Chereads / Terjebak CINTA CEO Posesif / Chapter 3 - Ch 4 Gara-Gara Hujan

Chapter 3 - Ch 4 Gara-Gara Hujan

Selamat membaca

.

.

" Ah, jadi kamu gak cerita kalau kemarin kamu meluk pak Direktur?" Tanya Nina menatap Helena tidak percaya.

Sejauh yang bisa diingat, Helena bukan tipe yang merahasiakan apa yang sedang dialaminya.

"Peluk?" Tiba-tiba terdengar teriakan dari ruangan kepala Personalia, pelakunya adalah Sonia. Wanita itu kini justru sudah berada di belakang Nina tanpa ada yang bisa menyadari kehadiran wanita itu.

"Siapa meluk siapa?" Tanya Sonia lagi sambil mengguncang tubuh ringkih Nina, dia mencoba untuk tidak mempercayai pendengarannya barusan.

Nina yang diguncang dengan keras, segera menepi tangan Sonia dari pundaknya, jujur saja kini kepalanya menjadi pusing akibat dari guncangan maha dahsyat dari seorang wanita bernama Sonia itu.

"Ishh… Apaan sih buk, sakit tahu!" Kesal Nina mengusap lengannya yang dicengkeram oleh Nina tadi.

"Iya iya maaf!"Ucap Sonia berdecak sebal, dimana seharusnya dia memasang wajah penyesalan saat mengucapkan maaf.

"Jadi?" lanjut Sonia kepada Nina.

"Apa?" tanya Nina yang mengurut kepalanya sendiri.

"Yang kamu bilang tadi, siapa yang meluk pak Direktur?" Tanya Sonia pada Nina dengan nada frustasi.

"Oh itu, ya si Helena, siapa lagi? Kan lagi bahas si Helena!" jawab Nina memutar matanya jengah.

Nina sangat jengah dengan tingkah kepala Personalia yang terlihat berlebihan saat membahas pak Direktur yang sebenarnya tidak lebih tampan Jungkook dan Kim Taehyung jika dibandingkan, tapi kenapa wanita sok cantik dihadapan ini terlihat berlebihan dalam menanggapi?

"Jadi kamu beneran meluk Pak Sebatian?" Tanya Sonia beralih kepada Helena yang wajahnya sudah semerah kepiting rebus.

"Bukan gitu, aku gak tahu dia itu Direktur. Kalo aku tahu, ya gak mungkin juga aku gitu!" Sela Helena mencoba membela dirinya dari tatapan menakutkan Sonia.

"Sudah sudah, kembali ke pekerjaan masing masing!" Kata adam mendorong Sonia dan Nina menuju pintu.

Helena menatap Adam dengan tatapan penuh rasa terima kasih karena merasa telah diselamatkan oleh Adam.

***

20:15

Hujan.

"Bah … Seriusan ini hujan gak pake berhenti?" kesal Helena duduk bersandar pada sofa yang ada di ruangan tunggu.

Lampu masih menyala, karena masih ada petugas keamanan yang memantau keadaan dan beberapa atasan yang sedang lembur.

Helena heran, sebenarnya mereka yang berjabatan tinggi itu tidak sepenuhnya menyenangkan. Di saat pegawai lain pulang paling lama pukul 20.30, mereka justru pernah sampai dini hari di kantor.

Helena menoleh pada Sonia yang menerima tawaran untuk diantarkan pulang oleh seseorang yang Helena tahu pangkatnya lebih tinggi dari Sonia itu sendiri. Mengetahui mereka akan menggunakan mobil, Helena pun bangkit hendak menyusul keduanya, karena ia ingin menumpang juga.

Sebelum ia sempat menyapa Sonia dan pria yang ia ketahui adalah bagian Departemen, tiba tiba kakinya berhenti melangkah, kakinya seketika terpaku pada lantai. Mulut Helena yang terbuka hendak menyapa seketika tertutup kembali dengan rapat, saat ia melihat tangan pria itu berada di bokong Sonia.

"Gilak, gilak" kata Helena mengeluarkan ponselnya kemudian memotret dari kejauhan.

Belum sempat memotret, tiba tiba seseorang menutup kamera ponsel Helena menggunakan telapak tangan yang besar dan lebar. Kemudian diikuti suara yang berkata, "Tidak baik mencampuri urusan pribadi orang lain!" kata si pemilik tangan tersebut.

Sontak saja, Helena kaget dan melompat mundur dan memeluk ponselnya di dada. Dia benar benar dibuat terkejut oleh tindakan tiba-tiba itu.

Helena engatur napasnya, kemudian menoleh pada pelaku hendak memaki karena sudah membuat dirinya menjadi kaget setengah mati.

Namun saat ia melihat pada si pelaku, sekali lagi gadis itu di buat terkejut. Dan spontan Helena berteriak. "Bapak!" Teriak Helena kencang bahkan terdengar beradu kencang dengan suara Guntur di luar sana.

"Tidak perlu berteriak!" kata orang yang tadi menutup kamera ponsel Helena.

Kemarin, Helena tidak merasa canggung pada orang di hadapan ini karena tidak mengetahui siapa dia sebenarnya. Sekarang jelas Helena merasa canggung dan grogi saat mengetahui orang yang ada di hadapannya ini adalah seorang Direktur Utama.

"Bapak … Emh …" Helena berpikir dengan Keras, mencoba mengingat nama bos yang ada di depanya ini.

Ia tahu nama lelaki di hadapan saat ini, tapi entah kenapa nama itu seakan ada di ujung lidahnya dan sangat sulit untuk terucap.

"Bastian, nama saya Bastian jika itu yang ingin kamu sebutkan." Kata lelaki tersebut terkekeh kecil saat melihat wajah Helena yang memerah padam karena malu telah melupakan nama bosnya.

"Ah, Pak Sebastian! Maaf pak saya akan segera ke ruangan tunggu," kata Helena menunduk sopan kepada Sebastian mencoba menghindari lelaki itu.

"Kenapa masuk lagi? Kamu tidak ingin pulang?" Tanya Sebastian memiringkan kepalanya sedikit sambil memperhatikan Helena yang terlihat kikuk sendiri.

Dalam hatinya, Helena terus saja menjumpahi lelaki di depannya ini karena terus saja mengajaknya berbicara. Padahal saat ini Helena sudah setengah mati menahan malu karena teringat kecerobohannya tempo waktu.

'Kenapa baru sekarang sih ketemu ni pak bos? Dulu 6 bulan yang lalu kemana aja ni orang sampe sampe baru nongol? Sekali nongol eh udah kek iklan di Youtube aja!' Helena terus saja merutuk dalam hati meski wajahnya terlihat kebingungan dan tak berdosa.

'Apa apaan itu pertanyaan? Matanya gak bisa liat di luar sana hujan deras?' Lanjut batin Helena kesal namun lagi lagi wajahnya mencerminkan gadis lugu yang tidak berdosa.

"Saya menunggu hujan reda," kata Helena menjawab pertanyaan yang diberikan oleh lelaki di hadapan Helma saat ini, meski sebelumnya sudah dijawab di dalam hati, ia tetap menjawab dengan lisan. Tentu saja jawaban lisannya sopan tidak seperti suara hatinya yang mengumpat.

"Kenapa di tunggu?" tanya lelaki itu lagi, Helena menjadi kesal karena jujur saja roknya yang pendek sangat tidak nyaman saat ini jika berdiri terlalu lama di basement.

Helena diam sejenak, ketika ia merasa menjadi orang paling bodoh sedunia setelah mendengar pertanyaan dari bos yang berdiri di hadapan saat ini.

Helena yang awalnya memasang wajah polos bak malaikat izrail, memejamkan matanya sejenak, kemudian beberapa detik kemudian dia membuka matanya dan melihat kepada bos di depannya dengan tatapan datar dan kesal. Lalu dia menjawab.

"Di luar sana hujan deras, saya tidak bawa raincoat. jika saya tidak menunggu hujannya reda, maka saya akan kebasahan dan bisa saja saya menjadi sakit karena kehujanan di malam hari." Papar Helena lambat dan mata yang tak berkedip sekalipun.

'Ah, bos satu ini sangat menyebalkan!' Batin Helena lagi saat melihat lelaki di hadapan mengangguk anggukan kepalanya seperti orang bodoh di mata Helena.

'So what?' Batin Helena lagi saat lelaki itu beralih menatapnya, menantikan kalimat yang akan keluar dari mulut orang di hadapannya.

"Bagaimana jika kamu saya antar?"

"Bapak … Saya sudah bilang di … Eh? Bapak tadi bilang apa?"

"Saya bilang, Saya menawarkan kamu tumpangan!"

"Eh?"

.

.

TBC