Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 40 - Friend With Benefit (FWB)

Chapter 40 - Friend With Benefit (FWB)

"Gue kan polisi Lyd.. Gue juga tau kalau nama Lydia dan Nita bukan nama asli kalian. Iya kan?" ujar Wahyu dengan muka serius.

"Kalau iya gue bispak kenapa? Kalau iya itu bukan nama asli emang kenapa?"

"Ya ngga apa- apa sih.. Dari tingkah laku dan gerak gerik lu gue udah dapet kesimpulan kalau lu bukan Wanita Tuna Susila. Iya kan?"

"Kalau gue bukan WTS kenapa emangnya?" ujarku agak nyolot.

"Ga apa- apa. Gue cuma heran saja, kenapa lu yang motif utamanya bukan mencari uang, mau disewa sama bapak. Lu punya kerjaan tetap diluar urusan perlendiran kan sebenarnya?

"Kata siapa gue punya? Gue pengangguran kok.. Lu salah.." ujarku membantah dengan fakta yang sebenarnya bahwa memang aku saat ini menganggur.

"Lu udah selesai belum masukin no hp lu ke kontak hp gue?" ujar Wahyu mengalihkan pembicaraan ke topik awal sebelum ia mulai nanya masalah bispak dan nama samaran.

"Nih.." ujarku mengembalikan hp Wahyu yang sudah aku berikan no kontak aku dan Tina.

"Oke.. Aku misscall ya.." ujarnya menekan tombol panggil setelah menuliskan namaku di buku kontak hpnya.

'Uh, met this pretty ting, nice to meet you, mucho gusto

Sweeter than a churro, she call me papi chulo..' suara nada dering lagu Papi Chulo handphoneku berbunyi, dan aku membiarkannya saja karena tahu bahwa itu misscall dari Wahyu.

"Udah ya? Gue cabut ya" ujarku mengambil tasku dan buru-buru beranjak pergi dengan muka masam.

"Jangan pergi.. Maafin aku ya.. Aku ga ada maksud bikin kamu kesel" ujar Wahyu sembari memelukku dari belakang tiba- tiba untuk menahanku pergi dari kamar.

"Lepasin!! Lepasin!! Gue mau pergi!!" ujarku meronta- ronta berusaha melepaskan diri dari pelukannya. Tapi karena kekuatan fisik Wahyu yang juga seorang polisi jauh diatas kekuatanku aku gagal terlepas walau terus meronta- ronta.

"Maafin aku.. Please.. Aku ga ada maksud bikin kamu kesal" ujarnya sembari tetap mendekapku erat dengan kedua tangannya dari belakang.

"Lepasin!! Lepasin!! Atau gue teriak!!" ujarku berusaha meloloskan diri dari dekapan Wahyu.

"Maafkan atas tindakan aku selanjutnya.. Ini aku lakukan semata- mata agar kamu tenang" ujar Wahyu sembari menggeser paksa tubuhku ke tembok sembari tetap mendekapku dari belakang.

Aku sekarang menempel di tembok, tangan kirinya mencengkram bahu dan leherku dari belakang,aku seperti ditahan supaya ga bergerak walau sebenarnya posisi ini aku bisa saja melepaskan diri dari cengkramannya, tapi aku sengaja tidak mau melepaskan diri untuk melihat apa yang akan Wahyu lakukan sebentar lagi. Tangan kanannya entah sedang apa, tapi dari suara yang aku dengar, sepertinya sedang melepas celananya. Setelah beberapa saat tangannya menyibak long dressku ke atas dan terlihatlah pantatku yang tidak memakai celana dalam. Aku memang tidak memakai celana dalam setelah mandi pagi bersama di villa karena semalaman aku sudah memakainya sehingga aku menganggap sudah kotor dan tidak layak untuk dipakai. Setelah itu Wahyu menggeser paksa kakiku sehingga kedua kakiku terbuka selebar ujung bahuku dan mencengkram kencang pinggangku dengan tangan kananya sehingga pantatku agak nungging ke arahnya.

Bless.. Sebuah benda keras yang aku sangat familiar bentuk dan rupanya masuk ke liang peranakanku. Dugaanku benar, sebelum Wahyu menyikap ke atas long dressku ia sudah meloloskan celana yang dipakainya hingga terlepas dan jatuh di lantai.

"Ough.. Kamu mau apa!! Kamu mau memperkosaku!! Dasar binatang!! Lepaskan!! Pergi!! Dasar binatang!! " ujarku berusaha agak meronta walau membiarkan torpedonya tetap diposisinya yang saat ini sudah mengeram nyaman di liang kenikmatanku.

"Maafkan aku.." ujar Wahyu lirih sembari mulai menggerakan tongkat perkasanya maju mundur menggempur lubang birahiku.

Gesekan gerakan maju mundur memompa kue apemku dengan irama pelan membuat ego dan emosiku memudar berganti libido yang membara. Sebenarnya aku ga benci atau marah kepada Wahyu, namun entah kenapa egoku menuntut Wahyu, yang bukan siapa- siapaku, untuk meminta maaf dengan sepenuh hati agar aku bisa ke mood semula.

Namun entah kenapa bukannya bersujud memohon maaf kepadaku seperti laki- laki lain, ia malah memelukku dan menggagahi aku sembari minta maaf, seakan- akan ia tahu aku memang suka bersetubuh. Walau saat dia mencoblos liang peranakanku, aku merasa senang sekali, namun aku harus pura- pura meronta dan menolak agar tidak kelihatan seperti murahan dan gampangan dimata dia, yang sebenarnya Wahyu sudah membuatku tertarik secara fisik sejak keisenganku berhubungan intim dengannya saat memergoki dirinya masturbasi sembari menyebut- nyebut namaku.

Secara reflek aku mulai menggoyang pinggulku naik turun mengikuti irama pompaan tongkat keperkasaan milik Wahyu, tidak sampai semenit penolakanku berubah menjadi penerimaan, bahkan aku memindahkan cengkraman tangan kirinya ke arah dadaku untuk meremas- remas payudaraku.

Tapi tiba-tiba gerakan pompaan maju mundur torpedo Wahyu berhenti, ia hanya diam tidak bergeming membiarkan aku yang bergerak naik turun.

"Kok diam??!" ujarku.

"Katamu minta berhenti?" ujarnya meledekku

"Kalau kamu ga ngocok.. Aku ga akan mau melihat kamu lagi!" Ancam aku kepadanya.

"Ok.. Aku akan memuaskanmu. Tapi aku ada syarat.." ujarnya meminta persyaratan kepadaku kalau aku ingin melanjutkan lagi persetubuhan ini.

"Apa?"

"Kamu maafin kesalahan aku diawal baru aku lanjutin ngentotin kamu.."

"Iya.. Iya.. Aku maafin!! Cepat goyang!! Puasin aku!!"

Wahyu segera memompa memaju mundurkan batang kenikmatannya di dalam liang surgawiku setelah aku maafkan, rintihan, erangan dan desahan terdengar dari mulut kami berdua. Segala emosi, kekesalanku padanya lebur berganti nafsu birahi yang makin lama semakin tinggi dan tidak terkontrol.

Entah 4 atau 5 kali aku mengalami klimaks, segala posisi, dari awalnya spooning berubah jadi doggy style, woman on top, dan diakhiri missionaris di atas karpet lantai ruangan tengah presidential suit hotel Prambanan .

"Aahhh sayang.. Aku udah diujung.. Dikeluarin didalam atau dimana?" tanya Wahyu padaku.

"Aku juga mau keluar.. Keluarin didalam aja sayang" ujarku yang juga hampir mencapai klimaks.

"Keluar sama-sama ya.. Aahhh.. Aahh.. Aku keluar baby.. " cairan kental Wahyu tumpah didalam rahimku saat aku juga mengeluarkan cairan ejakulasiku. Setelah menyemprotkan hampir 5 kali cairan kental dan hangat itu, tubuh Wahyu ambruk disampingku, nafas kami berdua tersengal- sengal.

"Kamu masih marah ke aku sayang?" tanyanya sembari memelukku dan membelai- belai rambutku.

Aku menggeleng kepalaku tanda kami sudah baikan. Aku membiarkan ia memainkan rambutku, kami berpelukan seperti sepasang kekasih walau kami hanya baru mengenal 1 hari kurang.

"Boleh aku tanya sesuatu padamu?" tanya Wahyu padaku.

"Boleh"

"Kamu sudah punya pacar?"

"Sudah.. Kamu sendiri?"

"Aku sedang tidak ingin membina hubungan sejak istri keduaku meninggal saat mengandung calon anakku karena kecelakaan beruntut di jalan tol jagorawi 3 bulan lalu." ujar Wahyu.

"Istri kedua? Kamu poligami?"

"Ngga.. Istriku dua- duanya udah disurga. Istri keduaku sangat mirip gayanya, gaya dan cara bicaranya, tingkahnya dan bentuk muka dan bodinya, serta senyumnya mirip dengan kamu. Istri pertamaku meninggal 5 tahun lalu karena kanker mediaremun stadium akhir"

"Mediastinum maksudnya?" ujarku mengkoreksi kata-kata itu.

"Iya.. Kok kamu tahu?" tanya Wahyu kaget aku tahu cara mengucapkan penyakit itu dengan benar.

"Iya.. temen dekatku ada yang meninggal karena penyakit itu" ujarku berbohong.

"Ooh aku kira kamu perawat seperti istri keduaku atau tenaga medis lainnya.. Soalnya selain susah pengucapannya, itu penyakit termasuk langka, jadi wajar awam seperti aku sering salah" ujar Wahyu.

"Iya.. Aku masih ingat karena temanku meninggal beberapa bulan lalu di Jepang untuk mencari second opinion. Tapi rupanya sama aja, karena uda stadium akhir ga bisa diapa-apain"

"Iya.. Berarti sama seperti istri pertamaku.. Setelah nikah hampir 6 tahun akhirnya ia meninggal karena stadium akhir tumor ganas itu, padahal baru ketahuan ada sesuatu di dalam rongga dadanya setahun sebelumnya lho dan hanya seukuran bola tenis, tapi karena kami takut saat disarankan dokter untuk segera operasi, kami baru kembali konsultasi ke dokter bedahnya 6 bulan kemudian. Dan waktu dicek ulang tumor ganasnya uda sebesar bola sepak dan menjalar ke otak dan perut." ujarny dengan tatapan menerawang mengingat kejadian pilu dengan istri pertamanya.

"Jadi lu masturbasi kemarin malam bayangin gue karena ingat istri lo gitu? Kampret gue buat pelarian" ujarku pura- pura protes mengalihkan topik agar Wahyu tidak larut dalam kesedihan.

"Ngga.. Gue bayangin lu karena ga sengaja liat dari celah pintu kebuka di kamar tidur utama saat gue beres- beres.. Dan jujur biasanya gue liat cewek bookingan bapak telanjang biasa aja tapi liat lu lagi di jilmek¹ sama bapak gue jadi nafsu banget"

¹Jilmek: jilat memek, kegiatan hubungan intim memuaskan wanita menggunakan mulut pasangannya.

Rupanya saat aku melakukan threesome dengan Tina dan pak Satrio, Wahyu tidak sengaja memergoki kami dari celah pintu yang terbuka. Karena terpesona dengan indah tubuhku yang aku sendiri bangga mengakuinya, maka ia melakukan masturbasi.

"Kamu sendiri.. Kenapa tiba-tiba menawarkan aku kenikmatan surga dunia saat memergoki aku masturbasi? Dan kedua kenapa menyetubuhiku saat aku tidur?" tanyanya sembari tersenyum.

"Karena tergiur melihat kemaluan lu yang besarnya dua kali lipat dari bos lu. Yang ke dua juga sama.. Abis kentang sama bos lu, liat lu ngaceng kokoh gitu tiang pancangnya menjulang keatas dalam keadaan telanjang bulat ya jadi tergiur" ujarku jujur.

"Bener kan dugaan gue.. Lu bispak"

"Enak aja.. Ga lah ya.. Karena kentang aja"

"Ada satu bukti lagi kok yang lu ga bisa bantah" ujar Wahyu tersenyum.

"Apa?"

"Aku penetrasi kamu itu sebenarnya untuk ngetes. Saat aku mulai berusaha melakukan penetrasi kepala kemaluanku, aku sembari memperhatikan reaksimu kalau tidak ada penolakan aku akan menduga bahwa kamu bispak. Tapi aku malah dikagetkan bukan hanya kamu tidak menolak aku arahkan ke persiapan aku akan penetrasi kamu juga melenguh saat penetrasi berlangsung. Bahkan aku sengaja hanya mencengkram badanmu dibahu biar kamu bisa kabur dari usahaku melakukan penetrasi tapi kamu malah hanya memilih berusaha menggerakan sedikit lehermu seakan- akan meronta- ronta, padahal kamu punya kesempatan untuk lepas dari jeratanku kalau kamu mau. Dan yang terakhir.."

"APA?!" ujarku dengan intonasi tinggi karena malu Wahyu memberi 'skak mat' atas bantahanku yang ga mau mengakui bahwa aku bispak sekaligus penasaran dengan apa yang akan dikatakan selanjutnya.

"Selain kamu juga tiba-tiba ikut menggoyang pinggang saat aku mulai memompa pelan sebanyak 2 kali maju mundur selama 5 detik. Dan saat aku menghentikan pompaanku di satu menit lebih 30 detik, kamu masih tetap menggoyang dan setelah menit ke 2 kamu baru sadar aku berhenti dan mengancamku untuk bergerak atau kamu ga mau lagi bertemu denganku" ujarnya benar- benar membuatku matikutu dan skak mat tak bisa membantah lagi bahwa aku memang perempuan bispak bahkan tanpa bayaran.

"Oke.. Gue emang bispak? Terus kamu mau apa? Mau memanfaatkan gue karena udah punya nomor gue? Sori ya gue tinggal block lu aja.. Mudah.. Terus kalau lu neror- neror mudah juga gue tinggal ganti nomor. Sori ya browww.. Biarpun gue bispak, tapi gue ga murahan, gue ga bisa lu pake sesuka lu, hanya orang tertentu yang gue mau kasih kenikmatan surga duniawi gue.. NGERTI!!" ujarku menyerocos panjang menyerang dia agar dia tidak bisa memanfaatkan aku dengan sedikit emosi bercampur malu karena aibku diketahui Wahyu.

"Tenang sayang.. Aku bukan tipe pemaksa apalagi parasit. Andai kamu ga mau berhubungan dengan aku lagi juga aku akan menghormati keputusanmu. Aku hanya akan berhubungan denganmu apabila kamu rela dan mau. Ga nikmat kalau main secara terpaksa. Maafin aku ya uda ngetes.. Aku tadinya hanya mau membuktikan dugaan aku salah.." ujarnya dengan penuh kelembutan sembari tetap memelukku dan membelai- belai rambutku.

Kami berdiam sembari saling menatap menikmati momen kehangatan pelukan di lantai ruangan tengah kamar presidential suite. Setelah hampir 10 menit kami dalam diam menikmati momen yang sebenarnya cukup indah dan romantis bagiku, aku merasa ingin momen ini begitu nyaman dan bisa aku rasakan bukan hanya hari ini, tapi kapanpun aku butuhkan.

"Oke.. Gue ngajukan proposal deh.."

"Apa Lyd?"

"Gimana kalau kita menjalani hubungan tanpa status atau FWB. Kalau gue lagi butuh lu, gue kontak lu, kalau lu butuh gue, lu kontak gue. Tapi tanpa main perasaan dan dilarang ikut campur urusan pribadi dan ga usah kepo- kepo urusan pribadi dan kehidupan masing- masing. Kalau lu setuju, sebulan ini trial, gue masih kesel lu maksa gue bersetubuh, jadi sebagai hukuman lu gue blok, biar gue yang bisa hubungin lo.. Gimana?" ujarku.

"Deal.." ujar Wahyu spontan tanpa pikir panjang sembari tersenyum.