" Kedua.. Kesalahanmu adalah tidak melapor ke dokter yang di rujuk. Ini sangat tidak etis dan tidak dibenarkan. Kenapa melakukan itu? Kenapa kamu tidak lapor dr Eros, malah melempar pasien ini ke dr Ardi?" tanya pak Anto dengan muka serius.
Aku sudah tahu kalau pak Anto akan menanyakan masalah ini, namun terkait masalah itu aku sudah membuat alibi, sehingga aku tidak takut menjelaskan kepada pak Anto terkait persoalan memberikan pasien yang seharusnya milik dokter Eros akan tetapi secara sepihak malah aku memberikan pasien ke sugar daddyku, dr Ardi.
"Jadi begini pak.. Saya tahu saya salah.. Namun kenapa saya memberikan pasien itu ke dr Ardi, karena dr Ardi kan Bedah Vaskuler, sejenis dengan gelar dr Eros, selain itu awalnya aku hendak melapor ke dokter Eros terkait pasien yang dikirim untuk dirawat beliau, akan tetapi karena dr Eros masih baru, dan selama aku dinas aku belum pernah ketemu beliau, aku tidak tahu no telepon beliau, jadi aku lapor ke dr Ardi" ujarku menjelaskan alibiku yang sudah kususun sejak awal.
"Nah.. Tapi itu masalahnya.. Apa yang dr Ardi bisa kerjakan memang dr Eros juga bisa kerjakan. Tapi apa yang dr Eros bisa kerjakan tidak semua dr Ardi bisa kerjakan. Apalagi masalah ini terkait jantungnya yang ada impending tamponade bahkan sudah tamponade saat akan dikerjakan oleh dr Ardi untuk pasang cdl. Dan selain itu, pasien ini adalah adik dari Komandannya dokter Eros. Sehingga dr Eros sering komunikasi dengan kakaknya pasien ini. Dan setelah pasien masuk instalasi bedah sentral sekitar sejam, kakak dari pasien ditelepon oleh istri pasien yang memberi persetujuan.. Setelah tahu adiknya langsung segera ditangani, Komandannya dr Eros merasa dr Eros luar biasa perhatian dan cekatan dan langsung meneleponnya untuk berterimakasih. Namun dr Eros yang merasa belum ketemu dengan pasien menjadi bingung, dan mengatakan dengan jujur kalau dia belum bertemu pasien. Mendengar dr Eros bilang kalau ia belum ketemu pasien, pak Kolonel Habibie Karo Sekali, kakak pasien menjadi kaget dan mengkonfirmasi ke iparnya siapa yang sedang melakukan tindakan operasi kepada adiknya. Mengetahui dokter yang melakukan tindakan tidak sesuai dengan tujuan rujukan, pak Kolonel menelepon direktur kita yang rupanya adik kelasnya saat sma, dan melakukan komplain terkait masalah ini. Jadi kamu sekarang tau kan sebesar apa kesalahan kamu Vita?" ujar pak Anto menjelaskan padaku panjang lebar mengenai hasil reaksi dari aksi nekadku itu sekaligus menanyakan apakah aku sudah sadar masalah yang aku timbulkan sangat besar.
Aku menjadi syok mendengar penjelasan apa yang terjadi.. Mukaku pucat, keringatku bercucuran dengan derasnya dan terasa nafasku begitu berat. Aku tidak menyangka ide ku yang punya maksud untuk membahagiakan gadunku malah akan mencelakakan aku dan gadunku itu.
"Pak Dirut menelepon saya sebagai kepala ruangan ibs dan pak dokter Budi Jatmiko, SpBS sebagai kepala instalasi bedah sentral terkait hal itu, dan mempertanyakan kenapa bisa terjadi rujukan pasien yang ditujukan untuk dr Eros namun di rs yang menerima dr Ardi. Nah disinilah kesalahan ke tiga kamu, karena kamu melaporkan pasien ini ke dr Ardi tapi tidak bilang ke beliau kalau pasien ini sebenarnya dirujuk dr rs tingkat 4 kesdam untuk dr Eros, seperti yang beliau bilang saat dr Budi Jatmiko mengkorfirmasi ke dr Ardi kenapa dia mau menerima pasien yang seharusnya milik dr Eros. Bahkan dr Ardi mengeluarkan pernyataan andaikan kamu memberitahukan padanya kalau ini pasien dr Eros, maka ia akan serta merta menolaknya karena tidak etis. Jadi kesalahan ketiga kamu adalah menjerumuskan dr Ardi melakukan tindakan yang tidak etis. Dan ini membuat besok kamu harus menghadap ke ibu Andini yang merupakan ketua komite keperawatan. Jadi siap- siap saja kamu menerima undangan resmi dari beliau ya Vita.. Dan terkait masalah ini saya benar- benar tidak bisa membantu apa- apa." ujar pak Anto panjang lebar menjabarkan masalah yang terjadi.
"Iya pak.. " jawabku dengan suara lemah lesu tidak berdaya menyadari aku harus bertemu ibu Andini yang terkenal tegas dan tangan dingin dalam memberi hukuman dan sanksi apabila ada perawat yang melakukan kesalahan dan melakukan perawatan tidak sesuai standar yang diterapkan oleh rumah sakit dan sesuai panduan keperawatan nasional.
"Tapi masalah belum selesai sampai disitu.. Ada masalah yang lebih serius yang kamu sebabkan dari kesalahan pertama kamu mengenai operan yang tidak lengkap.." ujar pak Anto dan tiba- tiba berhenti bercerita lalu menghela nafas panjang.
"Apa pak??" tanyaku kwatir dan merasa firasat tidak enak.
"Kamu pernah dengar efusi perikard Vita?" tanya pak Anto menjawab pertanyaanku.
"Kurang begitu pak.." ujarku jujur.
"Bapak sudah duga.. Kalau kamu tidak tahu penyakit gagal ginjal, lalu definisi ckd kamu tau?" tanya pak Anto lagi.
"Gagal ginjal pak.." ujarku menjawab pertanyaan pak Anto.
"Itu bahasa indonesianya.. Berapa glomelural filtration rate (GFR) untuk gagal ginjal stadium 5 Vit?" tanya pak Anto kembali.
"Dibawah 15 pak.." ujarku cepat.
"Pintar.. Lalu berapa kreatinin pasien ini? Berapa GFR pasien ini? Kamu lihat tidak di kertas rujukan?" tanya pak Anto.
Deg.. Aku baru sadar kalau aku tidak lihat dengan detail hasil laboratorium yang dicantumkan di kertas rujukan..
"Saya lupa pak" ujarku berbohong.
"Lupa atau tidak tahu? Ya sudah, saya kasih tau ya.. GFR pasien ini 92, kreatininnya 1.3.. Memang kemarin sempat kreatinin 2,3 pasien ini tapi, pagi ini sebelum dikirim ke rs kita, pasien ini kreatininnya 1.3, dan selumbari kreatinin pasien ini 0.8. Menurut kamu lebih tepat CKD atau Acute Kidney Injury (AKI) Vita?" ujar pak Anto dengan sabar.
"AKI pak.." ujarku dan semakin stres, karena AKI tidak seharusnya dipasang cdl untuk cuci darah rutin.
"Nah.. Ini jadi masuk kejadian tidak diharapkan atau KTD ya kan? Belum selesai sampai disitu Vita.." ujar pak Anto sebentar lalu kembali terdiam melihat reaksi dariku terlebih dahulu.
"Ini pada akhirnya bukan sekedar KTD, melainkan kejadian sentinel. Kamu tahu kenapa?"
Hah.. Sentinel? Kan sentinel itu KTD yang bikin cedera serius atau bahkan kematian.. Tanyaku dalam hati.. Ada apa ya dengan pasien ini? Aku merasakan firasat tidak enak terkait pasien ini.
"Kok diam? Ya sudah saya cerita kejadian di kamar operasi ya. Saat dr Ardi memasang cdl, terjadi perdarahan yang tidak berhenti- henti, apalagi ambang rasa nyeri pasien ini rendah, dan akibatnya meronta- ronta sehingga tensinya menjadi tinggi, dan karena terus bergerak saat pendarahannya ditekan keras oleh dr Ardi, menyebabkan sulit bagi dokter Ardi dan perawat untuk melakukan penekanan luka. Akhirnya dr Ardi memutuskan untuk minta perawat sirkuler* supaya memasukan vitamin K dan asam traneksamat masing- masing 1 ampul yang rupanya pasien mempunyai alergi kepada 2 obat itu. Akhirnya terjadi syok anafilatik dan akhirnya henti nafas walau sudah langsung disuntik adrenalin untuk terapi syok anafilaktiknya. Jadi, akhirnya karena kesalahan pertamamu jadilah kejadian sentinel." ujar pak Anto menyelesaikan ceritanya.