Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 31 - Selingan Nikmat dengan Wahyu

Chapter 31 - Selingan Nikmat dengan Wahyu

Pintu kamar Wahyu yang saat itu agak terbuka hingga seperempat bagian membuat suara aktifitas penghuni didalam bisa terdengar jelas. Karena sayup-sayup namaku, walau hanya nama samaranku yang disebut, membuatku menjadi penasaran dan ingin mengintip apa yang terjadi didalam kamar Wahyu.

Saat aku mengintip dari balik pintu, dan seperti dugaanku, Wahyu sedang memuaskan libidonya sendiri, merancap menggunakan tangan kirinya sembari melihat video porno di smartphone yang dipegang dengan tangan kanannya sembari mengerang menyebut namaku membayangkan sedang berhubungan intim denganku. Sebenarnya didalam kamarnya tidak ada ranjang dan hanya untuk menaruh baju kotor, maka sepertinya dia memindahkan sofa panjang yang bisa diseting sebagai sofa bed dan menaruh di sisi tembok kiri. Karena kepalanya bersandar sisi samping sofa yang dekat dengan tembok dimana pintu berada, dan pintu kamarnya membuka ke arah luar membuat layar ponselnya mengarah ke arah luar pintu sehingga aku bisa dengan jelas melihat apa yang dia tonton.

Aku perhatikan badan wahyu cukup atletis, apalagi saat ini ia telanjang bulat tanpa mengenakan apa-apa di badannya. Aku yang merasa belum puas kalau liang peranakanku belum di gesek rudal lawan mainku walau mendapat klimaks melalui rangsangan oral menjadi mendapat ide untuk memberikan Wahyu 'hadiah kecil' dariku. Aku segera berjalan mengendap- ngendap menuju meja ruang tamu tempat aku menaruh tasku dan mengambil sekotak kondom yang biasa aku bawa yakni sagami ecxtreme original 0.01, lalu berjalan mengendap- endap untuk memasuki kamar Wahyu.

Aku menggeser pelan sekali pintu kamar Wahyu, yang tidak disadari Wahyu karena ia sedang menutup matanya, mungkin karena fokus membayangkan wajahku, sembari meracap sembari menyebut namaku. Aku sudah memutuskan untuk memberi 'hadiah kecil' tak terlupakan dengan mengabulkan lamunan mesumnya menjadi kenyataan.

Dia yang masih tidak sadar aku sudah berada didepannya karena ia menutup matanya membayangkan aku bersetubuh dengannya. Aku mulai melepas tali ikatan jubah handuk putih dan menjatuhkan jubah handukku itu ke lantai dan berjalan mendekati dirinya secara perlahan agar ia tidak sadar kehadiranku yang sudah sama-sama telanjang bulat sepertinya.

Rudalnya cukup besar, dengan panjang sekitar 15 cm, saat aku berada disampingnya dengan posisi berlutut aku melihat celah dimana aku bisa beraksi, karena saat ini dia sedang memainkan kedua bola kembarnya dan membiarkan rudalnya berdiri tegak.

'Sluerrrp..' suara bibirku mulai mengemut tongkat keperkasaan Wahyu secara tiba- tiba dan dengan gerakan cepat tanpa sempat Wahyu menyadari kehadiranku.

"Eunggh.. Aaakhhh.. LIDYA!!!.. Hmmmmm" teriaknya agak kaget dan panik saat membuka mata yang langsung dengan segera ku sumpel mulutnya dengan tangan kiriku secepat kilat agar ia tidak menimbulkan suara tanpa melepas hisapan mulutku kepada rudal besarnya.

Dia yang sudah nafsu dan sadar bahwa ini kesempatan langka yang mirip skenario- skenario di film porno mulai menenangkan dirinya menjilati tanganku.

"Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Enaakkk Sayangku Lydia.. Aaahhh!! Mimpi apa Aku!! Aaaaaaaaahhhhh!! Ketimpa 'Durian Runtuh'!! Aaaaahhhh!! Khayalanku jadi nyata!! Aaakkkkhhh!!" ujarnya mulai mendesar walau agak berbisik karena takut terdengar oleh bosnya, pak Satria, kalau ia sedang asyik masyuk dengan pelacur yang disewa oleh bosnya itu dibelakang dirinya.

""Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Pak bos ga kamu layani??!! Aaahhh!! Kok kamu malah nyepong aku??!! Aaaaaaaaahhhhh!! Enakkkk!! Aaakkkkhhh!!" tanyanya kepadaku karena kuatir ketahuan apa yang kami lakukan tapi disisi lain ia juga menginginkan dan menikmati layanan mulutku.

"Wagi.. Bowbo..bwos lu.. Apwekk.. Abwis Kewual" ujarku menjawab pertanyaan yang dia lontarkan tanpa berhenti dengan kegiatanku.

""Aaaahhhh.. Aaahhhh.. Iya sayang.. Aaahh.. Aaaahhh.. Haaahh.. Haaahhh.. Haaahh.. Makasi banyak mau mewujudkan khayalanku.. Haaahh.. Haaah.. jadi nyata.. Haaahh.. Haaahh.."

Aku terus menyepong rudal besarnya yang dua kali lipat lebih besar dan panjang daripada bosnya. Ga kerasa sudah 10 menit lebih aku memberinya kenikmatan oral namun tidak terlihat ada tanda- tanda kalau Wahyu akan ejakulasi. Apalagi aku tingkat libidoku sudah maksimal, jadi aku ingin lanjut ke 'menu utama'

"Kok berhenti sayang?" Protesnya saat aku melepas tongkat keperjakaannya dari mulutku dan berdiri tiba- tiba padahal Wahyu sedang asyik menikmati lembutnya bibirku.

"Bentar sayang.. Tutup dan kunci pintu dulu.. Memekku udah basah banget aku pengen menikmati kontolmu, jadi biar ga kedengaran berisik desahakan dan erangan kita, aku tutup dulu pintunya." ujarku menjelaskan mengapa aku berhenti memberinya layanan oral sembari mengunci pintu kamar dari dalam.

"Ok.. Kamu ada kondom?" tanyanya kepadaku.

"Itu aku udah bawa di lantai" ujarku sembari mengunci kamar.

"Ok.." ujarnya sembari merobek satu sachet kondom yang dia ambil dari dalam kotak kondom sagami yang tergeletak dilantai lalu menyarungkan kelaminnya dengan sarung pengaman setelah ia mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk.

"Mau posisi kamu memangkuku dari belakang?" tanyaku menawarkan posisi itu saat melihat ia duduk sembari memakai kondom yang aku bawa.

"Boleh.. Apa aja asal bisa meraih surga kenikmatan bersama bidadari bersama mu" ujarnya sembari mengeluarkan kata- kata gombal.

"Iih.. Gombal deh.." ujarku sembari memposisikan diriku untuk menduduki tongkat keperkasaannya dengan posisi dia memangkuku.

"Eunggh.. Sssh.. Aaakh.." ujar kami bersamaan saat kelaminnya mulai amblas menembus liangku yang hangat, nikmat dan sudah sangat basah.

Aku mulai menggoyangkan pinggulku memompa naik turun menjepit rudal perang Wahyu dengan irama yang sesuai dengan nafsu birahi kami. Kami berdua hanyut dalam kenikmatan surga dunia, seiring waktu peluh mulai bercucuran dari tubuh kami berdua, walau ruangan yang kami pakai untuk meraih kenikmatan asmara sudah dingin dengan suhu mencapai 18 derajat celcius karena pendingin ruangan yang menyala.

Peluh nikmat kami yang akhirnya disertai erangan dan desahan bersahut-sahutan tak peduli apakah suara kami akan terdengar hingga keluar kamar dan pergumulan rahasia kami ketahuan oleh atasan Wahyu dikamarnya.

"Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Gellliiii!! Aaahhh!! Aku Keluarrrr!! Aaaaaaaaahhhhh!! Keluarrr!! Aaakkkkhhh!!" ujarku yang menyemprotkan cairan squirt hingga membasahi seluruh selangkangan Wahyu setelah hampir 15 menit memompa diatas Wahyu.

"Enak sayang.. Ganti posisi yuk.. Aku ingin menyetubuhi kamu sembari berciuman denganmu." pintanya kepadaku untuk berubah posisi pergumulan kami.

"Oke"

Aku berbaring dilantai, setelah melapisi lantai dengan jubah mandiku alas kami akan bersetubuh di lantai. Wahyu menyusulku dilantai lalu dia merangkak ke atas tubuhku,dan perlahan- lahan mengarahkan batang dengan kepala seperti jamur besar milikny mendekati bibir liang kemaluanku.

Bleshh!! Tanpa menunggu lama, dengan sekali hentakan batang kekar milik Wahyu sudah amblas ke dalam liang peranakanku. Sekali lagi kami berdua kembali terhanyut dalam kenikmatan surga dunia, lenguhan, erangan dan desahan nikmat kami dalam permainan asmara saling bersahut- sahutan hingga setelah hampir 15 menit Wahyu mememompa batangnya keluar masuk liang kenikmatanku, aku merasa hampir mencapai klimaks.

""Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Gellliiii!! Aaahhh!! Aku mau Keluarrrr!! Aaaaaaaaahhhhh!! Mau Keluarrr!! Cepetin Sayang Entotanmu!! Kita Keluar Bareng" pintaku kepada Wahyu untuk mempercepat irama pompaannya mengumuliku.

""Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Ok Lydia!! Aaahhh!!Aaaaaaaaahhhhh!! ujarnya mempercepat pompaannya.

"Aaaahhhh.. Aaahhhh.. Aku keluar.. Aku keluar.. Aaahh.. Aaaahhh.. Haaahh.. Haaahhh.. Haaahh.. Enak sayang.. Memekmu paling terbaik.. Haaahh.. Aku keluar banyak banget.. Haaahh.. Haaahh.." teriak Wahyu memyemprotkan cairan spermanya 5x bertepatan dengan aku memuncratkan cairan ejakulasiku.

"Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Gellliiii!! Aaahhh!! Aku juga Keluarrrr!! Aaaaaaaaahhhhh!! Keluarrr!! Aaakkkkhhh!!" ujarku bergelinjang bergetar menikmati klimaksku bersamaan dengan klimaksnya Wahyu.

Aku berpelukan dengan wahyu saling bertukar liur dan hisapan serta sedotan lidah berciuman dengan mesra setelah sama- sama mendapat kepuasan dalam pergumulan kami di atas lantai.

"Enak sayang? Suka?" tanyaku kepada Wahyu.

"Makasih sayang.. Aku ga nyangka khayalanku membayangkan ngentot sama kamu malah jadi kenyataan" ujarnya sembari membelai rambutku.

"Aku balik ke kamar bosmu dulu ya.. Semoga kamu ga penasaran lagi rasa dari tubuhku" ujarku sembari mengecup bibirnya dan bangun dari posisi berbaringku dilantai dan mengenakan kembali jubah mandiku yang aku pakai sebagai alas saat kami bersetubuh di lantai.

Saat aku keluar dari kamar Wahyu, di sofa ruang tengah presidential suite, terlihat Tina duduk bersilang pahanya dengan menggunakan jubah mandi putih yang sama sepertiku sembari tersenyum kepadaku dan berkata "Enak ga sist kontolnya Wahyu?"