Pagi itu aku bangun disambut dengan nyeri di 'kemaluan' dan 'pintu belakang' sehingga aku berjalan harus agak ngangkang seperti orang baru selesai khitanan zaman dahulu. Setelah aku selesai buang air besar dan buang air kecil yang penuh siksaan di kamar mandi, aku keluar kamar mandi mencari Syahrul. Namun dia tidak ada dimana- mana, yang ada hanya sebuah amplop surat di kasur yang aku tiduri dengan tulisan di sisi depan 'to: Hot and Sexy Vita'.
Aku membuka amplop didalamnya ada selembar kertas cek bank swasta terbesar di Indonesia dengan nominal dua puluh juta rupiah dan selembar kertas dengan tulisan tangan Syahrul di atas kertas itu.
Dear My Beautifull angel Vita,
Tadi malam adalah kenangan yang sangat berkesan buatku.. Segala kegilaan dan kekacauan yang sangat indah yang ingin ku nikmati selamanya. Namun mungkin itu saja hanya dirasakan sepihak olehku saja. Tapi tidak apa- apa. Bisa memadu kasih walau hanya semalam dengan bidadari sepertimu saja sudah membuatku bahagia. Maaf aku tidak bisa pamit, tiada aku tega membangunkanmu dari lelapmu setelah lelah mencurahkan jiwa ragamu untuk menikmati surga dunia bersamaku. Apalagi ditambah wajah polosmu tanpa dosa saat terlelap, membuatku tiada tega merusaknya dengan menggangu tidurmu. Aku terpaksa meninggalkanmu karena harus menyelesaikan urusan pekerjaanku di Singapura siang ini di dunia nyata.. Walau bersamamu lebih menyenangkan karena berada didunia penuh impian dan fantasi sepeti tadi malam tidak seperti didunia nyataku yang keras dan penuh kekejaman. But show must go on.. Maaf aku meninggalkanmu.. Harap kamu mau menerima telepon atau membalas pesanku bila aku mengontakmu.
pengagummu,
Syahrul
NB: aku buru- buru ga sempat menyiapkan kamu makan, jadi aku meninggalkan cek sedikit uang jajan buat kamu breakfast.
Aku senyum- senyum sendiri membaca surat yang ditulis Syahrul, karena isi surat itu penuh gombal dan kata- kata puitis. Mungkin Syahrul termasuk tipe melankolis atau malah 'bucin'.. Aku sendiri belum pernah pacaran dengan laki- laki yang tipikal budak cinta atau 'bucin', kata teman- temanku kalau berhubungan dengan cowok bucin, enak banget apalagi kalau dia kaya raya, apa- apa diturutin, bener- bener dimanjain dan diikutin banget apapun keinginan kita sebagai pasangannya.
Tapi aku masih belum kenal pasti sifat Syahrul, lagipula aku sudah punya 2 pacar dan satu 'gadun' atau nama kerennya 'Sugar daddy'. Kalau emang sifatnya sebaik isi dompetnya bolehlah aku jadiin FWB atau 'friend with benefit' atau bahkan menggantikan posisi Anton yang aku pikir- pikir ga menghasilkan keuntungan apa- apa untukku.
Aku menyadari kalau sudah sendiri dan waktu sudah menunjukan pukul sembilan pagi, sehingga aku memutuskan untuk pergi breakfast. Aku memakai baju crop top pinkku, celana mini pants warna hitamku dan mantel panjang coklat muda pemberian Syahrul tanpa bra dan celana dalamku, lalu pergi breakfast ke executive club lounge.
Disana aku meminum wine sembari memakan waffle dan omelete berisi jamur dan onion ring. Setelah merasa kenyang aku kembali ke kamar, menikmati mandi air hangat lalu pulang kembali ke kostanku untuk berganti pakaian dinas keperawatanku karena hari ini aku dapat shift sore yang mulai kerja jam dua siang.
‐-------
Aku berangkat dengan jazz jinggaku, agak sulit buatku berkendara karena kemaluanku dan lubang 'bab' masih nyeri akibat 'pertempuran' semalam. Namun aku harus tetap 'jaga image' tidak mau kelihatan seperti 'wanita murahan' didepan kalangan orang rumah sakit. Sehingga aku minum obat analgetik yang dosis kuat untuk mengurangi nyeriku walau tetap masih sakit di daerah selangkanganku.
Setelah menjalani perjalanan penuh penderitaan selama satu jam, akhirnya aku sampai juga ke rumah sakitku. Aku segera berganti dengan seragam dinas di ruang ganti dengan terburu- buru karena waktu sudah menunjukan pukul 13.55.
Setelah aku selesai berganti baju aku segera ke meja pos perawat igd. Tampak bang Sapta, ketua tim IGD sore ini, Kak Diah, Bu Eni dan Mas Agus, Rita, mas Soleh, Bidan Dian dan Jumiati yang menjadi tim sore, sedang melakukan serah terima operan dengan tim dinas pagi yang terdiri dari Pak Gusti, Bu Susi, Anita, Bli Putu, Andi, Doni, Windi, Heni dan Bidan Sekar.
"Maaf abang dan mbak sekalian aku telat, tadi pagi aku jatuh kepleset di tangga, jadi daerah selangkangan hingga pantatku sakit." ujarku meminta maaf kepada mereka setelah berlari kecil menghampiri mereka dari ruang ganti.
"Ngga apa-apa Dek. Alhamdulillah ga ada sisaan pasien, kebetulan pasien masih sedikit dan sudah di transfer ke ruangan semua. Jadi kamu beruntung." ujar Pak Gusti kepala tim shift pagi.
"Jangan terlalu dibelain pak. Ini anak emang sering telat. Uda kedua kalinya dia telat pas bareng saya. Ini terakhir kalinya ya, awas kalau sampe tiga kali saya laporkan ke manajemen!" Tegas bang Sapta kepadaku memberiku peringatan karena sudah dua kali telat saat dinas bersamanya.
"Hahaha.. Namanya anak muda Sapta.. Lagian hanya telat 10 menit. Tapi besok lagi jangan diulangi lagi ya nak." bela pak Gusti terhadapku yang baru saja ditegur bang Sapta.
"Iya pak.. Kan cuma 10 menit, lagian saya kan datang 5 menit sebelum jam 2" ujarku membenarkan kata- kata pak Gusti.
"Ngawur kamu, standar operasional pelayanan operan itu mulai jam 13.50, kamu sudah telat 20 menit bukan telat 10 menit! Gimana kalau ada pasien gawat! Bisa keburu mati kamu telat datang kaya gini!" Seru bang Sapta memarahiku.
"Iya bang.. Maaf.. Vita janji ga gini lagi.. Bener deh.. Lagian kan ini alasannya karena Vita sempet cedera. Dan uda perbaikan lho Bang.. Waktu itu Vita lebih telat dari sekarang. Hampir 1 jam" ujarku mencoba berkelit.
"Ah alasan kamu.. Pokoknya sekali lagi tiada maaf buatmu. Kali ini kamu saya maafkan. Untung cantik kalau ngga, ga bakal gue maafin." ujar Bang Sapta memberi maaf sekaligus ancaman agar aku tidak telat lagi.
"Siap bos" ujarku sembari memberi sikap hormat.
"Ya udah.. Kamu pegang pasien bedah ya bersama Agus. Kalau ada kesulitan lapor saya" ujar bang Sapta kepadaku memberi perintah agar aku bertugas mengurus pasien bedah sore ini.
"Siap laksanakan abangku yang ganteng" ujarku sembari tersenyum kepadanya.
Aku dan mas Agus segera duduk di meja pos kami, setelah sampai sana mas Agus pamit ke aku mau ke bangsal rawat karena istrinya sedang di rawat karena demam berdarah dengue (DBD).
"Vit.. Mas ke Ruang lantai 5 dulu ya, istri mas dirawat. Kalau ada pasien mas ditelpon aja, nanti mas langsung meluncur kalau kamu telepon" ujarnya sembari jalan meninggalkanku.
‐-------
30 menit kemudian datang pasien yang rupanya rujukan dari rs di ujung kota, pasien harusnya dirujuk ke rumah sakit pusat namun karena sedang full bed dan perlu masuk intensive care unit (ICU) dan penanganan BTKV (Bedah Thoraks Kardiak dan Vaskular) akhirnya dirujuk kesini. Kebetulan dokter baru yang ga disukai 'sugar daddy'-ku adalah BTKV.
Setelah perawat dan dokter triase melakukan serah terima dengan perawat rumah sakit yang mengantarkan pasien rujukan, perawat bagian triase mendorong pasiennya ke ruang Bedah.
"Vit.. Operan ya.. Pasien baru dari Rumah Sakit Tingkat 4 Kesdam Cibinong. Pasien butuh ICU dan dokter spesialis Bedah vaskular atau BTKV. Pasien dengan perikardial efusi, gagal jantung, serangan stroke ringan yang sudah 'recovery total' kemarin, darah tinggi yang sudah terkontrol, nyeri jantung, dan nyeri dada tajam curiga diseksi namun pasien ini sempat masuk heparin sehari dan sempat rutin minum clopidogrel dan aspirin karena sakit jantungnya namun dihentikan kemarin setelah terduga diseksi aorta. Oh iya pasien ini alergi semua jenis seafood, vitamin K dan asam traneksamat ya Vit." ujar Rita yang bertugas menjaga triase.
"Ok Kak Rita.. Noted" ujarku.
"Ya udah lu hubungi ICU, dokter jaga IGD dan lengkapi data serta masukin obat rutin ya.. Semua uda gue tulis di lembar transfer antar ruangan, pasien gue lagi banyak didepan, ada 5 pasien bebarengan masuk tambah pasien ini enam, untung pasien ini dateng lebih awal 15 menit jadi udah beres gue cek tanda- tanda vital dan pengkajian awal keperawatan. Kalau lu ada bingung- bingung tanya gue aja ya.. Ok Vit?" Ujar Rita sembari berjalan menjauh dariku untuk kembali ke posnya di triase.
"Ok.. Beres kak" ujarku kepadanya.
Aku membaca resume medis dan juga catatan spdgt, dari diagnosisnya ditulis PE, CHF, TIA, Hipertensi emergency perbaikan, UAP terkontrol, dan nyeri dada tajam menetap dengan pemberian Morphin tidak berkurang suspek DAT stanford A debakey 1dan 'CKD' dengan diagnosis banding AKI pro Hemodialisa. Membaca diagnosis CKD pro HD atau bahasa awamnya gagal ginjal butuh cuci darah aku langsung teringat kalau perlu operasi akses cuci darah yang bisa dilakukan oleh Ardi, sugar daddy-ku, maupun dr BTKV.
*akses cuci darah adalah jalur yang memungkinkan darah diambil dari tubuh pasien dan langsung disalurkan ke mesin cuci darah*
Melihat tulisan 'CKD', aku segera menghubungi sugar daddy-ku agar dia segera bisa operasi akses cuci darah sebelum dilakukan dokter BTKV itu, walau di catatan spdgt sudah ditulis 'acc dpjp BTKV untuk menerima pasien untuk masuk ICU stabilisasi dan diworkup untuk diagnostik nyeri dada tajam yang menjalar ke leher'. Tapi karena aku adalah simpenan dr Ardi jelas aku pasti memusuhi si dokter BTKV itu dan ada di pihak Ardi, sehingga karena itulah aku menuliskan surat konsul sepihak atas nama dr igd yang kebetulan aku tau tanda tangannya untuk meminta dr Ardi pasang catheter double lumen dan meneleponnya.