Smarphoneku bergetar membangunkanku dari tidurku, aku lihat ada panggilan masuk dari bu Tiur, aku yang sudah menduga cerita apa yang akan terjadi mengacuhkan panggilan masuk dari bu Tiur sampai mati sendiri dan kembali tidur. Beberapa telepon juga masuk dari beberapa perawat senior yang tergabung dalam komite keperawatan bahkan ibu Andini sendiri juga ikut menelepon, namun setelah panggilan telepon pertama dari bu Tiur, aku sudah menduga kalau akan ada telepon- telepon lain yang masuk oleh karena itu aku langsung merubah mode suara jadi mode 'silent' sehingga tidak menggangguku lagi di pagi ini yang dari smarphoneku sudah menunjukan pukul 8.30 sejak bu Tiur menelepon.
‐-------
Aku menyeruput kopi late caramel campur vanilla di meja halaman depan sebuah kedai kopi tidak jauh dariapartemenku sembari membuka laptopku untuk mencari-cari lowongan kerja di rumah sakit.
"Vita.." ujar suara yang familiar dari jalan trotoar di samping meja tempatku duduk.
"Hai.. Tina.. Apa kabar sist? Makin cantik aja.." sapaku melihat gadis coklat manis berambut lurus sebahu menggunakan baju terusan hitam dengan tas flap bag kecil pink dengan muka lelah sepertinya habis pesta semalaman suntuk dari outfitnya.
Tina merupakan teman yang sering bersama saat bekerja di pameran atau event lain yang membutuhkan jasa sales promotion girl.
"Baik.. Kamu sendiri bagaimana? Sendiri aja?" tanyanya kepadaku
"Iya ni.. Lagi nganggur.. Lo lagi buru- buru atau sibuk ga? Kalau ga, sini yuk.. temenin gue ngopi.. Kangen gue sama lu" ujarku menawari dia menemaniku.
"Ngga.. Ini abis pulang setelah dapet serabutan sist.. Ya udah gue temenin ngopi, gue free juga hari ini.." ujarnya menerima ajakanku dan duduk disampingku.
"Kerja serabutan apa sist? Ada pameran kecil di deket sini?" tanyaku padanya berbasa- basi.
"Biasa.. 'Open BO' sist " ujarnya berbisik setelah sebelumnya mendekatkan bibirnya ke dekat kupingku.
"Masih lu dapat 'side job' selain spg itu?' tanyaku kepadanya penasaran sembari menghitung pengeluaran dan pemasukanku di aplikasi yang bisa menghitung pembukuan secara otomatis untuk bulananku.
"Masih lah.. Kalau ga gue mau hidup pake apa sist.. Ya itung- itung buat beli susu anak gue" ujar Tina kepadaku.
Tina ini memang single parent, dia hamil diluar nikah akibat hubungan bebas dengan pacarnya. Walau usianya lebih tua 2 atau 3 tahun dariku, namun diusianya sekarang ia sudah mempunyai seorang anak perempuan usia 3 tahun.
"Masih minum susu si Tania sist? Udah lama ga main ke apartemen lu, uda sebesar apa dia sekarang?" tanyaku padanya.
"Masih lah.. Kan masih balita. Ini fotonya" ujar Tina menjawab pertanyaanku sembari menunjukan gambar anaknya di galeri foto samsung s note terbarunya.
"Wah makin cantik dan gemuk ya.. Lucu banget" ujarku saat melihat Tania, anak Tina, yang gemuk dan sehat serta imut dan cantik.
"Iya dong.. Anak siapa dulu dong" ujar Tina membanggakan dirinya.
"By the way sist.. Lu sekali terima tawaran 'side job' berapa?" tanyaku penasaran.
"Tumben lu tanya.. Waktu itu lu gue tawarin pas klien ngajak main bertiga dan gue cari partner lu nolak.. Kok sekarang tiba- tiba nanya?" ujarnya kepadaku.
"Iseng aja sist, buat topik ngobrol sembari ngopi" ujarku kepadanya mengungkapkan alasanku bertanya walau sebenarnya aku jadi kepikiran juga untuk mencoba terjun di 'area' yang sama seperti Tina selama belum dapet tempat kerja baru.
"Ooo.. Ya kalau gue si tarifnya 750 sist buat short time.. Walau ada yang kasi tarif sampe 4 juta atau lebih.. Gue mah sadar diri lah.. Daripada ga ada yang mau" ujarnya menjawab.
"Sebulan minimal dapet berapa dari "side job" lu sist?" tanyaku lagi.
"Yaa.. Kalau lagi banyak bisa lah 15 jutaan Sist.. Tapi kalo lagi sepi bisa ga ada penghasilan sama sekali sist.. Makanya gue juga tetep ambil job spg sama Jadi pelayan kafe" ujar Tina menjelaskan.
"Ga takut kena STD sist?" ujarku menanyakan reaksi Tina mengenai Sexual Transmitted Disease atau penyakit menular seksual.
"Ya mau gimana lagi Sist.. Demi bertahan hidup sist.. Kalau gue wajib pake caps.. Kalau mau ga pake caps harus bayar 5 juta, tapi itupun harus crot diluar.." kata Tina menjawab pertanyaanku.
"5 juta? Ada yang mau bayar segitu?"
"Ada.. Walau rata- rata mundur.. Udah 2x gue bulan kemarin dibayar lima juta karena minta no caps. Bahkan ada yang pernah bayar gue 7 juta tapi threesome, gue ajak temen sesama spg waktu itu.. Leni.. Tau kan? Kita masing- masing dikasi 7 juta.. Dan masalah STD.. Gue beberapa bulan sekali kan sering minta suntik sama bidan kenalan gue.. Jadi aman.. Eh iya.. Lu kan perawat ya.. Bisa lah gue gratisan disuntik?"
"Iiiihh.. Minta gratisan.. Hahaha.. Boleh lah sekali- kali.. Tapi gue boleh lah diajak threesome.. Seru juga tu main bertiga sama orang asing.."
"Lu mau maen threesome?" ujarnya ga nyangka aku berkata begitu.
"Ya hitung- hitung cari tantangan hidup.. Udah gitu dapet bayaran lagi.. Asal gue ga lagi dinas oke- oke aja. Tapi pake caps ya.. Kalau ga pake caps, cek lab hiv, hepatitis sama cek STD baru gue mau" ujarku merinci syaratnya.
"Gila ya.. Keren banget lu.. Pengen 'begituan' karena urusan cari tantangan.. Tapi kebetulan.. Ada klien yang pagi dm ke gue buat main threesome.. Gue ragu mau nerima atau ga.. Karena belum dapet teman main.. Cuma dia maunya ga pake caps" ujarnya menawarkanku tawaran 'open booking'.
"Wah kalo no caps males gue 5juta.." ujarku agak menolak.
"Kata sapa 5 juta. Dia nawar 30 juta berdua, tapi long time.. Buat besok sore di hotel Prambanan Jakarta.."
"15 juta 6 jam? Jadi 2.5 juta sejam ya Tin.. Hmmm.. Lumayan ya.. Tapi wajib periksa laboratorium itu ya.. Dan harus periksa di laboratorium Prokowe dan hasilnya oke baru gue mau. Tawarin aja gitu.. Ga mau gue dapet duit tapi penyakitan seumur hidup" ujarku memberi syarat.
"Ok.. Coba gue tanya ya.. Kalo mau, lu mau?" tanyanya memastikan lagi apakah aku main- main atau serius.
"Ya asal syaratnya terpenuhi" ujarku.
Tina membuka sosmednya lalu menuliskan permintaanku, setelah sekitar beberapa menit dia mendapat jawaban dari calon kliennya itu.
"Dia setuju kalau cocok sama muka lu Vit.. Gimana?" tanya Tina sembari memberi tahuku persyaratan dari kliennya.
"Wah.. Asal dia mau naekin jadi 50 juta boleh gue kasi foto gue tapi gue sensor daerah mata sama mulut.. Kalau deal dan dp masuk 20% baru kasi foto selfie tanpa editan.. Gituin Tin.." ujarku menambah syarat baru.
"Wah calon ga jadi ni.. Tapi cobalah gue tanya.."
Setelah hampir 3 menit mengirim pesan permintaanku, Tina menyampaikan jawabannya "Katanya bole aja asal muka lo sesuai dengan selera dia.. Mana foto lo Vit yg uda lu edit"
"Bentar.. Ini gue kirim ya" ujarku sembari mencari fotoku yang uda aku edit sebelumnya, sehingga mata dan bibirku tertutupi dengan kotak hitam seperti gambar- gambar foto di daftar pencarian orang ala-ala film koboi zaman dahulu, lalu mengirim ke whatsapp Tina.
"Oke.. Uda gue kirim ya.." ujarnya menyampaikan lagi bahwa dia sudah menforward fotoku ke calon klien dia.
"Anjiirrrr.. Sakti lo vit.. Mau dia!!! 25 juta cuy calon dapet" ujar Tina kaget setelah semenit kemudian kliennya menyatakan setuju membayar pelayanan 50 juta untuk threesome.
"Hahaha.. Gue gitu loh.. By the way.. Lu mau minum apa? Ga haus lu?" ujarku menawarkan Tina minum.
"Ga usahlah.. Gue ga suka kopi.. Lain kali aja traktir ditempat lain yang lebih bonafit" tolaknya kepadaku.
"Oke.. Lain kali gue traktir ya.."
"Eh iya Vit.. Gue cabs dulu ya.. Gue baru inget kalau kakak sepupu gue yang gue titipin si Tania ada urusan siang ini.. Tar ngambek lagi dia"
"Oh ok.. By the way. Kalau uang dp¹ sama labnya uda dikirim sama klien lo, gue kabarin ya"
"Siap bos.. Oke lah.. Gue cabs dulu.. Bye" ujarnya sambil berdiri hendak meninggalkanku.
"Bye bestie.." ujarnya beranjak dari kursi tempat ia duduk dan pergi meninggalkanku
¹dp = down payment atau uang muka.