Chereads / Sleeping with The Devil / Chapter 25 - Kelicikan Eve

Chapter 25 - Kelicikan Eve

"Di sana jangan menyapa para tamu pria, Gisel. Jangan berpelukan atau berciuman. Kamu hanya boleh membalas sapaan mereka dengan senyuman tipis dan jangan berusaha memasang raut wajah manis," ucap Kenzo ketika selesai menarik resleting gaun Gisel.

Gisel yang mendengar peraturan tersebut hanya diam dengan mulut rapat. Rasanya bingung harus bersikap bagaimana dipesta nanti dengan banyaknya aturan yang Kenzo berikan. Dia takut jika di sana dia malah akan dicap sebagai wanita sombong dan angkuh oleh para tamu undangan. Namun, menolak aturan yang sudah Kenzo tetapkan juga bukan hal yang baik. Hingga dia merasakan dekapan dari arah belakang, membuatnya tersentak kaget dan menatap ke arah sang pelaku.

"Kenapa diam? Kamu tidak mendengarkanku berbicara?" tanya Kenzo dengan suara dingin, tepat di depan wajah Gisel.

Gisel yang ditanya langsung menelan saliva pelan dan menggelengkan kepala. Dia mendengar apa yang baru saja Kenzo katakan. Bahkan dengan jelas masih mengingat peraturan aneh yang baru saja kakaknya katakan. Namun, dia bingung harus menjawab apa. Pasalnya, ada perasaan tidak terima dan juga penolakan yang ingin Gisel layangkan. Hanya saja, dia merasa ragu jika pendapatnya akan didengarkan oleh Kenzo.

"Gisel, kamu dengar apa yang aku katakan, kan?" tanya Kenzo kembali karean Gisel hanya diam dan menjawabnya dengan anggukan.

Gisel yang mendengar nada suara Kenzo mulai berubah langsung berdehem dan berkata, "Iya, Kak. Hanya saja …." Gisel menggantung ucapan dan menatap ke arah Kenzo ragu.

"Hanya saja apa?" tanya Kenzo dengan kedua mata menyipit, menatap Gisel dengan penuh curiga.

Gisel yang mendapat tatapan tajam hanya diam, ragu untuk mengutarakan apa yang ada di pikirannya. Rasanya, jika berhadapan dengan Kenzo dia selalu mearsa takut dan tidak percaya diri. Entah kenapa, tetapi selalu banyak hal yang terus saja dipertimbangkan, seakan tidak ingin membuat pendapat yang salah dan mendapat amukan dari sang kaka. Hingga dia merasakan kecupan di bagian leher, membuat Gisel tersadar dari lamunan.

"Kamu mau mengatakannya atau kita habiskan waktu kita di kamar ini saja, Gisel?" tanya Kenzo, tanpa menghentikan aksinya. Dia masih memberikan kecupan ringan di sekitar leher dan pundak Gisel yang terbuka karena gaun yang dikenakan tidak menutup bagian atas.

"Tapi Kakak sudah berjanji dengan Kak Eve akan membawanya ke pesta," ucap Gisel sembari mencoba menahan rasa geli di bagian lehernya yang terus mendapat serangan dari Kenzo.

"Aku bisa membatalkannya kalau kamu memang menginginkannya, Gisel," sahut Kenzo sembari menunjukkan senyum iblis.

Seketika, Gisel yang mendengar membelalakan kedua mata lebar, terkejut dengan apa yang baru saja Kenzo katakan. Dia tidak menyangka jika Kenzo akan dengan mudah membatalkan janji padahal Eve adalah tunangan pria tersebut. Sedangkan mengenai pesta, Gisel yakin jika pesta kali ini diadakan untuk ucapan terima kasih dengan Kenzo dan pastinya pria tersebut yang akan menjadi pemeran utama hari ini. Hingga dia merasakan jemari Kenzo yang mulai menarik resletingnya turun, membuat Gisel langsung menahan dan langsung berbalik, menatap lekat ke arah Kenzo.

"Aku hanya berpikir, bagaimana caranya untuk menolak kalau mereka mengajak bersalaman," ucap Gisel dalam sekali napas dan mendesah ketika selesai. Rasanya lega karena sudah mengungkapkan isi di pikirannya.

"Aku takut mereka mengira kalau aku angkuh, Kak. Kalau itu terjadi, bukankah akan membuat nama keluarga kita menjadi buruk," tambah Gisel, tetapi kali ini dengan suara lirih, takut jika Kenzo malah akan memarahinya karena sejak tadi pria tersebut hanya diam dan menatapnya tajam.

Hening. Kenzo masih saja diam, tidak berusaha menjawab perkataan Gisel. Tidak perlu menerima jika memang itu tidak bisa, tetapi setidaknya ada respon yang diberikan agar Gisel terbebas dari rasa tidak nyaman. Hingga membutuhkan waktu hampir dua menit sampai pada akhirnya Kenzo melepaskan dekapan.

"Kak, ak –"

"Kalau begitu, selama di sana jangan jauh dariku," sela Kenzo dan langsung melingkarkan tangan Gisel di lengannya.

"Tapi di sana Kakak –"

"Aku di samping kamu, Gisel. Jadi, jangan banyak bicara," potong Kenzo kembali, tidak ingin mendengar protes Gisel berulang kali.

Gisel yang sudah mendengar keputusan final Kenzo hanya mampu diam dan menutup mulut rapat. Dia mulai melangkahkan kaki, menuju ke arah pintu kamar hotel dengan perasaan tidak karuan.

Astaga, kalau sampai kak Eve lihat, dia pasti akan mengamuk, batin Gisel dengan perasaan tidak karuan.

***

Gisel menarik napas dalam dan membuang perlahan ketika mendapat tatapan tajam dari arah Eve. Kali ini, dia tengah melangkah masuk dengan Kenzo sebagai pasangannya, seperti apa yang Kenzo katakan ketika di kamar. Pria tersebut akan di samping Gisel, mengantisipasi tamu undangan yang akan mengajak Gisel berkenalan dan sebagainya. Pasalnya, sebagai putri dari keluarga Kingsley, Gisel jarang sekali menunjukkan batang hidungnya. Media selalu menutup berita mengenai wanita tersebut dan malam ini dia hadir dengan pakaian indah serta riasan yang begitu cocok, membuatnya menjadi sorotan seluruh tamu undangan.

"Tenang, Gisel. Jangan terlihat tegang. Tidak akan ada yang menjatuhkan bom di kepala kamu," bisik Kenzo ketika sadar dengan ekspresi wajah Gisel.

Gisel yang mendengar langsung melirik ke asal suara. Jujur, dia ingin sekali merutuki ucapan Kenzo kali ini, tetapi hanya mampu terucap dalam hati karena dia sadar jika Kenzo mendengar hal tersebut hanya akan menjadi masalah. Kakinya memilih melangkah, sesekali menatap ke arah lain dan mencari Eve yang tidak lagi terlihat.

Dia kemana, batin Gisel penuh tanya. Dia masih ingat dengan reaksi Eve yang menahan kesal ketika Kenzo mengatakan akan menjadikan Gisel sebagai pendamping karena permintaan sang papa. Sedangkan Eve harus datang bersama Arkan. Meski sebenarnya Gisel tahu itu hanya alasan Kenzo untuk menjauh dari Eve. Tidak mengajak akan membuat masalah, tetapi jika diajak Kenzo juga enggan berjalan bersama. Itulah yang dikatakan Kenzo ketika Eve dan Arkan sudah memasuki ruangan pesta lebih dulu.

Sedangkan di sudut lain, Eve masih saja diam, menatap ke arah Kenzo dan Gisel yang masih sibuk bersalaman dengan para tamu. Wajahnya masih menunjukkan ekspresi datar, masih merasa kesal karena lagi-lagi dia kalah dengan Gisel. Hingga manik matanya menatap seorang pelayan yang sedang memberikan minuman, membuatnya mengulas senyum sinis dengan sebelah bibir terangkat.

Eve langsung melangkahkan kaki, menuju ke arah meja dan mengambil minuman. Tangannya langsung mengeluarkan sebuah obat dan memasukkan ke dalam minuman. Senyumnya semakin melebar ketika melihat bubuk yang dia campurkan sudah menyatu dengan air. Dengan cepat, dia memanggil sang pelayan dan memberikan intruksi agar minuman tersebut diminum oleh Gisel.

Kali ini, aku akan melihat kamu jatuh, Gisel, batin Eve dengan senyum penuh kemenangan. Rasanya begitu bahagia, membayangkan jika Gisel melakukan hal di luar batas. Bukan hanya akan menjauh dari Kenzo, tetapi Eve yakin keluarga Gisel juga akan membuangnya.

"Dan mengenai Kenzo, aku akan minta orang lain membelikannya lagi," gumam Eve dan melangkah menjauh.

***