Edi menurunkan tubuhku dengan penuh kelembutan dan kehati- hatian ke atas ranjang. Setelah aku berbaring di atas ranjang, Edi membuka kaitan bra hitam yang menutupi payudara besarku dan memelorotkan celana dalam hitamku sehingga terpampang jelas kue apemku yang bersih polos tanpa ada rambut kelamin.
"Eunggh.. Sssh.. Aaakh.." desah dan erangku saat ia mulai menciumi, menghisap, menjilati, dan mengigit- gigit halus apemku dengan liar dan buas.
Slurrrppp.. Sluuurrrrpppp.. Suara sedotan bibir Edi dengan penuh nafsu kepada kue apemku membuatku teringat memori saat aku dan Edi masih berpacaran yang penuh dengan kenikmatan oleh permainan bibir dan mulutnya untuk mencapai klimaks.
"Aaaahhhh.. Aaahhhh.. Yah sayang.. Aaahhhhh.. Sssh.. Aaakh.. Terus.. Geli sayang.. Lidahmu yang terbaik.. Aaaahhhh.. Aaahhhh.. Yah sayang.. Aaahhhhh.. Nikmaatttt!! Terus jangan berhenti sayanggg!! Aaaahhhh.. Aaahhhh!! Yah sayang.. Aaahhhhh!!" desah dan erangku makin mengila karena permainan lidah Edi yang begitu terlatih dan membuat aku terbang ke langit ke tujuh.
"Yah sayang.. Aaahhhhh.. Nikmaatttt!! Aku ga tahaaaann!! Aku mau keluarrrr!! Aaaaahhhhh!! Keluarrrrr!!! Aaaaahhh" Pekikku menggelinjang makin keras saat aku merasa sudah dekat dengan orgasmeku yang diakhiri dengan kedutan hebat di liang rahimku sekaligus memuncratkan cairan squirt membasahi muka Edi yang langsung dihisap habis hingga tak bersisa olehnya.
"Hmmmmm.. Seperti biasa.. Cairan orgasmemu benar- benar lezat.. Beratus- ratus kali lebih lezat daripada Nirmala istriku.." ujarnya setelah menghisap habis cairan squirtku.
Setelah puas mehisap sari- sari nafsuku, Edi merangkak diatasku lalu mengkungkung tubuh indahku yang dalam keadaan telanjang yang ada dibawahnya.
"Aku kangen dengan dirimu Vita.. Kamu tahu betapa aku menderita harus meninggalkanmu dan dipaksa melupakanmu?" ujarnya dengan muka sendu menatapku.
"Aku tidak semanis dan seindah yang kamu pikir dan harapkan sayang.. Buktinya aku aja melacur.. Lagian kalau kamu masih denganku belum tentu kamu bisa sesukses sekarang. By the way.. Berapa sekarang panjang penismu? Aku penasaran.." Ujarku yang berada dibawah kungkungannya.
"20 cm.. Kalau diameternya sekitar 8 cm.. Panjang dan besar kan??!!" ujarnya membanggakan diri.
Aku hanya tersenyum, karena aku pernah merasakan yang lebih panjang 8 cm yakni punya Syahrul. Walau memang dari diameter kemaluan Edi lebih gemuk. Aku jadi penasaran mana yang nikmat yang lebih panjang atau lebih besar?
"Mau mencicipi rasanya torpedo tempurku sayang sebelum aku mencelupkan ke dalam fajri milikmu?" tanyanya kepadaku.
"Apa itu Fajri?" tanya aku tidak mengerti.
"Lubang kenikmatanmu.. Bagaimana kamu mau menikmati torpedoku?" tawar Edi sekali lagi kepadaku.
"Tentu.." jawabku sembari menganggukan kepala .
Edi melepaskankan kungkungannya kepadaku lalu merebahkan diri disampingku. Aku beranjak dari posisi berbaring lalu duduk dan mulai agak menunduk untuk mendekat ke arah kemaluan Edi dengan posisi mebelakanginya.
Sluurrrrppp.. Slurrrrpppp.. Slurrppp.. Sedotku mulai mengoral rudal tempurnya, aku hanya sanggup memasukan setengah kurang kemaluannya, karena begitu gemuk dan besar diameter rudal tempur Edi membuat mulutku terasa penuh sehingga hanya bisa menyedot dan menghisapnya saja tanpa bisa menyapu dan menjilat batang kenikmatan itu dengan lidahku.
"Eunggh.. Sssh.. Aaakh.. Vita Sayang.. Aku ga tahan.. Aaaahhhh.. Aaahhhh.. Aku pingin merasakan fajrimu sayang.. Aaaahhhh.. Aaahhhh.." racau Edi sembari memohon ingin merasakan kejantanannya mengulek lubang peranakanku.
"Ya sayang aku juga pingin cepat merasakan 'hotdogmu didalam liang kenikmatanmu.." ujarku yang langsung melepas hisapan dan sedotanku ke 'hot dog'nya.
Edi segera mengambil posisi diatasku, setelah mengkungkungku, aku dengan posisi kedua kaki membuka lebar, tungkai diangkat, dan lutut ditekuk seperti posisi hendak melahirkan atau litotomi. Edi mengarahkan kelaminnya dengan tangan kirinya agar posisinya persis didepan pintu liang kelaminku.
Bleessshhh!!! Tanpa basa-basi rudal gemuknya mulai masuk tenggelam didalam liangku yang sensitif, basah, hangat yang selalu membuat lawan mainku tergila -gila.
"Aaahhh.. Eunggh.. Sssh.. Aaakh.. Memekmu enak!! Eunggh.. Sssh.. Aaahhh.. Sempit banget!! Enak dijepit memekmu say.. Aaaahhhh.. Aaahhhh.. Nyesel aku ga ngentotin kamu dari dulu" desah Edi sembari menggenjot keluar masuk tiang pancangnya dalam kue apemku.
Aku juga tidak tinggal diam dan ikut menggoyangkan pinggulku memompa naik turun menjepit rudal perang Edi dengan irama yang sesuai dengan nafsu birahi kami. Kami berdua hanyut dalam kenikmatan surga dunia, seiring waktu peluh mulai bercucuran dari tubuh kami berdua
Peluh nikmat kami yang akhirnya disertai erangan dan desahan bersahut-sahutan terdengar menggema didalam kamar tidur hotel yang disewa oleh Edi.
"Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Gellliiii!! Aaahhh!! Aku Keluarrrr!! Aaaaaaaaahhhhh!! Keluarrr!! Aaakkkkhhh!!" ujarku yang menyemprotkan cairan squirt hingga membasahi seluruh selangkangan Edi setelah hampir 15 menit dipompa olehnya.
"Gimana enak?" ujarnya sembari masih tetap mengkungkungku.
Aku mengangguk menandakan bahwa aku setuju atas apa yang dia katakan. Ia mulai memompa kembali torpedo gemuknya didalam kue apemku yang legit dan peret.
"Eunggh.. Sssh.. Aaakh.." erang dan desahku menikmati permainan Edi. Berbeda dengan batang keperkasaan Syahrul yang panjang, batang keperkasaan Edi walau lebih pendek tapi lebih gemuk dan tebal sehingga mengenai semua sisi liang sensitifku yang terasa sempit sekali saat sosil besar nikmatnya bernaung didalam lubang sumur kenikmatanku.
Karena begitu besar sehingga membuat liang sensitifku seperti mencengkram kencang sosisnya, sehingga saraf- saraf g-spot terangsang dengan sempurna disetiap genjotannya. Apalagi dibanding Syahrul yang lebih mengutamakan stamina, Edi lebih handal dipenggunaan tehnik. Dia memaju mundurkan sosisnya raksasanya dua kali hanya kepalanya dan 4 kali seluruh tangkai sosisnya hingga ujung pangkalnya masuk mengisi penuh seluruh liangku hingga menembus ujung rahimku. Gerakannya pun diatur sedemikian rupa secara stimultan bergantian kecepatannya, ritmenya cepat, cepat, pelan, cepat, cepat. Membuat aku cepat mencapai klimaksku.
Hanya dalam waktu 15 menit aku sudah mendapatkan 6 kali klimaks, entah kenapa pertahananku mudah kebobolan dengan kemampuan memuaskan pasangan yang sangat tinggi dan mendalam dari Edi.
Selain tehnik bercintanya yang tinggi dan diatas rata- rata harus aku akui stamina Edi juga lumayan baik, tak terasa saat aku melirik jam tanganku di lengan kiri, aku sudah bercinta hampir 1 jam dengan posisi missionaris, dengan hampir dua puluhan kali aku sudah mengalami klimaks yang sangat luar biasa, namun tidak sedikitpun muka lelah terpancar diwajahnya. Gerakannya pun tetap konstan, dan yang aku suka dari gaya percintaan Edi adalah, dia sering menyelingi dengan french kiss yang lembut dan sangat perhatian, seakan- akan kami masih berpacaran dan membuatku merasa diperlakukan dengan sangat istimewa dan penuh kasih sayang.
Aku perhatikan akhirnya gerakan Edi mulai inkoordinasi, aku yakin sebentar lagi ia pasti akan mencapai klimaks setelah hampir tujuh puluh lima menit kami berpacu dalam gairah binal di kamar hotel.
"Aahhh sayang.. Aku udah hampir sampai.. Dikeluarin didalam atau dimana?" tanya Edi padaku dengan muka memburu disaat aku juga hampir klimaks yang ke 29 kalinya dan liang sensitifku sudah mulai perih.
"Didalam saja sayang.. Aku juga mau keluar.. Kita sama- sama ya sayang.. Aaaahhh.. Aaahhh.." ujarku yang juga hampir mencapai puncak kenikmatan bersamanya.
"Aaaaaakkkkhhh.. Oooouughhhh.. Oh yeah.. Damn.. Nikmat sekali liang surgamu sayang.." Racau Edi menandakan betapa nikmatnya pelepasan yang dia rasakan bersamaan dengan lenguhan panjangku yang menandakan aku juga mengalami puncak bersamaan.
"Terimakasih ya sayang.. Akhirnya semua penasaranku selama bertahun- tahun terlampiaskan jua.. Rupanya kamu lebih indah daripada yang aku bayangkan" ujarnya sembari memelukku erat dan mencumbui leher dan telingaku penuh kemesraan.
"Iya sayang.. Aku juga terimakasih. Ini pertamakalinya aku orgasme sebanyak ini.. Rasanya luar biasa.. Benar- benar menyenangkan" ujarku balas memujinya.