Selamat membaca
.
.
"Awh … panas kak!" teriak Helena saat Delima menempelkan handuk yang telah direndam dengan air panas ke lengan yang memar.
"Ya namanya di rendam pake air panas!" balas Delima menekan handuk itu agar hangatnya lebih diserap oleh kulit Helena.
"Kenapa gak pake air dingin aja sih?" Rengek Helena berusaha menarik tangannya, namun tidak bisa karena di sisi yang berlawanan dengan Delima ada Bastian.
Jika Helena memaksa untuk menjauhkan diri dari Delima, maka dia akan terhenti oleh Bastian yang duduk dengan tenang sambil memperhatikan tingkah Helena.
"Itu gak efektif, lebih cepat di kompres pakai air hangat," jawab Delima merendam kembali handuk ke dalam mangkuk berisi air panas.
"Tapi dulu waktu aku masih sma, memar sewaktu tanding, di kompres pakai air dingin." Balas Helena memaparkan pengalamanya yang pernah cedera saat bertanding semasa SMA. "Lagian ini bukan hangat tapi panas!" lanjut Helena Berteriak saat handuk itu kembali menempel di lengannya.
Bastian yang melihat tingkah Helena yang meledak ledak seperti anak SMA, seketika tertawa. Itu mengingatkan Bastian akan keponakannya yang masih duduk di bangku kelas 2 sma, namun gaya bicaranya sama persis seperti Helena ketika emosi.
"Jangan ketawa!" teriak Helena pula memukul Bastian secara spontan.
Yang dipukul bukannya marah, dia malah pura pura berusaha melindungi diri sambil terus tertawa. Lalu dalam sekali gerakan, Helena ditarik kedalam pelukannya.
"Tenanglah, Delima lebih berpengalaman daripada kamu!" kata bastian menepuk nepuk puncak kepala Helena.
Helena yang ada dalam dekapan bos seketika merona. Bagaimana bisa dirinya dipeluk seperti ini oleh lelaki yang bahkan pertemuan mereka bisa dihitung menggunakan jari.
Helena mencoba membebaskan dirinya, namun wajahnya malah bergesekan dengan kemeja Bastian, sehingga mengguarlah aroma dari pakaian yang digunakan oleh Bastian. Wanginya menusuk hingga sanubari terdalam.
Helena yang hendak memberontak seketika terdiam. satu kata yang terlintas di benak Helena 'Wangi'.
Kata itu seolah menghentikan semua eksistensi yang ada pada diri Helena. Memaksa dirinya untuk berhenti memberontak, dan melepaskan sensasi panas itu untuk beberapa saat.
'Wangi yang berbeda dengan Alan. Ini pasti parfum mahal!'- Batin Helena.
"Bapak pakai cologne apa?" tanya Helena tiba tiba menyembulkan kepalanya dari balik lengan Bastian.
Bastian yang mendapatkan pertanyaan tiba tiba dari Helena, mengangkat satu alisnya. Dia tidak menyangka, bukannya mengomel, gadis itu justru menanyakan cologne yang ia gunakan.
"Saya tidak menggunakan cologne," jawab Bastian melepaskan tangannya dari kepala gadis itu, tampaknya perhatian Helena telah teralihkan dari Delima yang sedang mengobatinya.
"Bukan? Tapi ini wangi," kata Helena tidak terima dengan Jawaban Bastian.
"Ah, saya menggunakan parfum by Kilian. Saya suka aromanya yang segar dan tenang," Jawab Bastian.
"Parfum By Kilian? Itu parfum mahal?" tanya Helena to the point.
"Tidak begitu mahal," Jawab Bastian sambil menggaruk tengkuknya. Pasalnya dia tidak tahu apakah menurutnya harga parfum yang biasa digunakan tidak begitu mahal bagi orang lain. Karena setiap orang punya standar mereka masing masing.
"Berapa kali lipat dibandingkan Posh men?" tanya Helena bersemangat.
Di pikiran Helena jika parfum bosnya seharga sekitar 200 ribu maka dia akan membeli parfum itu untuk dimasukkan kedalam diffuser ruangan. Aroma yang sangat menyenangkan dan sangat lembut.
Bastian mengerutkan keningnya sedikit, mengingat harga pasaran dari parfum laki laki yang cukup terkenal di Indonesia. Parfume itu juga sering memasang iklan di majalah sport atau tv.
"Mungkin sekitar seratus delapan puluh kali lebih mahal?" jawab Bastian masih ragu ragu.
"Seratus delapan puluh kali? Itu seberapa banyak kak?" tanya Helena menleh pada Delima yang baru saja mengganti air di dalam mangkuk dengan air panas yang baru.
"Hitung sendiri dong," kata Delima memeras handuk yang direndam kembali pada air panas yang baru di ambilnya.
Helena memanyunkan bibirnya, lalu kembali menoleh pada bastian yang hanya memperhatikan tingkah Helena.
"Berapa pak?" tanya Helena pula.
"Berapa? Coba kamu hitung," kata Bastian menggoda Helena yang masih manyun karena Delima tak mau memberikan jawaban.
Padahal, tanpa menghitung sekalipun, Delima tahu berapa harga pasaran untuk sebuah parfum dari Kilian. Terutama untuk bosnya, karena dia pernah membantu membelikan parfum tersebut.
"Seratus delapan puluh itu kebanyakan kalau dikalikan dengan dua puluh tiga ribu!" jawab Helena mendesah lelah.
"Coba dihitung dulu, delapan belas di kali dua puluh tiga, hasilnya berapa?" tanya Bastian seperti mengajari anak kecil.
Helena tidak begitu bodoh soal hitung menghitung, hanya saja dia sedikit malas jika sudah menyangkut hitung menghitung. Karena dulu dia punya trauma, harus mengulang melakukan pendataan hanya karena salah satu perhitungan.
Karena itulah, Helena selalu memilih tugas rekap data dibandingkan mencocokkan data.meskipun tak jarang dia juga melakukanya jika dia merasa ada yang mengganjal.
"Berapa?" tanya Bastian kepada Helena.
"Sekitar empat juta!" jawab Helena ketus.
Bukan karena dipaksa berhitung, tapi karena dia mengetahui harga parfum yang dikenakan bosnya bukan lumayan mahal, tapi sangat mahal untuk dirinya yang selalu menggunakan Eskulin dan Vitalis.
Terkadang jika dia beruntung, dia bisa mendapatkan parfum sample milik perusahaan atau produk cacat packaging yang biasanya akan dikeluarkan dan diganti dengan packaging yang baru. Biasanya Helena selalu mendapatkan produk tersebut dari temannya yang bekerja di bagian produksi.
Hanya saja, itu sangat jarang terjadi.
"Nah, itu bisa jawabnya!" kekeh Bastian melihat Helena merajuk, dia mengira Helena merajuk karena dipaksa berhitung.
"Bapak, harga parfum bapak biaya hidup saya dua bulan!" kata Helena Akhirnya protes karena tidak tahan memendam perasaan jengkel tersebut.
Bastian yang mendengar protes Helena terkejut. Entah untuk keberapa kalinya dirinya dibuat terkejut akan tingkah gadis muda yang ada di sebelahnya ini.
"Kamu suka?" tanya Bastian pula.
"Iya, saya suka pak! Tapi saya gak bisa beli!" kata Helena dengan desahan pasrah mengikuti kalimatnya.
Bastian berdiri, meninggalkan Helena, berjalan menuju meja kerjanya, kemudian membuka salah satu laci, kemudian mengeluarkan sebuah kotak berwarna Hitam pekat. Bastian kemudian mendekat kembali duduk di sebelah Helena.
Bastian mengeluarkan isi dari kotak itu. saat kotak itu di buka pun, ada aroma wangi yang menyebar. Hanya sebatas membuka kotak dari botol parfume tersebut.
"Di dalam sini, masih ada sekitar 10 ml atau kurang saya tidak tahu pastinya. Yang jelas saya akan berikan ini jika kamu menyelesaikan kompres itu tanpa melawan ataupun berusaha untuk menghindar," kata Bastian memberikan sebuah reward.
Helena terdiam sejenak, dia Nampak berpikir kemudian dia bertanya.
"Kenapa bapak lakukan itu?"
"Itu karena kamu Berisik! Kamu dari tadi seperti anak kecil yang tidak mau di suntik!" jawab Bastian apa adanya. Dan itu juga alasan kenapa dia merengkuh Helena dalam dekapannya.
"Yasudah!"
.
.
TBC