Chapter 19 - Diperawani

"Gimana sayang? Mau ya aku analin? Aku nafsu banget ni.. Masa kamu tega mau bikin aku 'KenTang' (Kena Tanggung)" Bujuk Syahrul kepadaku mengenai idenya untuk main lewat 'pintu belakang' kepadaku.

"Tapi.." Aku tidak meneruskan omonganku, karena jujur aku takut karena ini pertama kalinya aku akan di sodomi

Saat dulu aku diperawani juga aku merasakan sakit sekali, walau setelah keperawananku hilang adiksiku kepada hubungan intim menjadi sangat tinggi, namun aku takut mengalami hal itu lagi. Walau disisi lain aku juga ingin merasakan 'torpedonya' Syahrul bersarang di tubuhku lagi, karena ini adalah kelamin terbesar dan terenak yang pernah kurasakan selama aku terjun didunia 'perlendiran'.

"Tapi apa??" tanya Syahrul penasaran dengan pernyataanku yang terputus itu.

"Tapi aku masih perawan.." Ujarku jujur kepada Syahrul mengatakan alasan kegalauanku.

"Kamu masih perawan??! Oke.. Aku ga akan memaksamu, walau aku sudah beli pelumas untuk berjaga- jaga, tapi aku menghormatimu kalau kamu ngga mau. Jadi, kamu bener ga mau mencoba sensasi baru ini?" tanyanya kepadaku, walau kata-katanya ambigu antara tidak memaksa tapi tetapi tetap menanyakan ulang, namun itu sudah menunjukan Syahrul mempunyai sifat 'gentleman'.

"Aku masih takut.. Mungkin nanti kalau aku berubah pikiran atau lain waktu saat aku merasa sudah siap aku akan setuju" ujarku akhirnya memutuskan untuk menolak pengalaman perdana diperawani 'pintu belakang'-ku oleh Syahrul.

"Ok.. No problem.. Jadi, kita mau meneruskan gimana? Cause I really really horny right now.. Mulut atas? Atau mulut bawah? Tapi no handjob ya sayang.. Aku bisa sendiri kalau itu. Jadi, apa pilihanmu?" tanyanya memberi pilihan untuk melanjutkan permainan mesum kami.

Harus aku akui, stamina Syahrul sangat luar biasa bagus. Walau dia sudah mengalami klimaks satu kali namun dia tetap tidak kelihatan letih sedikitpun. Dia benar- benar pria idaman untuk tipe perempuan yang hiperseks seperti aku.

"Ya udah.. Aku sepong aja ya yang.. Tar kalo uda ada stamina baru kita lanjut di miss V punyaku." ujar ku mengalah kepadanya walau badan masih letih karena 'gempuran' nafsu dari Syahrul yang sangat dahsyat.

Aku membuka mulutku mencoba memasukan seluruh kelamin Syahrul kemulutku namun hanya masuk sepertiganya saja. Sluuurrrp.. Sluurrrpp.. Sluuuuurrrrp.. Sluurrrppp.. sedotan rakusku ke kemaluan Syahrul. Aku menjilat, menghisap dan menyedot dengan buas sembari mengocok ujung batang kenikmatannya yang tak terjangkau mulutku dengan bantuan tanganku serta kadang- kadang diselingin menjilati sekitaran 'sunhole' dan dua buah zakarnya dengan permainan lidahku. Terlihat Syahrul menikmatinya, tapi tidak menunjukan tanda- tanda akan klimaks. "Eunggh.. Sssh.. Aaakh.." desahnya menikmati permainan mulutku.

15 menit sudah aku bermain dengan 'adeknya' Syahrul namun walau sudah pegal mulutku tetap saja belum terlihat tanda- tanda bahwa Syahrul akan ejakulasi. 15 menit melakukan olahraga mulut membuat nafsuku serta birahiku maksimal lagi, dan energiku sudah mulai pulih kembali siap untuk ronde selanjutnya. Aku ingin menjepit dan 'memijat' kelaminnya lagi didalam kelaminku, namun masih terasa perih di kelaminku, perih ini persis sama rasanya seperti saat perih setelah pertama kali aku melakukan hubungan intim. Walau entah sudah berapa banyak dan berapa tahun aku melakukan hubungan suami istri dengan banyak laki- laki, dan tidak pernah aku merasakan perih seperti itu lagi hingga kali ini setelah aku 'bermain' dengan Syahrul rasa nyeri dikelamin itu muncul lagi.

Sepertinya ini terjadi karena besar dan panjangnya keperkasaan Syahrul yang membuat kelaminku yang seharusnya sudah termasuk longgar akibat berbagai jenis kelamin dari berbagai laki- laki pernah bersarang di liang peranakanku menjadi terasa sempit dan ketat lagi.

Dengan tinggi badan yang semampai sekitar 185 senti, dan berat badan sekitar dengan badan kekar dengan massa otot 'kering', dada bidang, perut six-pack dengan berat badan sekitar 80 cm, membuat Syahrul mempunyai badan yang sangat ideal yakni berotot tapi bukan 'besar' seperti binaraga. Jelas pemandangan indah ini membuat nafsu birahiku mudah naik, bahkan dibandingkan Didin pacarku yang seorang perwira polisi, badan Syahrul mendominasi. Walau badan Didin sendiri juga berbentuk, dengan badan bidang, otot badannya sudah terbentuk karena sering latihan fisik, tetapi tetap kalah bagus bila dibandingkan dengan Syahrul apalagi dengan tinggi Didin yang hanya 172 senti.

"Mulutku pegel.. Kamu masi belum mau 'keluar' juga?" tanyaku pada Syahrul yang belum menunjukan tanda- tanda akan ejakulasi.

"Belum sayang.. Terus gimana dong? Kentang banget ni gue.. Lu kayanya uda segeran Vit.. Apa ngentotin memek legit lu lagi?" tawar Syahrul ingin 'golok'-nya dicelup ke dalam 'sarung pedangku'.

"Aku juga pengen sayang.. Tapi masi sakit.. Kamu si kuat banget.. Aku aja sampai 'kebobolan' 6 kali dari kamu.. Uda keluar sekali kamu masi kuat aja.. Apa sih rahasia kamu kuat begini sayang?" jawabku mengatakan sejujurnya bahwa kelaminku masih perih bekas kena gempuran 'torpedo' besanya di ronde pertama tadi sembari menanyakan apa rahasia dia punya stamina tanpa kenal lelah begini untuk 'olahraga ranjang'.

"Mungkin karena kamu nafsuin banget dan cantik banget kaya bidadari ya makanya aku jadi 'strong' dan ga pengen udahan ngentotin" ujarnya menjawab pertanyaanku dengan mengutarakan kalimat gombal kepadaku.

"Iiih kamu.. Bisa aja" ujarku memerah pipiku, harus aku akui walau baru kenal, Syahrul sudah terasa punya 'reaksi kimia' yang besar denganku dalam menjalin hubungan 'cinta satu malam', mungkin karena kami sama- sama mesum dan suka 'olahraga ranjang' sehingga kami menjadi lebih mudah 'klik' satu dengan lainnya.

"Jadi gimana? Mulutmu udah pegel.. Mau lewat mana say? Lewat dubur aja yuk? Aku kasi banyak pelumas deh biar ga sakit" tawar Syahrul lagi mengajakku meneruskan permainan birahi kami lewat 'pintu belakang'-ku.

"Ya udah deh.. Tapi pelan- pelan ya.. Jujur aku takut sakit banget.. Pas dulu selaput daraku robek pertama kali aja sakitnya sampai berhari- hari, kalau duburku ini dicolok bisa- bisa aku ga bisa buang air besar berhari- hari karena sakit sayang.. Apa kamu ga kasihan sama aku mesti kesakitan dan ga bisa buang air besar berhari- hari?" ujarku menerima ajakannya walau sekaligus agak menolaknya dengan pertanyaan untuk mengetahui tingkat simpati dia terhadap penderitaan yang mungkin aku rasakan kedepannya.

"Hahaha.. Ya kasihan lah.. Tapi itu semua terserah kamu, kalau kamu mau dan ngizinin aku sodomi kamu ya aku senang banget siapa tau aku bisa segera 'keluar' tapi kalau nggak ngizinin ya ga apa- apa juga.. Aku ga mau maksa kok.." tawa Syahrul sembari menyerahkan kembali keputusan itu ditanganku.

Aku terdiam merenung berpikif hampir 5 menit lamanya terkait apakah aku siap untuk disodomi atau tidak. Di satu pihak aku tidak mau merasakan sakit di duburku dan aku ga mau terkena dampak kesehatan terkait hubungan intim lewat 'pintu belakang'. Sebagai perawat aku tentu tahu perhubungan intim lewat dubur akan membuat dubur jadi luka, setelah luka akan menjadi pintu masuk berbagai komplikasi seperti infeksi dan bahkan yang terparah kanker ganas di saluran buang air besar.

Dilain pihak, aku sudah nafsu sekali, dan rasa penasaran yang tinggi bagaimana rasanya di'masukin' lewat 'pintu belakang'. Akhirnya didasari rasa nafsu serta penasaran yang terlalu hebat akhirnya aku berkata "Iya deh.. Aku pengen tau rasanya.. Tapi pakai banyak pelumas ya.."

"Ok.. Aku ambil dulu" ujar Syarul sembari membuka laci nakas samping kiri kasur untuk mengambil pelumas yang sudah dia siapin.

Dia mengoleskan banyak pelumas di 'torpedonya' dan memasukan pelumas ke dubur dengan cara mengoleskan ke kelingking dan melakukan colok dubur, serta mengoleskan ke lubang dubur paling terluar. Setelah itu aku membelakanginya dan memposisikan kedua kaki melebar ke samping serta telapakku berpijak ke lantai, lalu Syahrul msmbantu memposisikan tubuhku condong kedepan sehingga sekarang posisiku seperti membungkuk sembilan puluh derajat. Setelah aku dalam posisi 'doggy style', Syahrul mulai mengarahkan 'goloknya' ke '

pintu belakangku' secara perlahan.

"Aaaahhh.. Sakiiit!! Sakiiit.. Udaaah.. Udaaaah.. Jangan dipaksain lagiii... Udaaaahh.. Sakit yang.. Udaaahh aku bataaalll mauuuu dianaaaalll!!! Udaaaaaah!!" Aku menjerit jerit kesakitan saat kepala alat kelamin Syahrul mulai menembus perlahan analku hingga.. Bleessss.. Kepala dan sebagai leher kelamin Ardi sudah berada didalam 'pintu belakangku' setelah hampir 8 menit Syahrul perlahan- lahan memasukan..

Syahrul mendiamkan kepala 'tongkat perseneling'nya 'bersarang' di dalam duburku, setalah teriakanku mulai mereda ia baru menggoyang kelaminnya..

"Aaaahhhh.. Aaahhhh.. YAaahhhhh.. Sssh.. Aaakh.. boolmu enak sayang.. Aaaahhhh.. Aaahhhhh.. Sempit banget dan ngejepit banget ke kontol gue.. Oooooaaaaaahhh!! Aku ga tahan!! Aku ga tahaaaaannn!!! Aku keluar!! Aku keluarrrr!!!Aaahhhh!!! Aaaahhhh!! Aku keluar!! Haaah!! Haaah!!"desah dan teriak Syahrul kenikmatan setelah 'menggempur' duburku selama hampir 10 menit.

Ga butuh waktu lama buat Syahrul ejakulasi didalam duburku karena lubang duburku lebih sempit dan jepitannya masi keras banget akibat masih perawan. Namun aku sendiri tidak merasakan kenikmatan sama sekali, entah memang sodomi tidak enak atau karena ini baru pertama kali.

Syahrul langsung merebahkan badan di atas kasur, dia tampak puas sekali karena telah mencoba semua lubang ditubuhku kecuali lubang telinga dan lubang hidung. Aku pun ikut berbaring disampingnya. Kami berpelukan dengan perasaan lelah dan letih akibat 'permainan asmara' yang baru saja selesai kami lakukan.