan dan tidak bisa dikendalikan setelah berhasil menyerap habis benih cinta dari rudal Edi.

Kami berpelukan dengan seluruh badan kami sangat kelelahan karena hubungan suami istri yang diperbolehkan oleh sang Pencipta. Walau hanya klimaks sebanyak dua kali namun baru kali ini aku merasakan rasa lelah separah ini. Tubuhku seakan- akan tidak ada sisa tenaga sama sekali begitupun dengan Edi. Percintaan suci dan direstui oleh dunia untuk pertama kali dalam hidupku ini berhasil membuat tubuhku jatuh kedalam kondisi yang sangat rileks dan letih, hingga tidak butuh sampai beberapa detik setelah kami selesai berhubungan intim, aku dan Edi sama- sama tertidur pulas dengan posisi kelamin Edi masih bersemayam nyaman didalam liang sensitifku.

‐-------

Alarm dari ponsel membangunkan kami berdua jam 8 pagi itu yang masih tidur berpelukan dengan kedua kelamin kami masih menyatu walau tongkat keperkasaan Edi sudah sangat lembek dan tidak tegang seperti semalam saat menyetubuhiku. Aku bangun dengan perasaan segar dan bahagia saat melihat muka Edi, suamiku yang baru aku nikahi semalam secara sirih, yang baru bangun juga dengan muka polos dan lugu tanpa ada topeng kepalsuan dihadapanku yang entah kenapa membuat aku merasa sedikit cinta kepadanya

"Pagi suamiku sayang" sapaku ke Edi sembari memeluknya penuh cinta.

"Pagi istriku cintaku separuh nafasku.." balasnya sembari membelai- belai mesra rambutku.

"Jam berapa sekarang sayang?" tanya Edi kepadaku.

"Jam 8 sayang.. Kenapa?"

"Wah tinggal dua jam lagi waktu breakfastnya.. Mau langsung breakfast atau mau mandi terlebih dahulu?"

"Aku terserah kamu aja.. Tapi.. Aku tidak bawa baju apa-apa selain longdress.. Masa breakfast aku memakai baju itu?"

"Kamu pakai jaketku saja, dan aku ada celana training all size, aku rasa cocok kamu pakai" ujarnya memberi saran.

"Tapi jaket kamu pasti kebesaran sayang.. Badanku kan kecil"

"Ngga apa- apa.. Kan biasa seorang istri memakai baju suaminya.. Diluar negeri biasa seperti itu"

"Oke suamiku.. Kita ganti baju, gosok gigi dan cuci muka lalu pergi makan.."

"Ok.. Ayo ke kamar mandi" ujarnya mengajakku ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi sembari beranjak dari ranjang yang kami tiduri semalaman.

"Gendong.." pintaku manja.

Edi tersenyum melihat tingkahku namun ia mengabulkan keinginanku, ia menggendongku ala pengantin baru lalu menurunkanku di kamar mandi. Kami segera mencuci muka dan menggosok gigi kami sebelum berganti pakaian karena berencana makan pagi bersama di restoran hotel pagi itu.

Setelah selesai menyantap sarapan di restoran hotel, aku membantu membereskan dan merapihkan barang bawaannya Edi yang tidak terlalu banyak. Ia hanya membawa satu tas kerja berisi laptop dan peralatan kerja lainnya serta koper 19 inci yang berisi 3 kemeja, 2 celana bahan, 5 celana dalam, 1 jaket, dan 1 celana training yang aku sempat kenakan saat sarapan dengannya di restoran hotel.

Setelah selesai mengemas barang pribadi Edi, kami segera menuju apartemenku menggunakan mobil jinggaku. Sepanjang perjalanan ia memesan tiket via aplikasi travel untuk kami bepergian ke Aceh serta menghubungi pemilik unit apartemen yang aku sewa terkait keinginan kami untuk membeli unit apartemen itu.

Sesampai di apartemen aku segera bergegas ke unit kamar untuk mengemas barang yang akan aku bawa bepergian ke Aceh, karena aku tidak tahu berapa lama aku akan tinggal disana, aku memutuskan membawa 10 stel pakaian untuk bepergian, 3 stel pakaian pesta, 15 stel pakaian harian untuk dirumah serta peralatan perawatan tubuh dan muka serta alas riasku. Edi sendiri tetap tinggal di lobi karena sudah membuat janji untuk bertemu pak Ghofur, pemilik unit apartemen yang akan aku beli setelah selama ini aku tinggali dengan sistem kontrak.

Tidak sampai tiga puluh menit, Edi sudah menyusul ke unit apartemenku. Ia telah selesai menyepakati kesepakatan dalam jual beli unit apartemen sesuai perjanjian pranikah kami. Sedangkan aku masih belum selesai mengemas barang- barang yang aku bawa.

"Jadi berapa harga yang disepakati untuk membeli unit ini suamiku?" tanyaku sedikit berteriak kepadanya dari dalam kamar tidurku sembari sibuk merapihkan dan mengemas barang- barang pribadi yang akan aku bawa ke Aceh.

"Tujuh ratus lima puluh juta sayang.." jawab Edi yang duduk di sofa ruang tengah sembari memainkan ponsel di tangannya.

"Terimakasih ya sayang sudah membelikan aku unit apartemen ini" ujarku kepada Edi sembari tetap masih sibuk melipat- lipat stelan pakaian yang aku akan bawa bepergian.

"Santai sayang.. Segitu masih murah.. Aku sudah menyerahkan cek uangnya ke pak Ghofur, ia akan bantu pengurusan administrasi dan notaris, rencananya minggu depan semua akan selesai.

"Wah cepat sekali minggu depan sudah selesai"

"Itulah gunanya uang sayang.. Semua urusan bisa cepat selesai dengan menggunakan uang istriku sayang.. Kamu sudah selesai merapihkan barang bawaanmu?" ujar Edi sembari masih memainkan ponsel ditangannya.

"Sebentar lagi sayang.. Jam berapa pesawat kita boarding?"

"Jam 4 sore.. Masih ada waktu 4 jam lagi.. Santai saja kamu mengemas barang- barangmu.