Aku terduduk sendirian di kursi yang ku siapkan untuk melakukan dinner malam dengan Elmeera, sebagai kejutan di hari ulang tahunnya yang seharusnya dirayakan hari ini. Hanya ku tatap hidangan yang berada di hadapan ku, dengan seksama. Ku buat tumpuan dagu ku, pada kedua ujung tangan ku.
Tidak ku makan hidangan itu, hanya ku tatap hidangan tersebut tanpa mau ku palingkan. Pandangan ku, ku edarkan ke seluruh sudut meja di hadapan ku ini, menyaksikan semua hidangan yang baru saja aku sediakan untuk Elmeera kini menjadi pajangan saja.
"Kalau saja kalian bisa bicara, mungkin akan saya ajak ngobrol sekarang. Tidak hanya duduk sendirian di sini, kan?" Gerutu ku sambil ku mainkan Sendok juga garpu yang ku taruh di piring.
Semua makanan hanya ku aduk, setelah itu ku diamkan dan ku aduk kembali. Terus dan terus seperti itu, tanpa henti ku lakukan.
Bosan melakukan hal itu, lalu ku sandarkan kepalaku di kursi namun pandangan ku masih lurus menatap hidangan tersebut. Jari-jemari ku mengetuk meja secara bergantian, mengikuti pergerakan pada jarum jam.
Mataku beralih menatap langit-langit, di sana terlihat bayangan tentang Elmeera yang sedang tersenyum lebar padaku. Dia menari dalam pikiranku, namun dengan kondisi yang sangat membuat ku terkejut. Kalian tahu dengan keadaan apa Elmeera menari? Karena otakku kotor, maka aku melihat bayangan Elmeera menari dalam keadaan yang polos tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya.
Sangat menikmati keadaan itu, mengingat aku tidak bisa menyentuh tubuh Elmeera di alam nyata. Hanya membayangkan di angan bagaimana bentuk tubuh Elmeera, jika mau bermesraan dengan nya. Sebenarnya aku lelah bersikap seperti ini pada Elmeera, tapi aku selalu ingat akan perbuatan kedua orang tua Elmeera jika aku menatap wajahnya.
"Arghhh!!! Sialan!!!!" Raungku kesal. Beberapa sendok makan yang ku simpan tadi, aku buang hingga terlempar jauh dari dekatku. Marah karena sesuatu hal telah mengganggu kebahagiaan ku.
kejadian itu bukan hanya hari ini, di saat aku sedang terfokus memikirkan Elmeera tiba-tiba ada sekelebat bayangan yang menghampiri ku, padahal aku sedang berada dalam kenikmatan yang hakiki membayangkan perbuatan kotorku yang aku lakukan bersama Elmeera. Hah, sayang nya bayangan tentang wajah mamah datang menghalangi wajah Elmeera yang tadi menari dalam kepalaku. Aku jadi membenci Elmeera lagi, dan menghilangkan niatku bersikap baik padanya.
Bayang wajah yang ada dalam diri Elmeera, kini bukan dia yang aku lihat. Tapi bayangan kejadian tentang beberapa tahun yang lalu. Di mana aku mulai mengetahui tentang siapa orang yang telah menghancurkan kebahagiaan kami.
Di sana terpangpang jelas tentang kejadian itu, semuanya tidak ada yang terlewat. Kejadian itu yang menyelimuti perasaan ku terhadap Elmeera, walaupun aku berusaha untuk menghapus rasa benci itu dari pikiran ku hingga membuat aku tidak bisa melakukannya.
Andai aku bisa bicara pada bayangan itu, mungkin akan aku tanyakan kepadanya tentang, sebuah pertanyaan yang sederhana. Aku akan bertanya bahwa, 'kapan aku bisa bahagia bersama Elmeera?' Dan kapan rasa kebencian itu bisa hilang dari kepalaku?
"Kenapa dengan saya, kenapa bayangan ini tidak bisa hilang dari kepala? Saya juga ingin bahagia, tolong lepaskan saya!" Teriakku sambil mengacak rambut ku.
Ku sapu kasar wajahku, untuk mencoba menghilangkan nya.
Semakin ku paksakan supaya bayangan itu hilang, semakin ku rasakan sakit yang luar biasa di kepalaku. Rasanya kepala ini mau pecah, hingga tak mampu aku menghindari nya.
Tidak mau tetap berada di tempat ini, segera aku berlari menuju kamarku. Semoga saja dengan beristirahat rasa sakit ini bisa segera hilang. Sehingga aku bisa kembali merasakan kebersamaan ku dengan Elmeera dalam bayangan, atau aku bisa beristirahat dulu lalu bayangan itu hilang dari ingatan ku.
Kaki mulai menapaki lantai atas, berhenti di pintu masuk kamar menatap lurus ke arah sana membayangkan bahwa Elmeera sedang terlelap dalam tidurnya.
"Tidurmu pasti sangat nyenyak El, apakah kamu sedang memimpikan saya?" Berdiri di depan pintu masuk, lalu ku sentuh pegangan pintu itu tanpa ku buka.
Dan seharus nya aku berada di sana, tidur bersama istriku. akan tetapi kamar itu adalah ruangan yang jarang ku tempati, selama aku menikah dengan Elmeera kamar itu menjadi asing bagiku.
Takut, takut kalau Elmeera tidak nyaman dengan kehadiran ku, yang pastinya selalu marah jika berada di dekatnya.
Tak mau mengganggu kenyamanan nya, ku alihkan pandangan itu ke arah pintu masuk kamar yang berada di sebelah nya, di sana ruangan tempat aku menyepi sendiri tanpa siapapun yang mengganggu. bisa dikatakan bahwa itu kamar pribadi ku, yang ku gunakan untuk menghindari Elmeera.
Pintu mulai ku buka, kaki ku buat masuk ke dalam lalu melangkah menuju tempat tidur secara perlahan. Ku jatuhkan badan ku di ranjang tidur berukuran size besar, lalu ku gulung badan ini dengan selimut tebal hingga menutupi sekujur tubuhku.
Di balik selimut tebal ini aku berusaha untuk sembunyi dari semuanya. Dari mimpi buruk yang hampir tiap malam mendatangi ku. Tidak ada yang tahu jika setiap malam aku tidak bisa tidur nyenyak seperti orang lain. Sebab aku selalu menyimpan tentang mimpi buruk selalu mampir ke dalam tidurku ini dari orang-orang, termasuk Elmeera. Mimpi itu sudah berhasil membuat aku dalam ketakutan yang luar biasa.
"Tuhan! Semoga mimpi itu tidak datang malam ini, biarkan saya tidur dengan nyenyak." Lirihku dalam doa yang ku panjatkan.
Sungguh jika aku harus memilih dan bisa aku lakukan, mungkin aku memilih untuk tidak tidur setiap hari. Aku akan memilih untuk terjaga sepanjang malam, sehingga membuat aku tidak bertemu dengan mimpi itu.
Akan tetapi apalah daya ku, aku hanya seorang manusia biasa yang tidak bisa melakukan semua itu.
Dentingan jam dinding terdengar mengudara, haripun sudah sangat gelap itu artinya hari sudah pukul dua belas malam. Kini tidurku mulai resah, keringat dingin mulai mengucur hingga membasahi seluruh badanku.
Berteriak, memohon, dan ketakutan, namun mataku masih dalam terpejam. Badanku yang tidak mau diam, berontak ingin segera lepas dari sesuatu. Sedangkan nafasku terasa sesak, urat nadiku bagaikan berhenti berdenyut, dan seketika itu sekujur tubuhku mati total. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya menjerit meminta seseorang membantu ku.
"Arghh…. tolong jangan, jangan lakukan itu!" Raungku dengan suara yang mendesah pelan.
Dan, deg..
Sesuatu seakan menimpa tubuhku, yang membuat aku terkaget hingga aku seketika terbangun dari tidurku.
Mataku terbuka lebar, menatap ke atas langit-langit bangunan ini, nafas yang ngos-ngosan seperti habis lari maraton. Aku terdiam akibat syok berat yang aku rasakan.
"Mas, mas Raka! Mas Raka kamu kenapa?" Elmeera memanggil namaku, dia menggoyahkan tubuhku yang tidak bergerak sama sekali. Hanya terdiam dengan tatapan dibuat membulat besar.
"Mas Raka! Kamu bisa mendengar aku kan? Mas tolong jawab aku, jangan buat aku khawatir seperti ini!" Tanya Elmeera dengan tatapan penuh kekhawatiran.
Perlahan ku menoleh ke asal suara itu, aku melihat Elmeera sudah berada tepat di dekatku. Namun tidak jelas, karena pandangan ku masih buyar belum sepenuhnya jelas.
"El, kamu?" Jawabku dengan suara yang bergetar, menahan ketakutan yang tiada duanya. Ku kucek-kucek mataku, agar pandangan ku bisa kembali normal.
"Mas! Kamu bermimpi buruk?" Elmeera mengambilkan air lalu meminumkannya padaku.
Saking hausnya aku, air yang memenuhi gelas itu habis tak bersisa. Mungkin air itu sebagai pengganti keringat ku yang kini mengucur deras di badanku. Mimpi itu nyatanya masih menghantuiku, dan sudah mendarah daging di tubuh ku. Tidak mungkin bisa hilang, walaupun aku berusaha inginkan hal tersebut.