Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 32 - Ketahuan oleh Tina

Chapter 32 - Ketahuan oleh Tina

"Hah? Maksudnya?" ujarku pura- pura bingung dengan pertanyaan yang diberikan olehnya.

"Hahaha.. Santai sis.. Relax.. Ga usah panik.. Si Oom ga denger kok.. Cuma gue sama kalian berdua yang tahu" ujarnya tertawa sembari memberi kode kalau dia tahu apa yang baru saja aku lakukan dengan Wahyu.

"Kok lu bisa tau Tin? Kedengaran sampai kamar?" tanyaku setelah duduk disampingnya sembari mengambil gelas berisi anggur merah yang masih penuh.

"Ngga.. Ga kedengeran kok desah kalian berdua.. Kalau gue ga nguping dengan menempelkan kuping gue ke pintu kamar si ganteng gue juga ga bakal tau.. Dan saat gue nguping barulah gue denger desahan persetubuhan lu dengan Wahyu." ujar Tina kepadaku

"Kepo banget si lu sampai nguping?" ujarku dengan muka santai.

"Bukan kepo.. Gue uda teriak- teriak manggil nama lu, tapi lu ga ada respon. Tadinya gue mau ngetuk kamar Wahyu, karena siapa tahu, lu pamit ke luar sama dia ke luar, tapi firasat gue menyuruh gue untuk menguping karena sepertinya ada sesuatu yang mengganjal di kamar Wahyu.. Dan bener aja.. Gue sayup- sayup dengar desahan enak lu dan Wahyu.. Untung gue ga jadi ngetuk kamar, kalau keburu ngetuk bisa- bisa lu bakal benci dan marah sama gue karena anggap gue ganggu lu asyik masyuk.. Hahahaha.." ujar Tina.

"Lu teriak nyariin gue? Wah gue ma Wahyu ga denger.. Berarti tebel banget ya tembok kamar di predential suite hotel ini.. Baguslah.. By the way.. Lu laper ga? Pesen makan yuk.."

"Tenang bestie.. Gue tau lu pasti laper, apalagi lu abis buang energi banyak.. Jadi gue uda pesenin lu spaghetti Aglio Olio dan milk shake coklat buat lu dan nasi serta sup iga ala Prambanan buat gue dari 15 menit lalu"

"Makasi ya Nit.." ujarku pada Tina sembari memeluknya

"That's what friends are for Sist.." ujarnya menyambut pelukanku dan kami saling berpelukan hangat.

"Sekarang jam berapa ya?"

"Baru jam 8 malam si.. Masi 4jam lagi kita mesti melayani si Oom Satrio"

"Jam 8 pantes gue laper.. By the way ga apa- apa tu si Oom ditinggal sendiri begitu?" ujarku kepada Tina yang meninggalkan pak Satrio tidur sendiri di kamar.

"Ga apa-apa lah.. Beda sama pas doi crot untuk yang pertama kali, abis crot dia minta di pijet.. Tadi kan doi ga minta.. Jadi ga apa- apa lah."

"Ya baguslah kalau ga apa- apa"

"Sist.. Enak ga pelayanan si ajudan ganteng? Kok lu bisa maen sama dia? Dia godain lu ya pas lu tadi keluar kamar?" tanya Tina penasaran terkait persetubuhanku dengan Wahyu.

"Eheeemmmm!!" suara Wahyu mengagetkan kami berdua.

"Eh mas ganteng" ujar Tina dengan canggung saat sadar Wahyu sudah dibelakang kita dan sepertinya mendengar kalau aku dan Tina berdua sedang akan membicarakan tentang dia.

"Daripada penasaran mending coba aja sendiri" ujar Wahyu setelah dia duduk di samping kiri Tina lebih dahulu.

Tina yang sekarang duduk diapit antara aku dan Wahyu pun muncul genitnya. Dia merangkul tubuh Wahyu lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Wahyu sepertinya hendak berbisik sesuatu kepada Wahyu.

"Ayo.. Siapa takut? Pertanyaan berikutnya bisa ga kamu memuaskan aku?" ucap Tina menantang Wahyu tanpa berbisik sehingga aku bisa mendengarnya.

Wahyu menjawab dengan langsung mencium bibir Tina, tanpa menunggu waktu lama lidah mereka saling berpagutan, dan tangan kiri Wahyu masuk ke celah atas jubah Tina untuk meremas- remas penuh nafsu kedua payudaranya.

Tingtong.. Tingtong.. Suara bel dari luar kamar membuat Tina dan Wahyu berhenti berciuman.

"Shit!! Siapa si yang ganggu gue lagi enak!" ujar Wahyu dengan kesal lalu jalan ke pintu depan dan membukakan pintu depan untuk melihat siapa yang memencet bel.

"Selamat malam tuan, ini saya membawakan makanan yang dipesan oleh kamar ini. Mau ditaruh dimana?" tanya suara dari luar kamar yang sepertinya dari petugas layanan makan dikamar yang dipesan Tina.

"Taruh di meja makan aja mas.. Sebentar ya saya ke dalam dulu" ujar suara Wahyu yang beberapa saat kemudian sudah dibelakang kami yang masih duduk di sofa tengah.

"Kalian ada yang pesan makan?" tanyanya kepada kami.

"Gue yang pesen." ujar Tina.

"Oke gue ambil dompet dulu buat bayar" ujar Wahyu yang hendak membayarkan makanan kami.

"Eh.. Ga usah repot- repot mas Ganteng" ujar Tina.

"Ga apa- apa anggap aja gue pengen traktir kalian karena temen lu uda kasi gue hadiah tak terlupakan barusan" ujar Wahyu sembari tersenyum.

"Tau gitu gue pesen yang lebih mahal" bisiknya kepadaku yang disambut dengan ketawa cekikikan ku atas responnya.

‐-------

Setelah puas menikmati makanan lezat yang disajikan oleh layanan makan dikamar, aku yang kekenyangan memutuskan untuk beristirahat di kamar tidur utama, lumayan pikirku baru jam setengah 9, masih ada setengah hingga sejam sebelum pak Satrio selesai istirahat.

Aku meninggalkan Tina dan Wahyu yang sepertinya hendak melanjutkan urusan mereka yang sempat terganggu akibat makanan yang dipesan Tina datang. Dan daripada aku jadi kambing congek¹ yang bikin suasana canggung untuk mereka melanjutkan urusan mereka, ada baiknya aku kembali ke kamar, toh aku bisa beristirahat di kursi sofa 'single seater' panjang yang biasa dipakai tamu yang ingin menikmati acara televisi sembari meluruskan kaki berselonjor diatas sofa panjang itu.

¹Kambing congek sering diasosiasikan dengan situasi di mana kita berada di antara teman dan pasangan (atau calon pasangan) dan merasa tidak nyaman.

Aku memindah- mindahkan saluran televisi untuk mencari acara yang menarik, namun tidak ada yang menarik, akhirnya aku menonton acara dokumenter tentang binatang melata di saluran tv manca negara yang khusus menyiarkan tentang dunia Flora dan Fauna. Namun mungkin karena aku kekenyangan ditambah acara televisi yang membosankan akhirnya aku ketiduran dengan sendirinya.

‐-------

Slurrrrpppp.. Sluurrrpp.. Sluurrrp.. Aku terbangun karena merasa sesuatu yang basah dan geli menggelitiki kue apemku. Rupanya pak Satrio sedang menjulurkan lidahnya dan menjilati kemaluanku dari bawah. Pak Satrio terlihat sangat bernafsu saat menghisap kemaluanku.

"Eunggh.. Sssh.. Aaakh.." aku mulai mendesah dan mengerang seiring kenikmatan yang makin menjadi-jadi akibat permainan lidah pak Satrio kepada kue apemku.

"Enak sayang jilatan oom??" tanya pak Satrio lalu melanjutkan menjilati dan menyedot serta menciumi bibir kemaluanku dengan ganasnya.

Libidoku yang makin tinggi, membuat jebol juga pertahananku dari lumatan lidah pak Satrio. Aku merasakan sensasi ingin kencing dan geli yang sangat luar biasa yang aku tahu bahwa itu menandakan klimaksku sudah mulai dekat.

"Aaaahhhh!! Aaahhhh!! Gellliiii!! Aaahhh!! Aku Keluarrrr!! Aaaaaaaaahhhhh!! Keluarrr!! Aaakkkkhhh!!" desahku sembari memuncratkan cairan ejakulasiku ke mulut pak Satrio yang langsung merespon dengan meneguk dan menghisap habis cairan ejakulasiku hingga tidak bersisa.

"Hmmmm... Lezat cairanmu sayang.. Bikin oom jadi nafsu banget.. Ready untuk round 2 sayang?" tanyanya sembari mengarahkan burung mungilnya ke arah kue apemku.