Chapter 38 - Orgy di Vila

"BERANI- BERANINYA KAMU WAHYU!!" Bentak pak Satrio kepada Wahyu.

"Saya siap menerima hukuman pak!" ujar Wahyu dibentak pak Satrio dengan rudalnya masih tetap didalam liang kenikmatan Tina.

"BERANI-BERANINYA KAMU GA NGAJAK SAYA ASYIK MASYUK.. SAYA KAN JUGA KEPINGIN IKUT.. Hahahaha.." ujar pak Satrio kepada Wahyu yang membuat Wahyu menjadi bengong karena bingung.

"Ouuggh.. Sssh.. Aaakh.. Kamu diprank sayang Ssss. Aaakh.." ujar Tina yang menggoyang pinggulnya maju mundur sehingga torpedonya Wahyu yang diam ga bergerak menyeruak keluar masuk menggesek g-spot Tina.

"Ayo.. Yayang Lidya.. Isepin burung oom ya.." ujarku yang masih merem melek menikmati permainan lidah Tina di kue apemku.

Pak Satrio sudah mengangkangi mukaku yang berada di bawahnya lalu mengarahkan burung mininya ke arah mulutku. Aku yang disuguhi kemaluan kecil pak Satrio segera menghisap dan mengocok rudal mini milik pak Satrio.

Wahyu yang mulai sadar bahwa dirinya di kerjai kami mulai konsentrasi memompa tongkat keperkasaannya didalam liang peranakan Tina.

"Ahhh Wahyu.. Ini enak banget..Aaahhh.. Kencengin sayang.. Aaahhh.. Aaaahhh..." Racau Tina yang menikmati pompaan Wahyu yang kasar dan cepat di kemaluannya dari belakang.

"Enak Aaahh.. Nikmat ga kontol gue?? Aaaahhh.. Sssh.. Aaakh.." racau Wahyu sembari memompa

dengan cepat didalam liang kenikmatan Tina.

"Wahyu... Aaaahhh.. Aaaaaaakkkh" Tina melenguh panjang menandakan ia mencapai klimaksnya.

"Udah dulu sayang.. Haahhh.

Haaahh.. Gantian.. Haaaah.. Hhhaaahhh.. Sama Lydia.. Haaahhh.. Haaaahhh.." ujar Tina terengal- engal kelelahan setelah klimaks di 'bombardir' oleh Wahyu.

"Eh.. Jangan dulu.. Saya dulu.. Saya mau merasakan lubangnya Lydia dulu.. Uda panas saya.. Kamu istirahat aja Satrio.." Ujar pak Satrio.

"Ga apa- apa Oom.. Langsung coblos berdua aja.." ujarku sembari melepas seponganku.

"Maksudnya Lyd?" tanya Wahyu yang hampir kentang karena mesti mengalaha sama bosnya tertarik.

"Oom tiduran.. Biar aku Woman On Top, lalu kamu sodomi aku dari posisi belakang" ujarku.

"Apa enak lewat belakang?" tanya Wahyu.

"Coba dulu aja.. Kenapa takut? Kan lu pake pengaman ini say.." ujarku berusaha meyakinkan Wahyu yang kelihatannya ragu.

"Ok lah.."

"Oom sayang.. berbaring disini oom.." pintaku agar pak Satrio berbaring di karpet tebal aku.

Bleeesshh..

Suara saat kelamin berukuran kecil milik pak Satrio aku tuntun masuk dan tenggelam di liang peranakan aku. Lalu aku mengatur posisi agar lubang pembuangan belakangku bisa dimasukin oleh torpedo Wahyu.

"Masukin ni?" tanya Wahyu ragu.

"Iya sayang.. Sodomi aku sayang.. Jangan ragu" ujarku kepada Wahyu minta "disodok' dari belakang.

Bleeeshhh..

"Aaaakkkhhh.. Sakit.." Ringisku kesakitan saat dengan cepat torpedo Wahyu menembus 'pintu belakangku'

"Eunggh.. Sssh..Sempit dan kedut- kedut juga.. Ini lebih enak dari memek kamu.. Ooougghh.." ujarnya mulai menggoyang.

Aku, Wahyu dan Pak Satrio bersama- sama menikmati indahnya surga dunia dengan peluh bercucuran dari tubuh kami bertiga. Peluh nikmat yang menciptakan erangan dan desahan bersahut-sahutan antara kami bertiga bagaikan sebuah orkestra musik, menggema memenuhi ruangan di Villa mewah milik pak Satrio.

"Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Yah enak geli disodok berdua!! Aaahhhhh!! Sssh.. Aaakh.. Terus.. Aaaahhhh!!! Aaahhhh!!! Yah sayang.. Aaahhhhh.. Nikmaatttt!! Aku ga tahaaaann!! Aku mau keluarrrr!! Aaaaahhhhh!! Racauku menikmati sensasi dua benda tumpul memompa aku depan belakang sehingga membuatku cepat mencapai klimaks.

Oooooaaaaaahhh!! Aku ga tahan!! Aku ga tahaaaaannn!!! Aku keluar!! Aku keluarrrr!!!Aaahhhh!!! Aaaahhhh!! Aku keluar!! Haaah!! Haaah!!"desah dan teriak pak Satrio kepadaku saat mencapai klimaks bersamaan denganku.

Semburan 5 kali spermanya pak Satrio bercampur dengan cairan ejakualasiku membuat rahimku penuh dan terasa hangat.

"Sudah selesai pak? Izin.. boleh saya pakai lubang depannya Lydia pak?" tanya Wahyu kepada pak Satrio saat menyadari bosnya mencapai klimaks.

"Haaah.. Haaah.. Boleh.. Haaah.. Haaah.. Lanjutkan.. Saya istirahat dulu" ujar pak Satrio dengan nafas tersengal- sengal setelah mencapai klimaks yang kini terbaring kelelahan di atas karpet.

"Ganti dulu kondommu pakai yang baru, masa dari bekas anal kamu mau masukin ke depan ga ganti.. Jorok.." ujarku kepada Wahyu untuk menukar kondomnya dengan yang baru.

"Oke.. Aku ganti dulu" ujarnya melepas torpedonya lalu mencari kotak kondom yang berisi kondom baru.

Aku pindah berbaring di sofa panjang yang berada di belakang karpet sembari menunggu Wahyu mencari kotak kondom berisi beberapa sachet kondom baru.

"Ketemu!!" ujar Wahyu saat berhasil menemukan kotak berisi kondom baru untuk dipakainya menyetubuhiku.

Dia segera mendatangiku lalu mengocok- ngocok sendiri penisnya agar mengeras lagi sehingga bisa disarungkan oleh kondom yang masih terbungkus sachetnya di depanku berbaring di sofa.

"Sini aku bantu biar kontolmu ngacengĀ¹ lagi" ujarnya yang langsung bangun dari posisi berbaringku lalu menggenggam tongkat keperkasaan Wahyu bersiap memberinya layanan oral.

*ngaceng adalah bahasa jawa yang berarti ereksi atau kondisi dimana alat kelamin laki-laki benar-benar siap digunakan untuk penetrasi.

Slurrrpp.. Slurrppp..

Suara hisapan dan menjilat membasahi serta merangsang tongkat keperkasaan Wahyu agar 'siap' untuk mengauli aku lagi.

"Euuugghh.. Hhmmfff.. Aaahhh.. Enaknya hisapan kamu.. Eunggh.. Sssh.. Aaakh.." Racaunya menikmati sedotan dan permainan lidah dan mulutku ke kelaminnya.

Aku masih melakukan oral kepada Wahyu karena tiang pancangnya belum tegak sempurna dan kekerasannya belum maksimal. Pak Satrio terlihat sudah terlelap di karpet, suara dengkuran mulai terdengar dari nafasnya.

Sedangkan Tina masih duduk mengangkang di karpet, dengan posisi menghadap kearah aku dan yang sedang asik menghisap dan menjilati kemaluan Wahyu yang sudah hampir mengeras dan membesar maksimal. Tina yang libidonya sudah muncul kembali walau staminanya belum cukup pulih untuk memulai 'ronde berikutnya' mulai memainkan klentitnya merangsang diri sendiri menikmati adegan panas aku dan Wahyu di sofa.

"Eunggh.. Sssh.. Aaakh.." racau Tina saat masturbasi menikmati rangsangan yang ia lakukan sendiri menggunakan jari telunjuk tangan kirinya sembari merem melek sendiri.

"Aahh.. Aku ga tahan pingin dijepit memekmu.

Aahhh.. Ayo sayang.. Aku ga tahaann.." ujar Wahyu kepadaku.

Aku segera berbaring di sofa dengan paha dan betis kananku bertumpu pada sandaran sofa dan kaki kiriku berpijak ke lantai. Wahyu mengukung aku sembari mengarahkan topedonya yang sudah sangat keras dan membesar maksimal ke bibir liang kenikmatanku.

Bleeessh!! Lalu Wahyu memompa perlahan- lahan, maju mundur, seiring gerakan tubuhku yang naik turun. Kedua bukitku pun bergoyang naik turun mengikuti irama hentakan dari tubuh Wahyu. Eranganku menggema memenuhi seisi ruangan tengah Villa milik pak Satrio di dini hari yang dingin itu. Desahan dan rintihan manja terus keluar dari bibir ranumku saking aku menikmati permainan tabu kami.

"Wahyu.. Aaahhh.. Ouhhh.. Enak.. Aaahhh.. Lebih cepat sayang.. Ouuhhh.. Enak.. Lebih dalam sayang... Ouuuhh.. Aaaahhh.. Aaahhh.. Iya gitu" racauku sembari memberi intruksi pada Wahyu apa yang harus dia lakukan.

Nafas Wahyu makin memburu mempercepat pompaan batang keperkasaannya di dalam liang peranakanku menimbulkan suara plak plok dan plak plok terus. Desahan dan rintihanku makin liar karena mulut rahimku seolah ditampar- tampar oleh kepala torpedo Wahyu dengan keras dan kasar membuat sedikit nyeri namun menghasilkan kenikmatan yang tiada tara.

"Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Yah sayang!! Aaahhhhh!! Sssh.. Aaakh.. Terus.. Geli sayang.. Geli... Ouuuhhhh!!! Ooouuuhhh!!! Yah sayang.. Aaahhhhh.. Nikmaatttt!! Aku ga tahaaaann!! Aku mau keluarrrr!! Mau Keluarrrr.. Aaaaahhhhh!! Haaaaahhh!! Racauku makin keras saat aku merasa sudah dekat dengan orgasmeku setelah dipompa lebih dari seperempat jam oleh Wahyu.

Aku melenguh panjang, dan liang kemaluanku berdenyut- denyut sembari menyemprotkan cairan squirt lumayan banyak membasahi liang kemaluanku sehingga makin becek. Wahyu masih konsen dengan gerakan pompaannya tampa peduli dengan kedutan dan denyutan liang peranakanku hingga ga kerasa belum 2 menit dari puncak kenikmatanku aku sudah hampir diujung klimaks keduaku akibat rangsangan Wahyu.

"Hyu.. Gue.. Aaahhh.. Gueee.. Keluar lagi Aaaaaaaaahhhhhhhhh.." Lenguhku saat menggapai puncak kedua dalam selang waktu sebentar selepas aku mendapatkan puncak kenikmatan pertamaku dini hari itu.

Gilanya Wahyu tidak menurunkan kecepatan pompaanya bahkan makin dipercepat dan makin kasar pompaannya menyebabkan klimaks kedua yang aku rasakan terjadi lebih lama hingga hampir satu menit dibandingkan klimaks pertamaku yang hanya beberapa detik.

Setelah hampir 15 menit berlalu, gerakan Wahyu semakin liar dan sangat cepat, sepertinya ia akan menggapai puncak kenikmatan sebentar lagi. Aku sendiripun merasa sudah hampir mencapai puncak kenikmatan ketigaku bersamanya.

"Sayang ayo kita keluar sama- sama.. Aku bentar lagi akan dapet lagi.." ujarku mengajaknya untuk meraih puncak bersama- sama.

"Ok sayang.. Aaahh.. Ini sudah hampir diujung, siap- siap sayang.. Hmmfff.. Ouuhhh.." Wahyu memompa lebih dalam untuk merengkuh klimaks bersama- sama denganku.

"Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Oooohhh.. Yessss.. Fuuuuccckk.. Nikmat sekali memekmu Lydia!! racau Wahyu menandakan betapa nikmatnya pelepasan itu.

Oooooaaaaaahhh!! Aku keluar!! Aku keluarrrr!!!Aaahhhh!!! Aaaahhhh!! Aku keluar!! Haaah!! Haaah!! Shiiitt!! Aaaaahhh!! Racauku bersamaan dengan racauan Wahyu bersamaan menggapai klimaks dalam pergumulan kami yang sepertinya sudah hampir 40 menitan berlangsung.

Tubuh Wahyu ambruk diatasku, nafas kami berdua terengah- engah kelelahan setelah 'bertempur' meraih puncak kenikmatan surga duniawi bersama.

"Terimakasih Lidya.. Memek kamu sempit dan nikmat sekali.." ujarnya lalu mengecup keningku dan tersenyum.

Setelah itu kami berpelukan sembari terkapar diatas sofa dengan batang Wahyu terasa makin mengecil dan melemas didalam liang rahimku.