"Halloooo.. Sayaaaang.. Ada pasien mau pasang cdl ni.. Aslinya dirujuk buat BTKV tapi mending kamu pasang aja, toh daripada hasilnya jelek.. Iya ga?" ujarku di telepon setelah Ardi mengangkat teleponnya.
"Ok sayang.. Aku baru selesai cimino*. Langsung bawa ke atas aja ke atas.. Tapi pasang di paha ya.. USGnya lagi error" jawab Ardi memintaku mendorong pasiennya ke lantai 4, ke instalasi bedah sentral.
Cimino adalah operasi penyambungan pembuluh nadi dan pembuluh nadi di pergelangan tangan untuk akses cuci darah.
"Ok siap.. Berarti aku tulis juga ya dikertas konsul acc pasang cdl ya" jawabku.
"Betul.. Segera aja urus- urus surat izin tindakannya. Abis itu dorong ke lantai 4. Aku tunggu ya" seru Ardi memberitahu bahwa dia siap 'standby' untuk melakukan operasi pemasangan cdl.
"Ok.. 90 menit lagi aku bawa ya.." jawabku.
"Ok. Ku tunggu. Bye.." ujar Ardi menutup pembicaraan kami lalu mematikan hubungan telepon kami via whatsapp call.
Aku segera mendatangi dokter Beni untuk minta menjelaskan, mengedukasi dan menginformasikan kepada pasien bernama bapak Setia mengenai rencana pemasangan akses cuci darah via catheter double lumen.
"Dok.. Yang pasien rujukan, tuan Setia Karo Sekali , dari dokter Ardi disuruh melakukan kie (komunikasi, informasi dan edukasi) mengenai pemasangan cdl cito" ujarku menyampaikan kata-kata dari dokter Ardi, 'sugar daddyku', untuk persiapan operasi.
"Lho.. Ini pasien kan kiriman buat dr Eros, kok jadi dokter Ardi yang operasi?" Tanya dr Beni kepadaku kebingungan.
"Iya dok, tadi dr Ardi bilang dia ditelpon dokter Eros, katanya diminta pasang cdl supaya cito HD" ujarku menyampaikan seakan-kata kata-kata itu berasal dari mulut dokter Ardi, 'sugar daddyku',walau sebenarnya adalah karanganku.
"Oh gitu.. Ya uda gue telpon dr dokter Eros dan dr Ardi deh" ujar dokter Beni kepadaku memberitahu apa yang akan dia lakukan setelah mendengar kabar yang aku sampaikan.
"Ga usah dok, tadi dr Ardi bilang di line telepon igd, kalo dia diberitahu oleh dr. Eros yang kebetulan masih operasi di rs luar via asistennya kalau dia minta tolong diurus dulu terkait cdl, dan kebetulan dr Ardi juga udah mau cuci tangan untuk operasi karena pasiennya udah dibius dan dia minta satu setengah jam lagi pasien harus diantar paling lama ke IBS, karena dia paling lama 1 jam selesai operasi yang sedang beliau kerjakan." ujarku 'mengarang indah' kebohongan informasi yang seakan- akan bersumber dari dr Ardi namun kenyataannya tidak begitu.
"Oh begitu.. Baiklah.. Saya urus kie pasien sekarang juga, nanti setelah pasien setuju dan tanda tangan kamu langsung bantu antar sama orang pos ya ke ibs" ujar dr Benny kepadaku.
"Siap bos" ujarku kepadanya yang meninggalkanku dan segera mendatangi pasien untuk melakukan kie.
Dr Beni adalah dokter umum yang baru bekerja di rumah sakit tempatku bekerja, dia 'fresh graduate' yang baru selesai menjalani internship di NTB selama 1 tahun. Intership adalah proses pemantapan mutu profesi dokter untuk menerapkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan, secara terintegrasi, komprehensif, mandiri serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan untuk dokter yang baru lulus. Dia bisa langsung diterima walau belum ada pelatihan- pelatihan tambahan karena anak dari direktur sdm di rumah sakit, dr Ratnasari, SpAK, Mars.
Setelah setengah jam menunggu dr Beni melakukan kie, akhirnya dia menyelesaikan tugasnya dan mendatangiku di meja pos igd yang sedang menulis melengkapi status pasien Tuan Setia.
"Vit.. Beres ya.. Kamu ambil ini alat cdl yang aku resepin terus kalau semua administrasi sudah beres kamu dorong aja pasiennya ke ibs" ujar dr Beni memberi perintah.
"Siap beres dok" ujarku kepadanya.
Aku segera mengurus alat yang diresepkan oleh dr. Beni kepadaku. Setelah alat aku dapatkan dan administrasi igd beres, tepatnya sejam lewat seperempat setelah aku menelepon Ardi, pasien sudah siap aku antar ke ibs.
‐-------
"Kak Hera.. Operan ya.." ucapku ke perawat Hera , perawat kamar bedah, saat mengantar pasien ke IBS (instalasi bedah sentral) di ruang penerimaan pasien yang mau dioperasi.
"Iya Vit.. Pasien apa ini?" tanya kak Hera kepadaku sembari membuka status pasien di atas meja penerimaan.
"Pasien ckd kak.. Mau cdl oleh dr Dedi" ujarku kepada ka Hera.
"Surat persetujuan udah ya? lembar kie udah? site marking udah? alat cdlnya uda? tanya kak Hera bertubi- tubi semua kepadaku.
"Beres kak.. Dicek aja di status. Kalau alat cdl ini, ditanganku" ujarku menunjukan alat cdl yang ditanya.
"Kok ini dpjp dr Eros tapi yang tindakan dr Ardi?" tanya Kak Hera bingung.
"Mereka udah koordinasi satu sama lain kak" ujarku berbohong.
"Oh gitu. Oke. Kita cek tensi, nadi, frekuensi nafas dan saturasi semua ya. Bentar ya Vit" ujar Hera melakukan pemeriksaan tensi, nadi, frekuensi nafas dan saturasi ke pasien yang diterimanya itu.
Setelah menyelesaikan pemeriksaan, kak Hera dan aku menyelesaikan dokumen transfer pasien lalu aku izin pamit kembali ke igd.
‐-------
Tiga setengah jam setelah pasien itu aku antar ke instalasi bedah sentral, aku yang sedang duduk menulis laporan tiba- tiba di telepon oleh kepala ruangan IBS, Pak Anto via smartphone
"Pagi pak Anto, ada yang bisa Vita bantu?" tanyaku menjawab telepon dari pak Anto
"Vita!! Kamu dimana?!" Seru pak Anto dengan nada marah.
"Ddddiiiii.. Iii.. GGgg.. IGD pak.. Aa.. Aada apa?" Tanyaku agak gugup karena tahu pak Anto terkenal 'killer' dan tegas kepada bawahannya dan juniornya apalagi kalau junior ataupun bawahannya melakukan kesalahan.
"Kamu temui saya di IBS !!! Sekarang!!" ujar pak Anto tegas sembari menutup sambungan teleponnya denganku.
Mendengar perintah pak Anto untuk menemuinya aku segera bergegas ke bang Sapta, ketua tim perawat shift dinas IGDku pagi ini.
"Bang.. Aku izin ke atas ya.. Dipanggil ke atas untuk menghadap Pak Anto di ruangannya" ujarku meminta izin ke Bang Sapta.
"Aduuuuhhh Vitaaaaa.. Bikin masalah apa lagi kamu??" Tanya bang Sapta dengan muka gemes bercampur sebal, karena tahu kalau pak Anto manggil orang pasti ada masalah besar.
"Ga tahu bang.. Mungkin ada data di status yang aku lupa belum tulis." ujarku menduga alasan dibalik pemanggilanku menghadap Pak Anto.
"Haduuuuhh.. Vitaaaa! Hati- hati lah.. Kita udah mau akreditasi ulang. Jangan bikin kesalahan seperti ini.. Ya udah, sana menghadap, selesai menghadap kamu cepat kembali ke IGD. Jangan bawa- bawa namaku ya.. Aku kan sudah selalu ngingetin semua anggota tim kalau briefing sebelum operan dinas. Kamu saja yang selalu telat! Makanya jangan kelamaan dandan! Untung cantik kamu!" ujar Sapta memberikan izin kepadaku untuk menghadap pak Anto sekaligus sedikit menceramahiku.
"Iya bang.. Maaf.. Vita janji ga akan mengulangi lagi. Aku keatas ya bang." ujarku lalu segera berlari kecil ke ruangan pak Anto di lantai 4 melalui tangga darurat.