Chereads / Lucelence Academy, 'Elgrimlock Rising.' / Chapter 12 - Awakening ( 2 )

Chapter 12 - Awakening ( 2 )

"Mrs. Elvana, gawat! Jean Argent mengamuk di kelas Professor Reddington!" Sophie Mercer merangsek masuk dari luar, sepasang matanya membeliak nanar dari balik kacamata kotaknya. Tanpa basa-basi saking paniknya, dia melupakan etiket membuka pintu ruangan kerja milik Wakil Principal. Daripada pikirkan itu, ada yang lebih darurat sekarang, mengenai Jean Venthallow Argent.

[ "Jean?" ]

Jendela raksasa di samping meja kerjanya bergetar cukup lama, Elvana merasakan lantai marmer di bawah kakinya bergemuruh kuat. Gelas kristal berisi air mineralnya tumbang dari meja. Serasa daratan kastil bergerak diguncang gempa hebat, benda-benda koleksi antiknya berjatuhan dari tempatnya.

Guci-guci porselen di sudut ruangan kerjanya ikut tumbang, ledakan-ledakan merambat dari lampu-lampu kandelar hancur berderai.

Elvana terperanjat dari kursi kerjanya dramatis kala beberapa lukisan-lukisan di dinding terjatuh bebas ke lantai. Dia bisa merasakan geletar kekuatan Jean yang menguat di bawah sana.

Elvana menekan dahi menggunakan jari, memasuki pikiran Professor Adaline Petricore melalui telepatinya.

[ "Aku sedang menanganinya, Wakil Principal! Aku sedang sibuk!" ] Petricore menyahut, kemudian kontak telepati terputus.

Jeritan-jeritan kepanikan diringkus ketakutan dari hamburan ratusan murid akademi menggema di antara lorong, getarannya terus meningkat. Elvana berupaya memasuki pikiran Jean dari sini, tetapi gagal. Kekuatan Jean memblokade dan menolak siapa pun yang mencoba berkomunikasi dengannya.

"Celaka…" gumam Elvana tetap tenang.

Kepanikan terpecah di akademi Lucelence, dari jendela raksasa yang tengah bergemuruh Elvana bisa melihat kelas di bawah sana perlahan-lahan mulai porak-poranda. Kubah-kubahnya retak, taman asri di tengah kastil ikut terimbas, puing-puing beterbangan, angin ribut bertiup kencang.

Awan-awan gelap keperakan bergumul di atas cakrawala, membentuk lubang berisi muatan amukan petir.

"Sophie, perintahkan Jeo untuk mempersiapkan penanganan medis. Situasinya memburuk! Perintahkan penjaga untuk mengevakuasi murid-murid akademi ke Safe House! Panggil shadowcaster segera!"

"Baik, Wakil Principal!" tubuh Sophie lenyap, pintu teleportasi membawanya ke rumah sakit akademi.

Kali ini Elvana yang melompat ke dimensi teleportasi, cahaya kuning menguar dari tubuhnya. Raganya segera lenyap dalam butiran serbuk bintang keemasan.

.

.

"Astaga…" Carver terperangah, sebagian kubahnya mulai runtuh.

Debu bertebaran membatasi jarak pandang, dentuman kencang membuat daratan kastil berguncang. Asap pekat tebal mengepul ke udara. Derakan puing-puing yang bergeser dan terjun bebas. Melihat cahaya crimson membubung tinggi di balik kepulan asap dan reruntuhan.

Kekuatan Jean terus membesar.

"Professor Reddington! Astaga, Jean!" Azael menyeru berulang-ulang, namun Jean tak bergeming. Gadis itu tertunduk di kursinya, dikuasai amarah dan kekuatan tak stabilnya mengamuk hancurkan apa pun.

Professor Tatum Reddington tergeletak jatuh, semaput dengan darah menggenang. Azael pastikan beliau masih bernapas, dia tidak bisa membiarkannya tetap di sana, sebelum atap tengah runtuh dan menguburnya.

"Azael, kau mau ke mana?! Tunggu! Berbahaya!" Hunter memukul kepalanya, tak kuasa mencegah Azael pergi ke dalam kelas yang diselimuti hawa panas, dan Rhett sempat tercengang dengan tindakan gila pemimpinnya itu.

Azael melakukan teleportasi, menggenggam lengan Professor Tatum dan tanpa berpikir panjang lagi langsung membawanya pergi. Hawa panas luar biasa membakar kulit, Azael sempat mengerang ketika lengan kirinya terbakar.

"Jean, astaga! Jean!" Margo hendak menerobos dari luar, Mai dan Lee ikut memekik terlampau syok.

Lee menangkup mulutnya tercengan ngeri, sementara Mai tertimpuh lemas di taman yang tanahnya retak.

Hunter dan Carver menahan ketiga gadis itu, "Tidak boleh! Kalian mau ke mana?! Ini berbahaya! Pergi ke Safe House sekarang juga! Bersama yang lain!"

"Tapi… Jean, dia sahabatku." Margo mulai terisak, betapa mengerikan kekuatan teman sekamarnya itu. "Bagaimana bisa ini terjadi?"

Hawa panas mulai terasa hingga ke taman tengah, Rhett terpaksa keluarkan perisai silver dari pedangnya ketika ledakan kosmik lain menguar dari tubuh Jean.

"Penjaga bawa mereka pergi segera!" perintah Rhett tak bisa dibantah.

Para penjaga mulai mendorong kerumunan murid-murid agar menjauh, membimbing mereka menuju ke Safe House.

Elvana tiba dari balik kumpulan cahaya kekuningan dia muncul, "Bagaimana, professor Adaline?"

Petricore menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya pias sepucat kertas. Dahinya banjir peluh. "Dia terlalu kuat, dia bahkan menolakku. Aku sudah mengajarinya setiap hari, melatih kemarahannya, selama ini dia menunjukkan kemajuan yang baik. Entah apa pemicunya."

Mata Elvana tepekur pada Jean, meneliti tiap detil yang terjadi.

" 'Elgrimlock' di dalam tubuhnya ingin bangkit, ini sudah kedua kalinya. Sebelumnya terjadi di Essex dan membunuh banyak orang."

"Maafkan aku, Wakil principal." tambah professor Adaline merasa sangat bersalah. "Semestinya aku bisa melakukannya lebih baik lagi."

Elvana menggeleng, menepuk pundak Professor Adaline untuk menenangkannya. "Ini bukan salahmu, kau sudah melakukan yang terbaik."

"Lalu apa yang harus kita lakukan, Wakil principal?" tanya Professor Strago Martland bimbang.

Azael terjatuh di perkarangan sembari mengerang kesakitan, lengan kirinya alami luka bakar hebat.

"Azael! Kau bodoh, sialan!" Hunter mengumpat, keluarkan kekuatan esnya. Menggenggam luka bakar Azael dan membalutnya bagai gel dingin.

"Aku tak punya pilihan lain, maafkan aku. Professor Tatum bisa tewas jika terus di dalam sana."

"Kau baik-baik saja? Dasar kau gila, sesuatu yang buruk bisa saja terjadi padamu!" tanya Rhett membantu Azael bangkit.

"Aku akan baik-baik saja, karena aku tahu. Kau pelindung terbaikku, Rhett."

Rhett menggeleng tak habis pikir, "Tapi tidak sampai jauh ke sana!"

Gel dingin dari kekuatan Hunter meringankan nyerinya, setidaknya Azael masih bisa menahan rasa sakit itu.

"Kau harus menemui Jeo, Zael." pinta Hunter lebih mirip sebuah perintah tegas.

Azael mengangguk, "Akan kulakukan setelah Jean selamat."

Rhett melirik Azael dari ekor matanya tanpa berkomentar, dan dia hanya bisa tertunduk dalam menelan kekecewaan.

Professor Tatum berhasil di evakuasi, kemejanya penuh darah. Carver melalui kekuatan cahaya hijaunya, menahan pendarahan di tungkai beliau yang terus merembes, membawanya langsung ke rumah sakit akademi segera.

[ Zraaaaaaaaaaasshhhhh! ]

Elvana keluarkan psikokinesis dari tangannya mengarah pada Jean, namun api kosmik itu menghempaskan kekuatan Elvana dalam satu tangkisan.

[ Bruuuuuuuuuuuussshhhhh! ]

"Professor, bersama-sama. Bantu aku, untuk masuki pikiran Jean." Pinta Elvana menekan jari di dahinya.

Mereka mengangguk sepakat, termasuk Azael. Bersama-sama, melakukan telepati demi lumpuhkan kekuatan Jean.

Jean masih tertunduk di kursinya, kekuatannya terus meruap dari dalam tubuhnya. Diselimuti api-api kosmik yang tak mengizinkan apa pun masuk ke jantung pikirannya.

Professor Collson tumbang lebih dulu, telepatinya gagal. Disusul Strago yang mendapat serangan balik dari kekuatan Jean mengakibatkan kepalanya nyeri berdenyut hebat, Petricor langsung tertimpuh kala telinganya berdenging sebabkan nyeri menusuk tak tertahankan.

Darah kental merembes dari lubang telinga Petricore, Azael sendiri terhempas dari tempatnya berdiri. Tubuhnya terlempar menghantam dinding kastil.

"Azael!" Rhett menyeru, membantu pemimpinnya bangkit kembali.

Kepala Azael berputar hebat, darah segar lolos dari lubang hidung runcingnya.

Pilar-pilar emas di akademi mulai meleleh, tak kuat melawan api kosmik yang meletup-letup dari dalam tubuh Jean. Kekuatannya kian membesar, dan itu hanya membuat Jean tambah berang.

Elvana sama gagalnya. Pandangan matanya berkeliling gelisah.

"Hanya Principal yang bisa mengendalikannya." sambung Elvana menghela napas panjang, "Tidak ada yang bisa kita lakukan lagi. Dia menepis semua upaya kita."

Semua orang memandangi Elvana melalui sorotan mata ragu.

Professor angkat suara, "Apa Principal mau melakukannya?"

"Memang beliau yang harus melakukannya. Hanya dia yang bisa menghentikannya."

Shadowcaster saling melempar pandangan heran, kalau Principal keluar itu artinya –

"Tidak mungkin 'kan?"

.

.

"Tentu aku pasti melakukannya, apa pun demi keselamatan akademi."

Suara arif itu sontak menyita perhatian, senyum merekah terhias di bibir delima Elvana. Matanya berbinar di bawah langit cakrawala yang dipenuhi awan-awan keperakan. Gelegar petir masih mengamuk di atas sana, angin badai menyebabkan lubang besar di tengah awan hitamnya. Tepat di atas kepala Jean terduduk.

Kejadian ini sama persis ketika insiden pertama terjadi di Essex.

Untungnya semua orang telah di evakuasi, taman tengah kastil hanya berdiri dari keanggotaan inti seperti dewan, jajaran professor dan shadowcaster. Semua tangan kanannya berkumpul siaga.

[ "Silas…" ] air muka Elvana penuh kelegaan.

Rambut sunset Silas berkibar di sapu angin, mata 'steel blue' seretak kacanya berkabut kali ini. Pandangi wajah jelita Jean yang kehilangan kontrol kekuatannya sendiri. Bahasa tubuh Silas yang selalu tercermin berwibawa dan bersahaja. Semua orang di sana menunduk memberi hormat, tak terkecuali Azael, Rhett serta Hunter.

Siapa pun menghormati beliau.

Silas melangkah mendekati lokasi kejadian, matanya sempat memindai ke sana – kemari. Kerusakannya lebih parah daripada sewaktu Astraea mengalami 'pelepasan' Elgrimlock yang sama.

Pikir Silas membatin, [ "Maafkan aku, Astraea. Aku sangat gagal, tak mampu meneruskan pesan terakhirmu." ]

Suara desauan api yang mulai menarik cakaran-cakaran petir di langit bagai magnet. Daratan kastil kembali berdentum kala kekuatan kosmik api Jean bergabung dengan listrik jutaan volt di angkasa.

Ada geraman menyeramkan terpecah membelah badai, dan itu berasal dari dalam tubuh Jean yang mengamuk. Elgrimlock-nya mulai menunjukkan sedikit-sedikit wujudnya. Silas menyaksikan sepasang mata raksasa mencuat dari dalam kosmik api milik Jean.

[ "Belum saatnya, Jean. Aku tahu kau bisa jauh lebih baik daripada ini." ]

Silas mengangkat satu tangannya, cahaya putih menyilaukan keluar dari kedua tangannya. Kakinya terus melangkah di antara reruntuhan, ke jantung kekuatan Jean dan menghampirinya yang tak sadar telah bangkitkan sebagian kekuatannya hingga hilang kendali karenanya.

Kekuatan Silas mampu melindungi diri dari sengatan hawa panas api yang terus berkobar membara. Perisai Silas melawan, tak membiarkan kekuatan Jean menghancurkannya. Saat dia berhasil mencapai raga Jean, Silas menggenggam lengan gadis itu perlahan.

Cahaya putih menyilaukan menyerap habis seluruh kekuatan Jean. Menjinakkan kekuatan hebatnya, lautan api itu lenyap dalam sekejap mata, digantikan oleh asap putih yang mendesis nyaring. Bencana besar itu pun terhenti seiring badan Jean yang melayang-layang tertidur di udara dalam keadaan pingsan.

Bagai terlelap di limpahan air bah, raganya meninggalkan kursi yang nyaris mengantarkan murid lain ke kematiannya. Surai Jean bergelombang-gelombang di udara.

Perlahan-lahan badai mereda, awan-awan pekat bermuatan gemuruh petir mulai tersingkap. Angin berembus lebih tenang, segala guncangan-guncangan mengerikan tadi benar-benar terhenti. Menyisakan bangunan akademi yang porak poranda, puing-puing berserakan di mana-mana, daratan yang terbelah serta atap kubah akademi berlubang lebar.

Suasana kembali hening dan tenang.

"Kalian baik-baik saja?" tanya Silas merasa sangat sedih.

"Kami baik-baik saja, maafkan kami, Principal. Semestinya kami memperhatikannya dengan baik." Declan Eyllaw tertunduk dalam.

Silas menggeleng pelan, "Tidak ada yang salah atau benar dalam perihal ini. Kalian tahu resikonya sejak kali pertama menjejakkan kaki di Akademi Lucelence. Terima kasih banyak, atas kerja keras kalian. Aku akan membawanya ke rumah sakit akademi, wakil principal. Katakan pada Jeo agar persiapkan ruangan khusus untuk Jean."

Wakil principal mengangguk cepat, tangannya menekan dahi menghubungi Jeo melalui telepati.

Silas menepuk pundak Professor Adaline sembari tersenyum, "Terima kasih, professor Petricore. Kau baik-baik saja?"

Petricore mengusap peluh, tersenyum letih. "Aku baik-baik saja, Principal."

"Aku minta jangan pernah menyerah untuk terus membimbing Jean."

"Tentu, aku akan melakukan tugas itu sepenuh hati. Aku akan berusaha lebih baik lagi." tambahnya menghela napas panjang. "Maafkan aku, Principal."

"Tak apa, kau sudah melalukan yang terbaik. Kalian terluka, temuilah Jeo segera. Biar aku dan Elvana tangani ini. Dan Azael Faulkner Draven – Terima kasih, kau telah selamatkan Professor Reddington." Principal tersenyum manis.

"Sudah jadi tugas kami, Principal." ujar Azael menunduk hormat.

"Aku datang, kamar khususnya sudah kusiapkan. Mana Jean?" pintu teleportasi milik Jeo berwarna magenta terbuka lebar. Kepalanya menyembul dari dalam sana.

Tangan Silas bergerak, badan Jean yang melayang di belakangnya dia serahkan ke tangan Jeo. "Kabari aku, Jeo. Semuanya."

"Baik, Principal. Ayo, siapa lagi yang terluka? Ikut dengan aku."

Professor lainnya masuk ke pintu teleportasi milik Jeo, Azael mengekor setelah Hunter dan Rhett mendorongnya.

"Kau juga, Zael." bisik Hunter mendorong punggung Azael dan pintu teleportasi pun tertutup rapat. Semua orang pergi untuk mendapat pengobatan, cahaya magenta lenyap bersama angin.

"Kau siap, El?"

Elvana mengangguk tersenyum, "Kupikir kau tidak mau turun tangan."

"Yang benar saja, Elvana. Masih saja meragukanku."

"Aku tidak pernah meragukanmu, Silas. Nyatanya dia lebih kuat dan 'powerfull' daripada Astraea. Tidak bisa seperti ini terus-menerus, Silas. Jean mungkin tertekan karena sesuatu."

"Aku masih belum punya keberanian, Elvana. Kau mau aku lakukan apa? Biar Jeo yang mencari tahu akar permasalahannya. Tunggu kabar dari Jeo, baru aku bisa mengambil langkah."

Elvana hanya mengembus napas lelah.

Tangan Silas dan Elvana menengadah langit, perlahan-lahan puing-puing yang hancur berkeping-keping bergerak melayang di udara. Satu per satu bongkahan beton yang berserakan mulai menyatu kembali, kerangka-kerangka yang terlepas saling bersatu padu dan membentuk kastil seperti semula.

.

.

Jauh di dalam kastil akademi Lucelence, menara sebelah utara di mana sesosok murid terkurung di sebuah kamar mewah, dia merasakan guncangan hebat dari perut bumi ketika Jean Venthallow Argent mengamuk. Dia menyaksikannya dari jendela raksasa sembari terus tersenyum dan terkikik keji kala di bawah sana

Mata gadis itu membeliak nanar, dia terus terbahak bagai seorang maniak, sorotan pandangan penuh obsesi terhadap Jean Venthallow Argent. "Akhirnya kau bangkit juga, Jean... sebentar lagi... ya... sebentar lagi... kekuatanmu memang luar biasa. Semestinya aku yang memiliki kekuatan itu! Bukan kau! Lihat nanti, saat waktunya tiba, Jean. Tunggu saja..."

Ledakan tawa penuh kemenangan mengerikan, menggema hingga keluar lorong.