Chereads / Harta, Tahta dan Vita : Kisah Hidup Vita / Chapter 2 - Di Apartemenku

Chapter 2 - Di Apartemenku

"Halo.."

"Halo.. Hei Kamu.. Lagi dimana?" Tanya suara laki-laki dari ujung seberang telepon kepadaku.

"Aku lagi di bathtub sayang" jawabku sembari menikmati air panas di bathtub apartemenku.

"Ooo.. Pantas aku ketok-ketok ga ada jawaban"

"Kamu ga bawa kunci sayang?" tanyaku pada laki-laki itu.

"Ketinggalan sayang, tadi aku buru-buru setelah operasi ke kamu karena kangen"

"Ok sayang.. Bentar.. Aku keluar dari kamar mandi ya.."

"Ok..I'll wait"

Aku berjalan keluar dari kamar mandi dalam keadaan basah tanpa sehelai kain apapun membukakan pintu apartemenku

Saatku buka, Ardi tersenyum dan masuk ke dalam sembari memelukku.

"Hi baby, you look so hot and turn me on" ujarnya sambil masuk kedalam, menutup pintu depan dan mulai mencumbuiku.

Dicumbui leher dan telinga bagian belakangku membuat birahiku meningkat. Aku memang tipe perempuan yang mudah terangsang, sedikit saja dirangsang oleh lawan mainku maka liang peranakanku sudah basah.

"Kamu sudah basah ya?" bisik Ardi disela-sela kegiatan mencumbuiku.

"Iya sayang.. You make me turn on" jawabku.

Kami melanjutkan cumbuan panas itu sembari tangan Ardi membuka kancing kemeja hendak melepaskan kemeja yang dia gunakan. Aku pun tidak tinggal diam, aku membuka ikat pinggang dan melepakan kait celana bahan dan menurunkan resleting celana bahan sekaligus celana boxer yang dipakai Ardi. Dalam sekejap kami berdua sudah telanjang bulat dan makin inten saling merangsang satu sama lainnya.

‐-------

"Ahhhkh.. Ya.. Terus sayang.. Oughhh.. Ya.. Aakkkhh.."desahku saat Ardi menggoyang tongkat keperkasaannya didalam liang kenikmatanku dengan posisi missionaris dibathtub.

Ardi menggerakan pinggulku naik turun sembari terus memainkan payudaraku dengan kedua tangannya, kadang-kadang dia selingi dengan menciumi leher dan tengkukku. Aku menikmati permainan birahi malam itu, gerakan kami membuat air hangat dan busa dibath tub menjadi bergerak bergelombang mengikuti gerakan kami.

Kakiku melingkari punggungnya dan terus mendesah menikmati persetubuhan kami.

"Aaahhhkh.. Geli sayang.. Geli.. Lebih cepat sayang.. Iya begitu sayang.. Aku mau keluar sayang.. Cepetin sayang.. Cepetin" desahku meminta Ardi menggoyangku lebih cepat karena aku merasa mau orgasme.

"Aaaakkkh.. Aku keluar sayang.. Oooughhh..!!!! Mekimu enak sekali sayang" Tiba-tiba Ardi teriak sembari spermanya muncrat didalam liang kenikmatanku dan lalu melemas dan melepaskan tongkat kenikmatannya nya dari liang senggamaku.

"Yaahh.. kok keluar sayang.. Ak kan hampir dapet juga.. Kenapa ga mau bareng si!! Ihhh Kamu mah!!" protesku sembari cemberut karena Ardi sudah klimaks duluan dan menyudahi goyangannya membuat aku kentang atau kena tanggung.

"Maaf sayang.. Abis meki kamu enak banget, keset, ketat dan ngegrip banget" jawabnya sembari bangun dan keluar dari bathtub meninggalkanku yang masi kentang dan pergi tidur.

"Damn.. Dasar ga berguna.. Bikin gue kentang aja.. Kalo ga kaya uda gue tinggalin lu Jing.." Makiku dalam hati lalu akhirnya memutuskan untuk melakukan masturbasi menuntaskan nafsuku yang belum terpuaskan menggunakan jari-jari lentikku.

‐-------

10 menit kemudian, selesai aku menuntaskan birahiku, aku lanjut mandi. Aki keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambut. Didepan kamar aku melihat Ardi terlihat tidur pulas seperti kayu di ranjang kami berdua.

"Dasar cowok egois. Abis dapet enak gue ditinggal sendiri kaya pelacur" makiku dalam hati.

Tiba-tiba handphoneku bergetar, aku lihat dilayar handphone tertulis panggilan dari Anton. Agar aku tidak ketahuan, aku membuka pintu balkon belakang apartemen lalu mengangkat panggilan Anton masih hanya mengenakan handuk di badanku.

"Halo sayangku"

"Halo sayang.. Lagi apa?" tanya suara Anton dari ujung seberang teleponku

"Aku baru selesai mandi sayang" ujarku sembari melihat suasana malam di luar apartemenku dari balkon apartemenku tinggal.

"Ga dinas sayang? Uda makan?" tanya Anton penuh kelembutan.

"Ga sayang, Bambang minta tukeran shift sama aku karena besok pagi mau antar istrinya kontrol kehamilan. Belum makan sayang, baru rencana pesen online delivery" jelasku pada Anton

"O gitu.. Ok. Pesen apa kamu?

"Pengen makan rujak si, kayanya enak malam-malam makan itu" jawabku sembari menahan handuk yang melingkar di badanku karena terasa mau lepas.

"Lho kok makan rujak malam-malam, tar sakit perut lho" protes Anton mengenai rencana makan malamku yang menurut dia tidak baik.

"Nggak lah.. Perutku kan kuat ga kaya perut kamu,salah makan dikit langsung sakit." bantahku.

"O ya uda.. Yang penting kamu jangan lupa makan ya.. Aku ga pengen kamu sakit. Aku telepon hanya mau mengabari kalau aku uda sampai rsud ini mau dinas malam" terangnya.

"Ok sayang.. Semangat ya kerjanya" ujarku memberi semangat padanya.

"Iya sayang.. Ok uda dulu ya.. Love you.. Bye"

"Love you too.. Bye" jawabku mematikan teleponku sembari masuk kembali ke kamarku dan mengunci balkon belakang apartemen.

Anton memang termasuk cowok romantis, dia sejak dahulu selalu lapor apa kegiatannya kepadaku tanpa ku minta. Untungnya kami tidak satu rumah sakit, dia bekerja di rsud diluar kota yang jaraknya kira-kira 1 jam perjalan dari apartemenku.

Aku memakai lingerie tidurku lalu menyusul berbaring di samping Ardi yang sudah sangat nyenyak. Sebelum aku mencoba untuk tidur, aku terlebih dahulu mengambil handphone untuk mematikan handphoneku agar jangan sampai saat aku tidur Ardi mengangkat telepon dari salah satu pacarku yang lain.

Tapi saat aku hendak menekan tombol power hpku, tiba-tiba ada pesan masuk dari Didin

[Hun.. Uda bobo?]

[Iya ini mau bubu uda antuk]

[Apek ya Hun? Kanda cuma mau bilang, jumat nanti Kanda akan terbang ke Jakarta mengawal Wakapolda berobat ke pusat, kalau tidak ada berubahan, Kanda free malam minggu. Kamu ada dinas ga? Nge-date yuk]

[Yeayy.. Sok Atuh.. Dinda senang bisa ketemu Kanda] tulisku membalas pesannya.

[Okay, Kanda kabari lagi ya pas sabtu, y udh, met bobo ya Hun.. Luv U.. 😘]

[Okay.. 😍😘. Bubu dulu ya..]

Setelah selesai menjawab pesan Didin, aku matikan handphoneku, menarik selimutku lalu menutup mata mencoba untuk tidur