Tak terasa mobil yang kami tumpangi sudah sampai di restoran drive thru yang kami tuju. Setelah menunggu antrian 2 mobil yang sudah datang lebih dahulu daripada kami, akhirnya masuk juga giliran kami untuk memesan.
"Selamat malam.. Selamat datang di Drive Thru McD Kwitang, mau pesan apa pak?" tanya suara pelayan McD via speaker 2 arah.
"Mau pesan apa pak?" tanya Wahyu sembari membalikan kepalanya ke kursi penumpang dibelakangnya untuk bertanya kepada pak Satrio.
"Saya Big Mac paket saja Yu.. Minumannya diganti Es lemon tea. Kalian berdua mau apa?"
"Saya paket nugget dengan kentang aja oom" ujar Tina.
"Saya es krim oreo aja Oom dan sprite dingin" ujarku memesan.
"Nah denger ya Wahyu.. Kamu juga sekalian pesan ya"
"Siap pak.."
Setelah memesan dan bayar makanan yang kamj pesan akhirnya kami menuju konter penerimaan makanan yang dipesan. Sembari menunggu pak Satrio menyalakan tv di mobil, membuka aplikasi karaoke dan mengajak kami bernyanyi.
"Kalian suka nyanyi ga? Sambil menunggu makanan jadi, kita karaokean saja yuk" tawar pak Satrio kepada kami.
"Boleh oom.. Aku suka nyanyi" ujar Tina kepadanya.
"Ok.. Mau lagu apa?"
"Lagu astrid oom, jadikan aku yang ke 2. Ada ga oom?" tanya Tina kepada pak Satrio.
"Sebentar oom cari dahulu"
"iya betul itu Oom.. yang itu.." ujar Tina melihat dilayar muncul judul lagu yang dia ingin nyanyikan"
"Oke.. Bentar oom ambil mic dulu.. Yu.. Micnya mana?" tanya pak Satrio pada Wahyu.
"Ini pak.." ujar Satrio mengambil mic dari dashboard depan dan menyerahkan ke pada pak Satrio.
"Ini ya micnya Nit.. Hibur oom ya dengan suaramu" ujarnya sembari menyerahkan microphone kepada Tina.
"Oke oom.." ujarnya.
Suara intro lagu 'Jadikan Aku yang Kedua' mulai terdengar menggema memenuhi seisi mobil, dan Tina mulai menyanyi saat lirik lagu di layar tv mobil muncul dan berubah warna menunjukan waktu untuk bernyanyi
"Jika dia cintaimu, melebihi cintaku padamu.. Aku pasti rela, untuk melepasmu.. Walau ku tau ku kan terluka.. Jikalau semua berbeda, kau bukanlah orang yang kupuja.. Tetapi hatiku, telah memilihmu, Walau kau tak mungkin tinggalkannya.." Tina menyanyi dengan merdu lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi Astrid.
Suasana di dalam mobil menjadi penuh aura ceria dan kebahagiaan. Pak Satrio mendengarkan sembari menggoyangkan kepala mengikuti irama musik mendengar lantunan lagu pop yang dinyanyikan oleh Tina.
Tok..tok..tok..
Kaca mobil diketok dari luar oleh pelayan McD yang hendak mengantarkan pesanan makanan kami.
"Iya mbak.." ujar Wahyu menurunkan jendela untuk menerima kantung makanan kertas berisi pesanan kami.
"Pesanannya sudah semua ya pak.. Silahkan dicek lagi sebelum meninggalkan tempat dan hati- hati di jalan. Terimakasih." ujar pelayan McD yang dari papan namanya bernama Aulia setelah menyerahkan makanan yang kami pesan kepada Wahyu.
"Ini pak burger dan kentangnya pak" ujar Wahyu menyerahkan burger Big Mac dan kentang goreng yang dipesan pak Satrio kepadanya.
"Terimakasih Wahyu.. By the way.. Oom punya ide.. Bosan ya di hotel gitu- gitu aja.. Bagaimana kalau kita pindah suasana ke puncak ke villanya oom. Setuju ga kalian?" tiba- tiba pak Satrio mengungkapkan gagasan untuk pindah ke Vilanya dipuncak.
"Setuju oom!!" ujar Tina tanpa pikir panjang.
"Aku setuju juga oom.." ujarku datar.
"Eh.. Tapi ini udah jam 11 ya.. Tar sampai sana udah jam12.. Uda habis ya perjanjian kita.. Yahhh.. Kalian ada kerjaan lain ga atau saya boleh extend pelayanan kalian?"
"Kalau aku setuju oom.. Ga perlu extend tapi.." ujarku langsung menjawab karena ada ide nakal yang muncul di otakku terkait pertanyaan pak Satrio mengenai jam pelayanan kami.
"Tapi apa?" tanya pak Satrio penasaran.
"Aku bisikin ya.." ujarku kepadanya.
"Iya.. Cepetan.. Oom penasaran" ujarnya sembari mendekatkan kupingnya mendekat bibirku.
"Ini usul ya oom.. Kalau oom ga setuju ga apa- apa.. Gimana kalau kita pesta seks aja berempat, antara Oom, saya, Nita dan Wahyu di villa.. Pasti seru oom.." ujarku berbisik mengungkapkan ideku kepada pak Satrio.
"Hahh.. Wahyu.. Gila kamu!!" ujarnya mendadak.
"Ya usul oom.. Ga mau ga apa- apa.." ujarku panik takut pak Satrio marah.
"Oke.. Oom setuju dengan ide gilamu.. Sensasional!!" ujar pak Satrio tiba- tiba mengagetkanku karena aku pikir pak Satrio tidak akan setuju.
"Hehehehe.. Sensasional kan oom" ujarku membeo karena masih kaget pak Satrio setuju dengan usulku.
"Terus.. Kamu ngga apa- apa Wahyu main ga pakai pengaman?" bisiknya kepadaku.
"Ya pakai lah oom" jawabku berbisik kepadaku.
"Tapi kan ga bawa stock saya" ujarnya menjawab.
"Tinggal beli di apotek yang 24 jam oom.. Kan banyak di sini" bisikku.
"Wahyu.. Cari apotek yang masih buka ya!!" ujar oom Wahyu memberi perintah kepada Wahyu.
"Siap pak.." ujar Wahyu sembari tetap menyupir.
‐-------
"Aku ke dalam dulu ya oom.. Nit.. Mau nemenin aku ga?" ujarku kepada pak Satrio saat sudah tiba di depan apotik, sekaligus mengajak Tina ikut.
"Ayo deh.. Sekalian mau cari minum.. Haus gue daritadi nyanyi terus.." ujarnya.
"Kok kita ke apotik mau beli apa si? Oom Satrio sakit?" tanya Tina saat berjalan masuk ke dalam apotik.
"Kondom.." ujarku.
"Buat siapa?"
"Wahyu"
"Lho.. Kok Wahyu kan yang nyewa kita si oom.. Ini juga lu udah kaya kerja sosial si.. Masa ga minta bayaran tambahan.. Haduh nubie banget dah.." ujarnya agak sewot.
"Iya maaf.. Tapi gue ga minta di bayar biar kita bisa maen sama Wahyu ga perlu diam- diam.. Tapi kalau lu ga mau, ga apa- apa.. Biar gue sendiri aja sama mereka berdua.."
"Ahh liar banget si lu.. Ya udahlah, toh udah dibayar mahal berkat lu.. Kali ini gue maafin.. Tapi besok lagi jangan ya.." ujar Tina kepadaku sembari tersenyum.
"Siapp.. Jadi lu ikut atau ga?"
"Ikut lah.. Tar lu disiksa atau diapa-apain pas gue ga ikut bisa sedih gue.." ujarnya..
"Makasi ya beb.." ujarku sembari memeluknya.
"No problem.." ujarnya.
Kami lalu segera belanja kondom yang paling tipis, cairan pelumas dan minuman soft drink, kopi instan serta vitamin.
‐-------
Akhirnya setelah perjalanan selama 1 jam, kami berempat sampai di villa pribadi milik pak Satrio di puncak.
"Wahhh bagus ya.. Dingin lagi udaranya.. Ihh seru ni.." ujar Tina senang saat keluar dari mobil.
"Yuk masuk.." ujar pak Satrio kepada kami sembari membuka pintu Villa.
"Saya izin, untuk menunggu dimobil pak.." ujar Wahyu kepada pak Satrio.
"Kamu ikut masuk Wahyu!!" ujar pak Satrio memberi perintah.
"Siap pak" ujarnya dan dengan muka agak terpaksa ikut masuk ke dalam Villa bersama kami.
Aku tersenyum melihat kejadian itu karena aku yakin andai Wahyu tau apa yang akan terjadi sebentar lagi di dalam Villa, ia tidak akan menunjukan muka terpaksa melainkan bahagia.