Chapter 3 - Curhatan Ardi

"Hey you. Good morning sunshine.. I make you breakfast" Sapa Ardi membangunkanku sembari mencium bibirku.

"Hey.. Morning babe" jawabku sembari meregangkan badanku saat membuka mata terbangun karena ciuman Ardi, my sugar daddy.

"Are you Hungry.. I made you your favorite breakfast.. Cheese with onion omelete"

"Awww.. So sweet of you babe.. Thank you honey.. Love you so much babe" Jawabku sembari memeluk Ardi.

"Me too" jawabnya.

Ardi memang tidak pernah mengucapkan 3 kata itu.. Bagiku itu bukan masalah besar, toh aku hanya memanfaatkan dia untuk memenuhi kebutuhan dasarku seperti mobil, kosmetik, handphone, baju-baju cantik dan barang-barang wanita lain yang menunjang kebutuhanku sebagai wanita. Begitupun Ardi, dia pun hanyalah memanfaatkanku untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.

Apalagi istri Ardi si Lidya Tan yang uda buruk rupa dan juga ga perhatian ke Ardi sebagai istri. Si Ugly Lidya selalu pergi ke luarkota buat mengurus bisnis keluarganya di bidang garmen.

Tapi si Ardi tolol itu ga pernah berani meninggalkan istrinya. Katanya karena berkat Lydia dia bisa jadi orang sukses, dan kalau tidak disupport finansial orangtua Lydia maka Ardi tidak akan menjadi dokter Bedah Vaskular. Oleh karena itu Ardi selalu berada dibawah ketiak istrinya.

Apalagi almarhum papa Lydia sebelum Ardi dan anaknya menikah dia meminta Ardi menandatangani perjanjian pranikah dimana kalau nanti Ardi meninggalkan Lydia dia tidak mendapat hak asuh semua anaknya dan harus membiayai mantan anak dan istrinya dari 85% penghasilannya.

‐-------

"Gimana Hun.. Enak? Tanya Ardi kepadaku yang sedang setengah dudukmenyantap omelete bikinannya diranjangku sembari Ardi naik ke ranjang untuk berbaring disampingku .

"Yummy Papi ku cintaku" ucapku sembari menyuap omelet buatan Ardi.

"Great.. By the way.. Hari ini kamu dinas apa hari hun? tanya Ardi sembari memainkan rambutku.

"Sore Pap.." jawabku singkat.

"Kamu tau ada dokter Bedah baru keterima ditempat kita?" Ujar Ardi memulai topik pembicaraan baru.

"Denger kabar aja si Pap, tapi belom pernah ketemu, Dokter Bedah Jantung kan? Memang kenapa Pap?" tanyaku padanya sembari meneruskan makan sarapanku.

"Iya, bedah Jantung atau BTKV dengan V kecil. Mereka tu terkenal orang-orang brengsek, suka merebut pasien vaskular kita padahal ga punya kompetensi" ujar Ardi dengan nada keaal.

"Brengsek banget ya begundal-begundal itu.. Nanti kasihan Papi dong kalo pasiennya direbut." responku terbakar emosi mendengar curhat Ardi.

"Iya.. Mau gimana lagi" ujarnya sedikit pasrah.

"Tapi tenang papi.. Kan ada aku. Tar semua pasien vaskular aku kasi papi di IGD. Aku juga akan kasi tau teman-teman supaya ga usah kasi pasien ke dia" ucapku berusaha menenangkan kekesalan Ardi.

"Makasi ya hun.. Kamu emang pacarku yang paling pengertian" jawab Ardi sembari mencium pipiku dengan mesra.

‐-------

"Kamu ga kerja hari ini?" tanyaku setelah selesai menyantap sarapan yang dibuatkan Ardi sembari menaruh piring kosong di meja kecil sebelah kasur king sizeku.

"Kerja, tapi siangan aku baru kesana, jadwal operasiku siang, pasang cdl (catheter double lumen) ke pasien HD" jawab Ardi.

*CDl adalah alat yang dipasang dipembuluh darah balik pasien supaya mempermudah mereka menjalani cuci darah atau hemodialisa (HD)*

"Ok.. Berarti kamu nemenin aku disini sampe siang?" tanyaku pada Ardi yang sekarang rebahan santai di sampingku.

"Sampai jam 10 baby. Aku jam 11 mesti jemput Alice dari kindergardennya" jawabnya.

"Kenapa ga supir aja yang jemput anakmu seperti biasa Pi?" kataku memberikan usulan.

"Aku sudah janji mau menemani Alice ke mall babe.. Hari ini launching jam tangan yang dia suka babe, dia minta ditemani sekaligus launching hari ini juga mengundang Gempi yang diendorse oleh jam itu. Kamu kan tau Alice fans berat Gempi" Ardi menerangkan alasan kenapa dia harus jemput anak tunggalnya.

"Yahh... Ya uda deh" jawabku dengan muka cemberut.

Ardi tersenyum melihat aku cemberut lalu berkata "Ya uda.. Sebagai permintaan maaf papi ga bisa nemenin kamu sampai siang disini, papi transfer ya untuk jajan tas LV yang kamu pengen itu"

"Bener ya Pi.."tanyaku memastikan perkataannya.

"Bener dong" jawabnya yang disambut pelukan senang dariku.

Dipeluk aku membuat birahi Ardi naik tiba-tiba, apalagi aku hanya mengenakan lingeri seksi warna hitam berenda-renda dari sutra tanpa mengenakan underwear dan bra didalamnya. Ardi langsung melumat bibirku dan meremas kasar payudaraku, mendapat serangan tiba-tiba dari Ardi membuat birahiku ikut naik, aku pun membalas ciumannya.

Kami melakukan french kiss, saling bertukar liur, lidah kami bergantian mengelilingi seluruh rongga mulut dan saling hisap dan gigit lembut di ranjang kami. Tangan kiri Ardi sudah berpindaj tempat dari payudaraku sekarang masuk kedalam lingerieku dari bawah dan memainkan miss V-ku.

Dia celupkan dua jarinya kedalam liang maduku lalu menggesek-gesek daerah G-spotku sembari terus berciuman denganku.

"Eunggh.. Sssh.. Aaakh.. Yaaaaa.. Disitu.. Ssssh.. Aaahh.. Geli sayang.. Terus Aaakh.. Eunggh.. Ouuugh.. Yaaa.." desahku saat gesekan Ardi makin cepat di G-spotku.. Tidak sampai 3 menit aku mengejang tanda orgasmeku telah tiba..

Dari liang peranakanku muncrat lendir kenikmatanku seperti kencing tapi berwarna bening dan agak pekat seperti lendir. "Aaahhh.. Aku Keluar.. Aaaaaakkkh" jeritku.

Melihatku mencapai puncak kenikmatan melalui jari-jarinya, Ardi tersenyum puas. Setelah membiarkan ku menikmati sensasi puncak kenikmatan pertamaku pagi itu beberapa saat, ia lalu memegang kepalaku mengarahkan kepalaku turun ke bawah ke arah tongkat keperkasaannya yang sudah tegak berdiri. Aku mengerti dengan maksud Ardi, aku pun merangkak menuju arah yang dimaksud lalu menurunkan celana boxer Ardi hingga ke lutut dan mulai melakukan perangsangan menggunakan mulutku.

Aku hisap dan emut dengan lembut adik kecil Ardi seperti mengemut lolipop, tidak lupa lidahku menari merangsang batang kenikmatan milik Ardi. Sekali-kali aku menjilat bola kembar rudalnya yang membuat Ardi makin bergelinjang kenikmatan. Liang peranakanku menjadi basah dengan kegiatan yang aku lakukan, birahiku juga makin tinggi.

Ardi mulai menggerakan pinggulnya dan adik kecilnya dengan kasar dimulutku, aku tahu bahwa ia pasti sudah tidak tahan dan ingin segera menuntaskan birahinya. "Aaahhh.. Enak sayang.. Isap terus kontolku.. ya.." ujarnya menikmati pelayanan oralku.

Tidak sampai 1 menit aku melakukan servis oral padanya 3 semburan cairan putih kental hangat meluncur deras didalam mulutku, rasanya agak pahit bercampur asin, aku menelan semua cairan itu tanpa sisa.

"Makasi ya babe.. Kamu memang luar biasa.. Hanya kamu yang bisa membuatku puas seperti ini" ujar Ardi.

"Sama-sama Papi.. By the way uda jam sembilan ni, mandi yuk" ajakku padanya.

"Ayo.." Ardi menjawab setuju ajakanku.

Lalu kami berdua mengelap keringat kami dan berjalan ke kamar mandi sembari berangkulan untuk membersihkan diri kami yang baru selesai melakukan quicky.