Rabu siang jam 1 aku duduk didepan ruang direktur utama, dr Charles Tiluata, SpAn KAKV, aku memegang map pengunduran diriku, aku berpikir daripada aku dipecat lebih baik aku mengundurkan diri, karena lebih terhormat bila aku mengundurkan diri dari pekerjaan daripada aku tidak diperpanjang kontrak. Apalagi dari telepon Anton tadi pagi, dia mendapat kabar bahwa saat ini yang mendaftar menjadi perawat hanya aku padahal lowongan kerjanya yang dibutuhkan adalah 3 perawat, 2 perawat untuk menempati 2 perawat yang tidak bekerja lagi di sana dan 1 perawat untuk pemenuhan kebutuhan perawat bedah sesuai permintaan kepala perawat Instalasi Bedah Sentral sejak 3 bulan lalu.
Dari penjelasan seketaris direktur utama, mbak Gita, aku diminta menunggu karena direktur sedang rapat dengan beberapa dokter di ruang rapat khusus yang berada diruangan persis disamping aku duduk sekarang. Setelah aku menunggu hampir 1 jam lamanya, akhirnya pintu ruang rapat khusus, yang biasa dipakai untuk direktur utama mengadakan pertemuan baik rapat atau sekedar menemui tamu yang jumlahnya lebih dari 2 orang, terbuka. Muncullah sosok pria tinggi, dengan aura gagah, berwajah tampan serta menawan, dengan rambut disisir kebelakang sepertinya memakai wax sehingga rapih namun tidak klimis dan lebih natural dengan senyum dibibir yang selalu mengembang dan mempesona. Sejujurnya aku baru kali ini aku bertemu laki-laki yang mempunyai senyuman seindah dan penuh pesona seperti dirinya, dan wajahnya yang tampan membuatku terbuai dan diam terpana.
"Hallo cantik.. Sedang menunggu pak Charles ya? Mohon dimaafkan, ya anda harus menunggu lama karena pembicaraan kami dengan pak Charles, tapi Insya Allah sebentar lagi beliau keluar karena acara dengan kami sudah selesai" ujarnya yang sebenarnya tidak perlu minta maaf padaku namun itu menunjukan kalau pria tampan ini selain peka juga sangat ramah dan lembut hatinya.
Aku yang jujur merasa suka pada pandangan pertama karena auranya luar biasa dengan pria yang sepertinya seorang dokter karena jas putih yang dikenakannya diluar baju scrub warna hitam langsung reflek mengulurkan tangan untuk mengajaknya berkenalan "Iya tidak apa- apa dok, dokter baru ya disini? Saya baru pertama kali bertemu dokter. Perkenalkan nama saya Vita.."
Dokter tampan itu memberi senyum mengembangnya lagi lalu menyambut jabatan tanganku dengan genggaman penuh ketegasan, aura berwibawa keras namun tidak kasar dan tidak menyakiti tanganku.
"Oh kamu Vita yang katanya perawat paling cantik disini ya.." pujinya kepadaku yang membuat pipiku merah merona "kenalkan saya Dr Eros Kariadi. Senang berkenalan denganmu"
Hah.. Siapa dia bilang? Eros? Si brengsek Eros musuhnya sugar daddyku? Kok aku malah kegatelan memperkenalkan diriku, Eros yang pastinya membuatku gagal menjadi perawat tetap di Tunggal Hospital. Aku langsung syok karena kegalauan hati ku yang saat ini mengalami pertentangan batin yang luar biasa, disisi lain aku benci dan kesal mendengar namanya namun disisi satu lain dia adalah sosok pria yang menjadi idaman dan sesuai kriteriaku selama ini.
"Vita.." tegurnya lembut "Kok malah melamun? Tangan saya mau dipegang sampai kapan? ujarnya karena rupanya aku memegang tangannya hingga 2 menit lamanya.
"Ehh.. Maaf dok.." ujarku melepaskan jabatan tanganku dengannya.
"Hahaha.. Kamu lucu dan unik juga ya" ia ketawa dengan tingkahku namun aku seperti merasa ia tidak ada maksud meledek atau menghinaku, kenapa nama yang aku paling benci saat ini dimiliki pria yang selama ini aku impikan secara fisik dan auranya.
"Ya sudah.. Saya permisi dulu ya.. Saya masih ada operasi diibs.. Assalamualaikum Vita" ujarnya sebelum meninggalkanku.
Aku terus memperhatikan dirinya sampai ia hilang dari pandanganku. Setelah itu beberapa menit kemudian muncul beberapa dokter dari dalam, mereka keluar hampir bebarengan. Salah satu dokter yang keluar adalah sugar daddyku, dr Ardi Julius Liem, SpB, KBV, yang asik berbincang sembari berbincang dengan ketua komite medik, dr Gilbert Panjaitan. Sekilas aku melihat Ardi melirikku dengan tajam dengan aura yang seperti ingin membunuh saat kami bertemu pandang, namun itu hanya sebentar dan ia kembali berdiskusi dengan dr Gilbert, dengan mimik muka serius dan mengabaikan aku perempuan simpanannya yang berdiri didepan pintu ruang rapat khusus yang dilaluinya.
Setelah semua dokter keluar, terakhir munculah dr Carles, yang aku memang tunggu sejak tadi untuk menghadap sesuai perintah dari seketarisnya selumbari lalu melalui whatsapp.
"Oh.. ibu Vita.. Mari.. mari.. silahkan masuk kedalam.. Gita.. Tolong bikinkan teh buat saya dan bu Vita.." ujar pak direktur mempersilahkan aku masuk ke ruang kerjanya sembari meminta seketarisnya, bu Gita, yang duduk di meja yang berada di samping pintu ruang kerjanya.
"Baik pak.. Saya bikinkan" ujar Gita sembari bergegas membuatkan teh sesuai permintaan pak Charles.
"Silahkan duduk bu" ujar pak Charles setelah kami berada di dalam ruangan kerjanya.
"Terimakasih pak dokter" ujarku lalu duduk dikursi yang disediakan bersamaan dengan dr Charles yang juga duduk di kursi direktur utama dengan didepan posisi aku duduk.
"Maaf ya anda menunggu lama. Jadi barusan saya rapat dengan dr Gilbert sebagai kepala komite Medik, dr Ardi sebagai kepala IGD dan operator pasien yang bu Vita ikut merawat, dr Budi sebagai kepala instalasi, dr Toni sebagai kepala smf Bedah, dr Eros sebagai dokter yang harusnya menjadi dpjp sesuai dengan surat rujukan dan dr William sebagai direktur pelayanan medis. Intinya kami membahas masalah pasien yang meninggal, juga membahas terkait masalah tuntutan keluarga pasien kepada rumah sakit dan masalah kontrak bu Vita yang sebentar lagi sudah selasai dan bagaimana kelanjutannya apakah masih kita butuhkan atau tidak" ujar pak Charles menjelaskan terkait apa yang baru saja dibicarakan di rapat yang baru selesai.
"Ini pak tehnya" ujar bu Gita yang masuk dan menyajikan teh untukku dan pak Charles.
"Terimakasih Gita" ujar pak Charles.
"Terimakasih bu" ujarku kepada bu Gita.
"Sama- sama" ujarnya yang setelah itu meninggalkan ruangan direktur.
"Silahkan diminum dulu bu" ujar dr Charles mempersilahkan aku meminum hidangan teh yang baru disajikan.
"Baik. Terimakasih dok." ujarku lalu meneguk teh yang disajikan.
"Baik.. Kita teruskan ya pembicaraan yang sempat terpotong. Sampai mana ya tadi?"
"Maaf dok.. Kalau saya boleh memotong, saya menyadari kesalahan saya, dan selumbari saya sudah mengajukan lamaran di rs lain karena yakin bahwa kontrak saya sebagai perawat tidak akan diperpanjang. Dan setelah saya mendapat kepastian bahwa saya diterima saya memutuskan untuk resign dari rs Tunggal Hospital, dan ini surat pengunduran saya dok" ujarku sembari menyodorkan map yang berisi surat pengunduran diriku.
"Oh gitu? Iya itu hak anda, walau sejujurnya direksi belum memutuskan terkait kontrak saudari. Meskipun dari rapat barusan di ruangan rapat khusus antara kami bertujuh, hanya saya sebagai direktur dan satu dokter yang tidak setuju anda diputuskan kontraknya. Namun karena anda sudah mengajukan pengunduran diri, saya sebagai calon mantan atasan anda di Tunggal Hospital mengucapkan semoga sukses di tempat baru yang akan saudari tempati." ujar pak Charles menanggapi pengunduran diriku.
"Izin dok.. Kalau saya boleh tanya, dokter yang membela saya selain bapak apakah itu dr Ardi?" tanyaku yang yakin bahwa Ardi, sugar daddyku, yang membela aku agar tetap bekerja disini.
"Sayangnya bukan. Dr Ardi malah yang paling keras menuntut agar anda dipecat segera dan secepatnya sejak senin, bahkan dia mendesak saya sejak selumbari agar langsung melakukan pemutusan kontrak kerja sepihak dengan anda, namun karena ada peraturan pemberian surat peringatan 1 sampai 3 sebelum kami bisa melakukan pemutusan kontrak kerja akhirnya sejak selumbari saya mengundang 6 dokter yang tadi bu Vita ketemu di depan untuk membicarakan masalah anda selain juga membicarakan masalah tuntutan pasien, dan di rapat mayoritas dokter berpendapat karena kontrak anda sebenarnya sudah akan berakhir jadi 4 dokter lain menyarankan tidak usah memperpanjang kontrak bu Vita daripada memecat anda." menjawab pertanyaanku.
"Maaf dok, jadi siapa dr yang membela saya ya?" tanyaku karena penasaran siapa yang membelaku
"Dokter Eros Kariadi" ujar dr Charles menjawab pertanyaanku yang langsung membuat aku kaget luar biasa karena aku berpikir bahwa dr Eros yang secara nalarku pasti adalah dokter yang paling menginginkan aku dipecat, namun kenyataannya malah sebaliknya, ialah yang membelaku, benar- benar pria yang sempurna dalam segala aspek. Bahkan gadunku sendiri yang paling keras dan tegas memintaku agar dikeluarkan dari rs Tunggal Hospital.
Mendengar penjelasan pak Direktur aku menyadari bahwa sejak selumbari Ardi telah memblokir no telepon di smartphonenya sehingga aku tidak pernah bisa menghubunginya lagi, ini berarti secara tidak langsung aku dianggap sudah tidak ada hubungan dengannya dan dia berusaha melakukan ghosting¹ padaku. Dan kedua kebencianku kepada Eros sirna seketika, karena rupanya biang dari masalah ini bahkan sejak awal adalah Ardi, dan aku langsung berjanji pada diriku bahwa aku akan membuat rencana perhitungan dengannya dan membalas dendam hingga tuntas atas semua kejahatan dia kepadaku.
"Baiklah ada lagi yang mau ditanyakan bu Vita?"
"Tidak ada pak"
"Oke karena sudah clear masalah bu Vita dimana keputusannya dari bu Vita yang secara inisiatif dan tanpa paksaan ibu dengan kesadaran penuh memilih resign dari kami, kami dengan terpaksa menerima permintaan ibu untuk resign karena itu adalah hak pribadi ibu. Karena masalah ini sudah selesai, dan karena sudah tidak ada urusan lain disini, apabila tidak ada sesuatu lagi yang ingin ibu sampaikan, ibu boleh meninggalkan ruangan saya. Silahkan" ujar pak Charles memintaku meninggalkan ruangannya.
"Baik terimakasih pak. Permisi" ujarku meninggalkan ruangan direktur.
‐-------
Dengan ini berakhir sudah episode hidupku sebagai perawat di Tunggal Hospital, dan saatnya aku memulai lembaran baru di tempat lain.
¹Ghosting adalah istilah untuk menggambarkan pemutusan komunikasi sepenuhnya kepada pasangan, pacar, atau teman, tanpa memberitahukan alasan di balik sikap tersebut.