Selamat membaca
.
.
"Kau mau kemana?" tanya Helena saat mereka telah tiba di lantai 1.
"Aku mau keluar sebentar." Jawab Alan berjalan bersama Helena menuju basement.
"Kaukan baru saja kembali," kata Helena mencebikkan bibirnya kesal.
"Aku hanya sebentar," balas Alan mengusap perlahan rambut Helena. "lalu kau sendiri mau kemana?" tanya Alan pula balik.
"Ada yang mau aku ambil di … bagasi motor," jawab Helena berusaha untuk tidak memalingkan matanya.
Alan hanya mengangguk paham, dia tidak bertanya lebih jauh lagi mengenai hal itu. Saat tibanya di basement, Alan segera menuju mobilnya yang terparkir.
"Aku pergi dulu, sampai jumpa lagiya!" kata Alan mengacak acak rambut Helena.
Helena yang mengerti, menunjukkan jempolnya yang bantet, dengan senyum lebar ala Pepsodent. Alan menyukai Nina sejak pertama kali bertemu di kantor dan Helena menjadi penghubung dari keduanya.
"Aku pergi ya," kata Alan melambai pada Helena kemudian meninggalkan area parkiran dan Helena yang melambai.
Setelah kepergian Alan, Helena melihat kekiri dan kekanan, memastikan tidak ada orang di basement. Kemudian dengan perasaan lega dia menuju mobil milik bosnya.
"harusnya ini kunci pintu," kata Helen menekan tombol dari remot yang tergantung pada kunci tersebut.
Beruntung, tidak terjadi kesalahan apapun, pintu itu berhasil dibuka Helena meski sempat terkejut dengan suara alarm pendek atau sejenisnya yang berbunyi ketika kunci tersebut terbuka.
Dengan tenang, Helena memasukkan kepalanya saat dia melihat di mana tempat bekalnya berada. Helena segera mengambil tempat bekalnya yang tergeletak di lantai yang sejajar dengan kursi mobil tempat dia duduk tadi.
"hampir saja!" Syukur Helena memastikan apakah flashdisknya ada di dalam kotak bekal tersebut.
Saat baru saja menutup pintu mobil, Helena di kagetkan dengan seorang security yang tiba tiba saja muncul.
"Kamu ngapain buka mobil bos?" tanya Security tersebut penuh intimidasi.
Bukanya menjawab, Helena malah melihat ke arah langit langit basement, kemudian dia menemukan sesuatu yang dia cari. Kamera CCTV. Tanpa rasa canggung dan rasa bersalah, Helena mengacungkan jari tengahnya ke arah CCTV tersebut, sambil menggerakkan mulut dengan lambat mengatakan 'F-U-C-K Y-O-U!'. umpatan itu diucapkan tanpa suara.
"Saya sedang bicara dengan kamu!" kata Security tersebut menarik Helena hingga tempat makan siangnya terjatuh.
"Apa apaan sih pak, saya pekerja di sini loh! Liat ni, lihat!" kata Helena menarik paksa lenganya agar terlepas dari tangan lelaki itu namun nampaknya tidak berhasil.
"Saya tahu, tapi kenapa kamu membuka mobil bos? Dan apa itu yang ada di tangan mu?" tanya Sang Security merampas flashdisk yang di genggam oleh Helena.
"Anjing! Itu punya aku!" maki Helena kesal dia mencoba mengambil kembali flashdisk tersebut namun tidak bisa.
"tidak ada bukti kalau benda ini milik mu, jadi kamu ikut saya ke ruangan bos!" kata Security tersebut menyeret Helena.
"oke, tapi lepasin dulu." Kata Helena menarik tanganku hingga terlepas dari cengkraman lelaki itu. "Sakit …," rengek Helena mengusap tangannya sambil berjalan menuju lift di ikuti oleh security di belakangnya.
Di dalam lift, Helena tidak hanya berdua saja dengan security tersebut, ada beberapa orang karyawan lama di baru di dalamnya.
Helena hanya diam mengabaikan security yang berkata bahwa dirinya mencoba mencuri file yang ada di dalam ruangan bos. Jelas saja ucapan security itu membuat mereka terkejut. Ada yang mencoba membela Helena ada juga yang menatap aneh kepada Helena.
Perlahan penghuni lift itu kosong, hingga tersisa Helena dan Security tersebut yang turun di lantai lima.
Sekali lagi Helena ditarik bahkan diseret menuju ruangan direktur. Karena tidak ada sekretaris di sana, sang security mengetuk pintu dengan sopan.
"Permisi pak, saya ingin melaporkan sesuatu," kata security tersebut mencengkram erat lengan ata Helena.
Helena yang di cengkram keras tersebut semakin kesakitan, terlebih tangan yang di cengkram itu bekas jatuh di tangga sehingga menjadi memar dan sedikit bengkak. Namun, Helena menahan dirinya agar tidak menangis dan pasrah.
"iya silahkan masuk!"
Security tersebut dengan percaya diri masuk ambil menyert Helena yang tidak bisa menahan rasa sakit di lengan nya, dan akhirnya matanya mulai tergenang air mata. Hanya saja Helena menundukkan kepalanya, hingga rambutnya menutupi wajahnya.
"ada apa pak Yono?" tanya si bos, yang tak lain adalah Bastian.
Bastian menoleh kepada tangan kanan security tersebut dan mendapati seorang gadis yang sepertinya ia kenali. "Helena?" gumam Delima spontan.
"Ada apa ini pak Yono?" Kali ini Delima yang maju. Karena Delima melihat Helena seperti kesakitan.
Dengan cepat Delima memukul tangan security tersebut hingga akhirnya terlepas dari lengan Helena. Namun Helena masih saja menunduk sambil berusaha menghapus air matanya dengan berkedip kedip. Bukanya menghilang, air mata itu justru jatuh.
"Begini pak, saya mendapatkan laporan dari Tim CCTV, bahwa ada seseorang yang menerobos mobil bapak, jadi saya pergi melihat apakah benar, lalu saya melihat wanita ini. Di tangan wanita ini saya temukan Flashdisk." Tutur security tersebut meletakkan flashdisk yang ada di tangannya ke atas meja.
Bastian menghela nafasnya lelah, lalu dia menoleh pada delima yang memeluk Helena.
"Kamu tidak bertanya lebih dahulu sebelum menyeretnya kemari?" tanya Bastian dengan suara rendah dan terdengar menahan marah.
"Sudah pak tapi dia-"
"Apa kamu bertanya secara baik baik?" potong Bastian.
"Tapi pak saya sudah-"
"Jika kamu memang bertanya, kamu tidak akan menyeretnya kemari!" kata Bastian kembali memotong si Security.
"Ini juga, kamu lihat ini, ada nama pada Flashdisk ini, dan ini bukan tulisan yang baru saja dibuat!" lanjut Bastian menunjuk flashdisk yang pada permukaan badanya tertulis 'Helena Cantik' dengan tinta merah.
"Yang ketiga, kamu menyeretnya seperti itu, apa kamu tidak memikirkan harga dirinya? Kesampingkan dia bersalah atau tidak. Dia perempuan dan kamu memperlakukan dengan kasar! Lihat apa yang telah kamu perbuat!" Bastian masih saja memarahi sang security dengan menyebutkan perincian dari kesalahan lelaki itu.
Sang security hanya diam dengan kepala tertunduk dalam, dia juga menyesali dirinya yang bertindak impulsif.
"Pak Yono, saya acungi jempol bapak bisa bereaksi dengan cepat seperti ini, hanya saja cara anda salah. Terlebih anda mengetahui dia karyawan di kantor ini." Kata Bastian selanjutnya.
"apakah ada orang lain yang mengatahui kejadian ini?" tanya bastian.
Sang security mengangguk.
"Minta maaflah pada gadis itu, setelah itu bersihkan kembali namanya. Jika saya dengar rumor tentangnya beredar, maka bersiaplah untuk dipecat. Saya tidak suka dengan orang yang sembrono!" tegas Bastian memberikan perintah.
Security tersebut mengangguk takut, lalu beralih pada Helena.
"Nona saya minta maaf, saya-"
"Tidak mau!"
.
.
TBC