Selamat membaca
.
.
"Cari siapa?" seseorang bertanya pada Helena yang baru saja berhenti di depan pintu ruangan yang pada pintunya terdapat tulisan CEO.
Helena menoleh pada asal suara. Itu adalah Delima, wanita yang ia ketahui bekerja sebagai seorang sekretaris. Wanita itu berada di dalam ruangan yang dinding nya di dominasi kaca.
Kaca itu hampir memenuhi dinding depan ruangan itu, mulai dari setinggi pinggang hingga menyentuh plafon bahkan pintu ruangan itu full dari kaca. Sedangkan dari pinggang ke bawah terbuat dari bahan semen atau sejenisnya yang tidak transparan.
Helena mengerti tujuan dibuatnya ruangan seperti itu di dekat pintu ruangan Direktur utama. Seperti saat ini, Delima bisa menghentikan atau bertanya kepada orang yang hendak memasuki ruangan sang Direktur utama. Seperti saat ini.
"Cari pak bastian, ini urgen banget!" jawab Helena menampilkan ekspresi polos.
Delima cukup mengenal Helena, meski tidak sering bertemu. Dia tahu Helena bukan tipe orang yang iseng masuk keruangan divisi lain jika tidak ada keperluan. Setahunya, Helena lebih suka berada di ruangan kerjanya atau berada di ruang terbuka hijau yang ada di belakang kantor.
Delima pun mengangguk, kemudian dia berkata. "Saya tanya pak Bastian dulu," kata Delima yang mendapatkan anggukan setuju dari Helena.
"Maaf mengganggu pak, ada yang ingin bertemu dengan bapak dari divisi administrasi," kata Dilema setelah intercomenya terhubung.
"Baik pak" ucap Delima setelah diam beberapa saat.
Delima meletakkan kembali telepon yang berfungsi sebagai intercom kembali pada tempatnya, lalu dia menoleh pada Helena dengan senyuman manisnya.
"Pak bos bilang masuklah. Tapi ketuklah pintu sebagai bentuk sopan santun." Kata Dilema memberitahu Helena.
Helena kembali mengangguk, kemudian mengetuk pintu ruangan yang ada di hadapannya dengan hati hati.
"Masuklah!" kata orang di dalam sana sedikit berteriak agar suaranya bisa terdengar hingga keluar.
Helena menoleh sejenak pada Delima, setelah mendapatkan sebuah senyuman dan anggukan dari wanita itu, Helena menekan gagang pintu tersebut, lalu mendorongnya sedikit hingga terbuka. Perlahan Helena melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Siang pak!" ucap Helena Menutup kembali pintu dengan hati hati.
Bastian mengangguk, lalu dia mengangkat satu alisnya ketika melihat siapa sosok yang datang ke ruangannya. awalnya dia kira itu Adam atau Monica kepala divisi administrasi. Ternyata yang datang adalah gadis kecil yang beberapa menit yang lalu masih berada di satu mobil dengannya.
"Ah, kamu, ada apa?" tanya si bos, yang tak lain adalah Sebastian.
"Emh ... Pak, bekal makan siang saya tertinggal di mobil bapak," kata Helena memberitahukan maksud dari kedatangannya ke ruangan tersebut.
"Kenapa tidak nanti siang saja?" tanya Bastian heran, pasalnya ini belum setengah jam sejak kedatangan mereka.
"itu pak, flashdisk saya di dalam tas bekal," jawab Helena malu malu.
Bastian menghembuskan nafasnya, kemudian dia membuka laci yang ada di bawah meja kerjanya.
"Kemari," kata Bastian memberi isyarat kepada Helena agar mendekat kepada dirinya.
Helena yang mendapatkan isyarat itu segera menuruti Bastian. Dia mendekat sambil memeluk map yang seharusnya dia antarkan ke bagian departemen.
"Itu map untuk apa?" tanya Bastian seraya mengeluarkan sesuatu dari dalam laci tersebut.
Sesuatu yang berwarna hitam berkilau, dengan ujung bagian berwarna putih mengkilap. Itu adalah kunci mobil.
"Ini mau saya antarkan nanti ke pak Cahyadi," Kata Helena gugup.
"ouh, kamu tahu mobil saya kan? Kamu bisa ambil sendiri," kata Bastian mengulurkan kunci kepada Helena.
Helena terdiam sesaat, matanya menatap kunci tersebut sebelum akhirnya dia meraihnya. Wajah Helena mencerminkan keraguan, hingga akhirnya Helena menyuarakan.
"Bapak yakin nyuruh saya buka mobi bapak sendiri?" tanya Helena.
"Memangnya kenapa?" Bastian malah balik bertanya kepada Helena
"Ya bisa saja saya melakukan sesuatu yang buruk atau bisa saja saya membawa kabur mobil bapak!" kata Helena.
Bastian tertawa mendengar penuturan dari Helena, kemudian Bastian pun membalas. "Seorang pencuri tidak akan mengatakan dirinya pencuri," kata Bastian masih saja terkekeh.
"Sudah, sana ambil barang kamu. kuncinya nanti saja kamu antar sebelum makan siang," kata Bastian mengibas ngibaskan tangan sebagai isyarat dia mengusir gadis muda itu.
Helena mencebikkan bibirnya, lalu dia keluar dari ruangan tersebut. Saat di luar dia menyapa Delima, sebelum akhirnya dia menuju ruangan bagian Departemen untuk mengantarkan map yang di titipkan oleh Sonia tadi padanya.
Map yang sudah membantunya membuat alasan ke lantai lima.
"Saya pamit ya pak," kata Helena dengan sopan setelah menyerahkan map tersebut kepada lelaki yang bernama Cahyadi.
Di dalam lift, Helena seorang diri. Dia mengingat kembali perawakan tubuh lelaki yang merangkul pinggul Sonia kemarin malam, lalu membandingkanya dengan perawakan dari Cahyadi yang tadi ia temui.
"Ah! Itu dia orangnya!" seru Helena menepuk tangannya ketika dia berhasil mencocokkan dua bayangan di kepalanya menjadi satu.
Dia terkekeh ketika dia berhasil menemukan siapa orang yang membuatnya sedikit penasaran sejak kemarin, dan ternyata dia bisa langsung mendapatkan jawaban itu.
"Hey Elena," sapa seorang yang baru saja memasuki lift dari lantai dua.
"Hay Alan, sudah lama aku tidak melihatmu!" kata Helena sumringah.
Alam adalah bagian peninjauan marketing, sudah dua bulan dia mendapatkan tugas di luar kota. Pekerjaan yang menyenangkan, di mana Alan hanya keluar masuk minimarket atau swalayan untuk melihat kemungkinan produk bisa dipasarkan di daerah sana atau tidak. Kurang lebih dia seperti tim survey.
"Did you miss me? " tanya Alan merentangkan tangannya kepada Helena.
"Iya, aku kangen banget!" kata Helena memeluk Alan sebentar.
Alan dan Helena adalah teman masa kecil, dulu Alan tinggal di Riau, di kota Bangkinang sama seperti dirinya saat masih kecil, hingga berumur 9 tahun.
Alan dibawa pindah ke jawa oleh kedua orangtuanya karena alasan pekerjaan sang ayah. Mereka kembali bertemu setelah tidak sengaja berpapasan di mall. Saat itu Alan sedang jalan jalan dengan pacarnya.
Hari itu juga Alan dan kekasihnya putus karena Helena memeluk Alan secara spontan. Namun alan tidak menyalahkan Helena, dia bahkan berkata bahwa dia memang sudah ingin mengakhiri hubungan, hanya menunggu waktu.
Setelah itu mereka sering bertemu, kemudian saat Helena lulus dari kuliah, Alan menyarankan Helena masuk ke kantor tempatnya bekerja. Saat itu Alan sudah 6 tahun bekerja di perusahaan itu, karena Alan kuliah sambil bekerja.
Sejak dulu Alan selalu di bagian marketing, hanya saja dia bagian keliling keliling mempromosikan dari satu tempat ketempat lainya. Pada malam harinya Alan akan berganti profesi menjadi mahasiswa.
"Aku baru kembali kemarin, ohh iya aku ada hadiah untukmu, tapi aku tinggalkan di loker!" kata Alan.
"Nina?" tanya Helena.
"Iya dia juga dapat!"
"Asik.."
.
.
TBC