Chapter 39 - Kartu nama

Pagi itu selesai membersihkan diri bersama- sama berempat sembari tetap berasyik masyuk disela- sela aktifitas kami membersihkan diri, kami berempat membereskan diri dan bergegas pergi bersama untuk kembali ke Jakarta karena pak Satrio ada rapat di Hotel Prambanan dengan beberapa delegasi negara asing dari negara tetangga se-asia tenggara.

Aku duduk didepan dengan Wahyu, sedangkan Tina dibangku tengah penumpang dengan pak Satrio. Saat aku sedang melamun tiba-tiba aku mendengar desahan halus pak Satrio, sehingga membuyarkan lamunanku di pagi itu, dan membuatku terpancing untuk melihat ke kaca spion tengah untuk mencari tahu apa yang terjadi dibangku penumpang belakangku.

Rupanya Tina sedang meng-'oral' kemaluan pak Satrio, yang masih menggunakan kemeja dan jas lengkapnya, walau celana dalam dan celana panjangnya sudah tergeletak di lantai mobil. Aku melihat Wahyu sekali- sekali melirik aktivitas mereka berdua melalui kaca spion tengah sembari senyum- senyum sendiri.

"Kenapa senyum- senyum?" ujarku iseng bertanya dengan nada suara agak berbisik.

"Nggak apa- apa. Kagum aja dengan kalian berdua." jawab Wahyu dengan suara berbisik karena tidak mau mengganggu aktivitas Tina dengan bosnya.

"Kamu mau juga aku isepin sambil nyupir" tanyaku menawarkan melakukan kegiatan serupa dengan Tina dan pak Satrio dikursi penumpang belakang sembari tetap berbisik

"Jangan.. Bahaya.. Nanti bisa ganggu fokusku menyetir dan resiko tinggi terjadi kecelakaan.' ujarnya menolak untuk melakukan kegiatan yang sama karena takut terjadi kecelakaan.

Aku menggangguk setuju karena memang berbahaya melakukan aktivitas oral seks saat menyupir apalagi kecepatan mobil saat ini 100 km/jam resiko kecelakaan akan sangat tinggi. Walau aku setuju, tapi sejujurnya aku pernah dua kali melakukan oral seks dimobil saat melaju dimasa lalu untungnya bukan ditol tapi dijalan biasa dan kecepatan mobilnya tidak sampai 30km/jam karena jalanan komplek.

Pertama kali aku melakukannya dengan salah satu pria kenalanku, yang aku lupa siapa namanya, aku berkenalan saat ada pameran dan saat itu bekerja sebagai spg yang berakhir dengan kegiatan cinta satu malam seperti yang terjadi beberapa waktu lalu bersama Syahrul. Terakhir aku melakukan seks didalam mobil saat aku bersama mantan pacarku sekaligus Gadunku yang saat ini sedang melakukan 'ghosting' kepadaku, si brengsek dan pengecut Ardi.

Meskipun aku melakukan oral seksnya dengan mereka saat jalanan sepi dan laju mobil yang dikemudikan mereka tidak lebih dari 30km/jam. Namun tetap saja harusnya itu tidak boleh dilakukan karena bisa mengganggu konsentrasi yang mengemudikan mobil.

Akhirnya aku menikmati saja musik yang diputar di audio player mobil, saat ini sedang diputar lagu Wika Salim, dengan judul lagu pecah seribu.

"Ooom.. Ouugghhh.. Aaaakkkhhh.. Ooooooo.. Enak oom..Ooooo.. Enakkk..." terdengar rintihan Tina yang rupanya sekarang sedang digenjot dari belakang dengan posisi mereka berbaring menyamping di bangku tengah penumpang.

"Aaah.. Nita.. Kamu sama Lydia favorit oom.. Peret banget kue apem kalian.. Oom daftar jadi langganan kalian ya.." ujar pak Satrio sembari terus memompa liang kenikmatan Nita dari belakangnya.

Keduanya sudah bertelanjang bulat, erangan, teriakan dan desahan keduanya saling bersahut-sahutan menggema di dalam mobil yang kami tumpangi berempat.

Aku sendiri mendengar desahan dan erangan mereka menjadi naik libidonya namun aku ga mungkin ikut 'bermain' karena duduk dibangku depan sehingga membuatku agak menyesali keputusanku untuk duduk dibangku depan samping kursi supir.

Oooooaaaaaahhh!! Oom ga tahan!! Enak banget mulutmu Nitaaaa!! Oom ga tahaaaaannn!!! Oom keluar!!! Aaahhhh!!! Aaaahhhh!! keluar!! Haaah!! Haaah!!"desah dan teriak pak Syahrul yang lalu langsung lemas dan mengecil burung mungil dengan nafas terengah- engah meninggalkan Tina yang masih belum mendapat puncak kenikmatan.

Dari mukanya aku tahu Tina kesel dan sebal, namun sepertinya ia tahan dan akhirnya melakukan masturbasi agar bisa mencapai klimaks.

‐-------

Mobil Rolls-Royce Cullinan berwarna hitam dengan plat S47RIO akhirnya sampai ditujuan setelah menempuh perjalanan selama satu setengah jam. Pak Satrio yang sudah rapih kembali mengenakan stelan jas hitamnya segera keluar mobil dan meninggalkan kami bertiga.

"Ok.. Kita parkir dulu terus kita bareng- bareng naik ke atas buat gue balikin handphone kalian ya.." ujar Wahyu setelah pak Satrio turun.

Setelah memarkirkan mobil yang dikendarainya kami bertiga naik bersama- sama menuju kamar presidential suite yang disewa pak Satrio.

"Nit.. Kata lu ga mau ngentot kalau ga dibayar.. Kok dimobil mau?" tanyaku berbisik pada Tina saat kami menunggu lift turun.

"Kata siapa gratis. Gue ditransfer 2 juta kok.." ujar Tina berbisik padaku.

"Oooh.. Pantes lu mau.." ujarku.

"Bisik-bisik apa kalian? Ngomongin gue ya?" tanya Wahyu yang berdiri menunggu lift didepan kami berdua.

"Iiih Geer.. Ngapain juga kita ngomongin lu deh Wahyu.." ujar Tina membantah.

"Ooooh.. Jadi ngomongin apa?" tanyanya lagi.

"Kepo¹ deh lu ah" ujar Tina ga mau memberitahu apa yang kami bicarakan.

¹Kepo sendiri merupakan singkatan dari kalimat bahasa inggris, yaitu 'knowing every particular object' yang artinya mengetahui setiap objek tertentu. Pendapat lain tentang Kepo adalah bahasa serapan dari bahasa Singlish (Singaporean-english). Kata kepo berasal dari kata kaypoh yang digunakan dalam percakapan sehari-hari di Singapura.

Arti kaypoh yakni sifat seseorang yang selalu ingin ikut campur masalah orang lain. Ia juga punya rasa penasaran yang lebih dan ingin tahu akan segala hal.

"Gue langsung cabut² ya abis ambil handphone" ujar Tina kepadaku.

² cabut adalah bahasa gaul yang maknanya akan pergi atau berpindah.

"Mau kemana lu?"

"Biasa expo³ di hotel deket rumah.. Ada 3 slot siang ini.. BU⁴ soalnya."

³Expo: Menunjukkan wanita Open BO (Booking online untuk pelayanan hubungan intim) sedang berada di sebuah lokasi/kota dan membuka daftar list hari itu.

⁴BU : butuh uang.

"Ok.. Baek- baek ya.." ujarku.

"Transferan dari oom Satrio udah masuk, gue kirimin ke lo ya.." ujarnya lagi

"Beres.. Ke rekening yang kemarin gue kasih di whatsapp ya Sist" ujarku lagi.

"Siap bos" ujarnya.

‐-------

"Lyd.. Kamu ada acara pagi ini?" tanya Wahyu setelah menyerahkan handphone milikku dan Tina.

"Kenapa.. Mau bo si Lydia ya?" ujar Tina tiba- tiba menjawab pertanyaan yang ditujukan buat aku.

"Ngga.. Mau ajak makan. Daripada sendiri gue.." ujar Wahyu.

"Dibayarin ga?" tanyaku padanya setelah tahu tujuan Wahyu bertanya aku ada kesibukan atau ga.

"Ya masa ga.. Ya gue bayarin lah.. Kan gue ngajak." ujar Wahyu.

"Hhmmm.. Makan dimana?" tanyaku.

"Steak 69" ujar Wahyu menyebut tempat steak yang lagi trending di sosmed karena banyak influenser sosmed yang kasi rekomen bagus.

"Waaahhh.. Enak tu.. Sayang gue ada kerjaan. Eh uda gue transfer ya.. Gue pamit duluan ya say" ujar Tina sembari menunjuka bukti transfer di handphoneny ke aku dan sekalian pamit ke aku.

"Ok sist.. Makasi ya"

"Eh bentar, lupa tadi dari bapak titip pesan via whatsapp pas lagi kita naik lift, buat ngasi kalian kartu nama beliau yang ada no kontak utama bapak. Jadi kalau kalian ada butuh apa- apa bisa kontak beliau dan saya izin catet no kalian biar dimasukan ke buku kontak handphonenya." ujar Wahyu kepada kami.

"Gue buru- buru ni.. Kasih ke Lydia aja ya Wahyu.. Titip kasih no gue juga ya Sist.. Bye semua" ujar Tina sembari berjalan terburu- buru meninggalkan kami berdua.

"Jadi gimana? Mau makan ga?" tanya Wahyu lagi kepadaku.

"Boleh" ujarku.

"Gue ambil 2 kartu nama dulu ya buat lu ma Nita.. Bentar ya.. Lu duduk di sofa aja dulu" ujar Wahyu meninggalkanku masuk ke kamar pak Satrio

Beberapa saat kemudian Wahyu datang kembali membawa kartu nama pak Satrio sebanyak 2 lembar. Ia menyerahkan kepadaku, dan segera aku simpen di dompetku agar tidak hilang atau tercecer.

"Oh iya.. No hp lo sama Nita berapa? Mau gue catet." ujar Wahyu sembari mengetikan namaku di buku telepon handphonenya.

"Yu.. Jujur deh.. Lu nanya ma gue no gue dan Nita karena disuruh pak Satrio atau cara lu biar bisa dapetin no gue dan Nita?" tanyaku kepadanya.

"Maksud lo?" tanya Wahyu padaku.

"Iya.. Lu minta no kita berdua akal- akalan lu atau emang perintah pak Satrio?"

"Ya ampun.. Ya suruhan pak Satrio lah.. Kalau gue yang butuh gue ga bakal jual nama beliau, gini- gini gue polisi lho.." ujar Satrio kepadaku.

"Ya mastiin aja.. Kan gue ga kenal lu sampe sedalem- dalemnya. Sebenarnya tanpa lu minta gue juga ada niat kasih no gue ke lo.. Tapi kalau Nita gue ga berani kasih kecuali dia ngizinin. Jadi makanya gue menanyakan kebenaran motif lu minta no bener dari pak Satrio atau akal- akalan lu"

"Ini buktinya.." ujar Wahyu menunjukan whatapp pembicaraan dia dengan pak Satrio yang memang benar sesuai yang dia katakan.

"Ok.. ya udah sini hp lu, gue tulisin no gue dan Nita.. Maaf ya Wahyu, gue gini buat ngelindungin Nita aja temen gue.." ujarku menjelaskan maksud tujuan aku menkonfirmasi kebenaran motif minta no hp ke Wahyu.

"Santai.. Gue suka cewek yang smart" ujarnya.

"Tapi gue ga yakin lu itu cewe bisyar.. Dari gerak-gerik dan tingkah lu dari kemarin lu tu tipe bispak kan? Motif lu buat berhubungan seksual bukan karena murni urusan duit kan?

⁵bispak: bisa dipake, atau sebutan perempuan yang bisa diajak bersetubuh tanpa ikatan baik itu gratisan atau minta upah.

⁶bisyar: bisa dibayar, atau sebutan perempuan yang bisa diajak bersetubuh dengan bayaran tertentu.

"Hah.. Kenapa lu bisa berpikir begitu?" tanyaku agak kaget.