Chereads / Terjebak CINTA CEO Posesif / Chapter 2 - Ch 1 Aku Bukan Babi

Chapter 2 - Ch 1 Aku Bukan Babi

Selamat membaca!

.

.

Ramai. Satu kata yang menggambarkan suasana gedung tujuh lantai milik perusahaan Arganta. Perusahaan yang awalnya hanya menempati dua lantai di gedung itu, kini sudah merambah menjadi kepemilikan perusahaan tersebut seutuhnya.

"Gabi, tolong ambilkan map di bagian marketing, saya sudah bilang sama Diana, kamu tinggal minta!" pinta seorang pria dengan rambut tipis dan berkacamata itu pada gadis yang merupakan karyawannya.

"Bapak, nama saya bukan Gabi, karena saya bukan babi!" teriak gadis yang telah disuruh oleh Pria itu.

"Jangan Teriak!!" Balas orang lain kesal dengan suara teriakan gadis itu, orang itu dari Seksi Humas.

"Berisik!" balas Gadis itu, dan bukannya dia diam malah membalas meneriaki orang tadi, kemudian dia berlari meninggalkan kubikelnya.

Gadis itu keluar dari lift. Saat dia tiba di lantai 4, dia segera bergegas dengan berlari menuju ruangan Divisi Pemasaran dan Distribusi. Setibanya di sana dia langsung nyelonong masuk kedalam ruangan yang memang terbuka saat jam kerja berlangsung.

"Mbak Diana, Pak Adam minta map. Gak tahu map apa, dia bilang suruh minta aja," Cerocos gadis itu saat dia tiba di kubikel yang paling mencolok, karena ada stiker 'Oppa Korea' di sana.

"Ah, Helena ternyata, ini mapnya," kata wanita paruh baya yang duduk di balik komputer dan setumpuk map dokumen.

"Makasih ya mbak, aku ke atas lagi ya," pamit Gadis itu pada wanita paruh baya yang dia sapa dengan Mbak Diana.

Saat dia akan meninggalkan ruangan itu, tiba-tiba terdengar sapaan dari arah salah satu kubikel yang tak jauh dari Mbak Diana tadi.

"Gabi, nanti kita makan bareng ya!" Ajak seorang laki-laki padanya.

"Robin, namaku 'Helena Gabriel' ... please call me Helen or Elena, dan jawabanku adalah tidak atas pertanyaanmu." kata Gadis itu bergegas meninggalkan ruangan tersebut.

Orang-orang yang ada di ruangan itu hanya terkekeh kecil dengan tingkah gadis itu, entah berapa kali dalam sehari dia menjelaskan namanya kepada semua orang yang ada di kantor tersebut, jika mereka memanggilnya dengan sebutan 'Gabi'.

Seperti yang tadi disebutkan oleh gadis itu, dia bernama Helena Gabriel, gadis berkulit putih langsat khas Asia, hasil dari campuran gen ibu yang merupakan Melayu Malaysia dengan Bugis. Sedangkan ayahnya adalah keturunan Tionghoa dan Banjar Kalimantan.

Bayangkan saja berapa banyak darah yang bercampur di dalam tubuh gadis yang akrab dipanggil Helena itu. Uniknya, dia justru lahir di Sumatera Barat saat kedua orang tuanya sedang berlibur kesana, dibantu oleh bidan setempat, karena memang kelahiran tanpa diduga.

Ya, dia sangat spesial dengan sejuta pesona yang dia miliki, bahkan tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain. Meski banyak juga yang menganggapnya tidak sopan atau over-akting, tampaknya gadis itu tidak peduli dengan cibiran yang diberikan oleh orang lain terhadapnya.

"Ups ..., hati-hati Helena!" tegur seseorang menangkap tubuh Helena yang hampir terjatuh karena tersandung kakinya sendiri.

"Ah, maaf pak, terima kasih." Ucap Helena memasuki lift bersama Lelaki bertubuh tinggi dan besar yang tadi menangkapnya saat hampir jatuh. Di dalam lift juga ada beberapa orang.

"Habis bertemu dengan Diana?" tanya lelaki itu melihat map yang dipegang gadis itu.

"Iya pak, mau rekap data," kata Helena bersemangat.

"Sepertinya seksi bidang Administrasi akan menjadi yang paling sibuk di akhir tahun, ya? hehe," kekeh lelaki itu. Dia adalah seorang Manajer Keuangan. Seorang lelaki berumur sekitar 50 tahun-an yang dulunya memiliki anak seusia Helena namun meninggal karena penyakit bawaan. Karena itulah dia memperlakukan Helena dengan sangat baik, dia memperlakukan Helena layaknya seperti putrinya.

"Bagian keuangan sepertinya juga sibuk," kata Helena mengingat teman satu kosannya bekerja di bagian Akunting.

"Ya, sesibuknya mereka, tidak akan sesibuk kalian, walaupun hanya merekap data, kalian harus melakukannya dalam waktu yang lama." Kata Lelaki itu menepuk kepala Helena yang terlihat sangat pendek di sebelah lelaki itu.

"Bapak benar, tolong merdeka kan bagian Administrasi!" keluh Gadis itu seperti ingin menangis tapi, itu hanya guyonan.

"Ah, sudah sampai. Pak, saya duluan, ya." Kata Helena berpamitan meninggalkan lift saat dia tiba di lantai lima.

Helena memasuki ruangan Divisi Personalia, di dalam ruangan itu ada beberapa seksi atau bidang di bawah naungan Kepala Personalia, yang ruangannya ada di dekat pintu masuk. Ruangan yang disekat dengan ukuran 2 Meter kali 2,5 Meter.

Setiap seksi dibedakan berdasarkan warna Kubikel. Seksi Humas berwarna biru, Diklat berwarna coklat, sedangkan Administrasi berwarna abu-abu cerah, seperti warna silver.

Helena membawa map yang telah dijemputnya ke tengah ruangan, di sana ada beberapa meja tempat berdiskusi. Adam dan yang lainnya sudah menunggu di sana dengan kertas yang bertumpuk, serta berserakan.

"Ini pak," kata Helena menyerahkan dengan tangan kanan, lalu tangan kirinya mengambil kursi untuk duduk.

"Nah, kalian cek data pengeluaran tim Marketing, bandingkan dengan tim Produksi, saya lihat ada kejanggalan," kata pak Adam mencatat pada binder khusus yang memang menjadi hal wajib dimiliki tim Administrasi, meski mereka punya data utama, mereka harus punya data cadangan.

"Aku kira aku sendiri yang mikir itu janggal di bulan Juni, dan Oktober kemarin," kata wanita dengan alis mata cetar membahana. Dia bernama Mirna, senior di divisi Administrasi, dia sudah bekerja disana sejak 6 tahun yang lalu.

"Itu pengeluaran parfum?" tanya Helena menelusuri bindernya yang berwarna pink. Benar-benar berbeda dari yang lain yang berwarna tosca.

"Iya." Jawab singkat Mirna dengan menunjukkan hasil catatannya.

"Di pengeluaran bros telinga dan gelang kaki juga ada kejanggalan di bulan yang sama dengan Ante Mirna," kata Helena menunjukkan sesuatu dari dalam ponselnya.

"Aku coba cek ulang di rumah, aku kira aku salah tulis, ternyata memang ada yang kurang!" kata Helena menunjukkan file yang dia screenshot.

Diskusi itu pun terus berjalan hingga saat mereka sadar, kalau sudah waktunya istirahat siang. Itu pun karena Kepala Personalia yang mengingatkan mereka yang asik dengan data-data di hadapan mereka.

Gadis itu langsung meninggalkan meja, menenteng tempat bekal makan siangnya menuju taman belakang perusahaan, sebuah pesan telah masuk kedalam ponselnya bahwa teman satu kosannya telah menunggu di tempat biasa.

Helena tinggal di sebuah kos-kosan yang tidak dekat dengan perusahaan, karena itulah dia harus menggunakan bus atau ojek karena jaraknya sekitar 7 km dari perusahaan. Di kost itu dia tinggal sendirian di kamar, karena memerlukan waktu sendiri juga saat pulang dari kerja.

Meskipun point utamanya adalah karena dia seorang pemalas dalam hal membereskan barang-barang. Dia baru akan membereskan kamar kos sebelum tidur atau kamar benar-benar sudah seperti habis kemasukan maling.

Selain itu dia tidak bisa tidur jika ribut, tidak akan nyaman jika dia meminta temannya yang sedang menelepon dengan pacarnya untuk diam. Terlebih dirinya jomblo.

"Dek, kami mau keluar, kamu nitip ga?" tanya Nora seorang wanita yang berusia sekitar 29 tahun, dan juga senior di timnya.

"Makaroni goreng, super-super ped ... akhhh ... makan siangku!"

.

.

TBC