Airmataku mulai menetes lagi.. Aku menangis karena aku tahu sebentar lagi aku akan menghadapi musibah besar akibat ketololanku. Hanya kebesaran Tuhan saja yang bisa menolongku sepertinya, tapi aku sadar aku tidak pernah mendekatkan diri kepadanya. Jangankan ke rumah Tuhan, berdoa menyebut namanya saja aku tidak pernah, bahkan aku sudah lama sekali mengingat namanya..
Tapi aku harus tabah.. Aku harus siap menghadapi masalah ini. Apalagi Ardi adalah sugar daddyku, pasti ia akan membantuku menyelesaikan masalah ini. Apalagi aku melakukan ini karena ingin membantunya mengalahkan si Eros itu.
"Oke.. Saya rasa cukup ini yang mau saya sampaikan.. Kamu kembali ke igd ya.. Namun siap- siap aja kalau kamu dipanggil direksi dan ketua komite keperawatan. Saran saya.. Coba mulai melamar ditempat lain buat jaga- jaga. Silahkan meninggalkan ruangan saya. Terimakasih" ucapan pak Anto membangunkan aku dari lamunanku.
"Baik pak. Permisi" ujarku yang masih meneteskan airmata bangun dari tempat dudukku lalu berlalu meninggalkan ruangan pak Anto.
Didepan ruang pak Anto sembari masi tetap menangis aku segera menghubungi sugar daddyku. Namun beberapa kali aku hubungi selalu operator yang menjawab dengan kata- kata 'nomor yang anda tuju sedang sibuk cobalah beberapa saat lagi'. Mungkin karena sedang ada telepon penting, aku mencoba 'positif thinking'. Nanti setelah aku selesai dinas aku akan hubungi pacar gelapku itu lagi.
‐-------
"Vit.. Kamu pulang aja ya.. Biar saya yang backup pos bedah" ujar mas Agus kepadaku saat aku sampai di pos perawat bedah IGD.
"Lho kenapa saya disuruh pulang mas? Kan masi belum selesai jam jadwal dinas saya?" tanyaku bingung.
"Tadi Sapta pesan, agar kamu istirahat saja dirumah, kamu kan dari awal bilang lagi sakit.. Sapta kasihan sama kamu" ujar mas Agus menjelaskan alasannya kenapa menyuruh aku pulang walau aku tahu dia berbohong.
"Ya sudah mas. Terimakasih. Aku pamit dulu ke bang Sapta" ujarku kepada mas Agus.
"Sapta lagi dipanggil bu Andini, Vit.. Ada rapat terkait pelayanan. Kemungkinan sampai malam. Tadi Sapta juga pesan kalau Vita pulang aja, ga usah pamit ke dia, karena kata bu Andini tadi, rapatnya akan sampai malam" ujar mas Agus kepadaku yang sekali lagi aku tahu sedang berbohong, karena mas Agus tipe orang yang selalu jujur dan kalau terpaksa berbohong mata selalu tidak mau menatap ke lawan bicara dan dari kedua telapak tangannya akan keluar banyak keringat, hampir semua pegawai rumah sakit tahu ciri-ciri mas Agus saat mengatakan sesuatu kebohongan.
"Ya udah mas.. Vita ganti baju dahulu lalu izin langsung pulang" ujarku kepada mas Agus.
"Oke.. Hati- hati di jalan dan bawa positif aja ya Vit, semua pasti ada jalannya" ujar Sapta keceplosan memberi nasehat, yang membuatku langsung yakin kalau dia dan seluruh personil shift jaga sore tahu apa yang terjadi dengan pasien rujukan yang aku terima di awal shiftku.
"Iya makasih mas atas nasehat mas Agus.. Makasih uda baik selama Vita kerja disini" ujarku menahan nangis yang membuat mas Agus terdiam berkaca- kaca menatapku.
‐-------
'Brakkkk!!' aku membanting dengan keras saat menutup pintu jazz jinggaku karena bercampur sedih dan kesal. Sedih karena sepertinya apa yang aku raih hancur karena kesalahanku hari ini, kesal kenapa aku begitu bodoh dan tanpa pertimbangan panjang melakukan kebodohan yang seharusnya tidak aku lakukan.
Aku menangis terisak-isak di dalam jazz jinggaku, aku meratapi kebodohanku dan kenapa aku begitu sial begini. Perasaanku campur aduk antara sedih, stress, marah, takut karena kejadian hari ini. Aku merasa semua ini salah dr Eros, kalau saja ia tidak masuk ke rs Tunggal Hospital, aku pasti tidak akan mendapat masalah begini.
Apalagi aku belum sempat ditawari kontrak kerja sebagai pegawai tetap yang biasanya akan disodorkan apabila perawat berstatus honorer sudah bekerja lebih dari 6 bulan, ditambah masa orientasi selama 1 bulan diawal penerimaan. Sedangkan aku sendiri baru menjadi pegawai selama total 6 bulan lebih 2 minggu atau bisa dibilang baru menjalani kontrak 5 bulan 2 minggu sebagai perawat honorer di Tunggal hospital.
Seharusnya minggu depan perawat seperti aku yang sudah hampir menyelesaikan kontrak awal selama 6 bulan dan pegawai honorer yang dianggap layak akan mulai ditawari oleh bagian SDM untuk menandatangi perjanjian kerja sebagai pegawai tetap atau dalam posisiku sebagai perawat tetap dan mempunyai masa dinas 5 tahun.
Namun dengan masalah kejadian sentinel yang menyebabkan pasien bernama Setia Karo Sekali meninggal dan baru saja terjadi hari ini, kemungkinan besar aku dianggap tidak layak untuk dinaikan statusnya sebagai pegawai tetap dan tidak mungkin mendapatkan kontrak kerja baru selama 5 tahun dan tunjangan kerja yang lumayan selain gaji pokok yang lebih tinggi dibanding perawat honorer.
‐-------
Aku menghisap dalam- dalam rokok mentholku menghangatkan dadaku yang terasa sesak akibat masalah pasien yang baru beberapa jam berlalu di atas kursi depan balkon apartemenku. Aku beberapa kali mencoba menelepon sugar daddyku namun selalu dijawab operator telepon dengan kata- kata yang sama seperti tadi sore yaitu 'nomor yang anda tuju sedang sibuk cobalah beberapa saat lagi'.
Aku sudah lelah mencoba menghubunginya berkali- kali, padahal sugardaddyku adalah kepala IGD Tunggal Hospital, seharusnya aku aman dari masalah begini kalau ia mau bersuara dan membelaku, namun ia seperti hilang ditelan bumi setelah masalah ini muncul, padahal aku sendiri melakukan ini semua untuk dirinya.
Terdengar suara notifikasi pesan masuk di smartphoneku, aku membuka pesan yang berasal dari Tiur Asisten bu Andini di komite keperawatan, isinya pdf undangan untuk menghadiri rapat pembahasan tata kelola perawatan terkait kematian Tuan Setia Karo Sekali yang akan diadakan jam 7 pagi hingga jam 12 siang, bertepatan shiftku dinasku yang kebetulan shift dinas pagi yang berlangsung dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Itu berarti aku tidak diinginkan untuk menjalankan tugasku sebagai perawat shift pagi. Saat aku hendak menaruh smartphoneku di meja kecil balkon, masuk notifikasi pesan dari seketaris direktur yang memintaku menghadap ke ruang direktur utama lusa jam satu siang.
Aku menghela nafas, aku tahu gaya direksi rs Tunggal Hospital apabila hendak mengeluarkan seseorang dokter atau perawat. Pertama mereka akan membuat rapat namun sebenarnya hanya sidang tanpa bisa memberi pembelaan. Lalu beberapa hari kemudian,biasanya seminggu setelah 'sidang' pihak yang bersalah akan dipanggil oleh direktur utama untuk diberikan surat pemberhentian. Namun, undangan 'sidang' serta panggilan untuk menghadap direktur aku dapatkan hanya selang beberapa menit dan waktunya hanya beda sehari, logika dan firasatku menyatakan kalau aku sudah pasti 100% dipecat.
Satu notifikasi pesan muncul lagi, sekarang dari kak Sapta. [Vit.. Ada pesan dari bu Andini, besok shiftmu ditukar dengan Cinthia, jadi besok kamu libur ya. Selamat berlibur]. Membaca pesan itu, aku makin yakin kalau aku sudah akan diberhentikan. Sepertinya episode aku bekerja di rs Tunggal Hospital telah berakhir, saatnya aku bersiap untuk memulai episode baru dalam hidupku sebagai seorang perawat pengangguran.