Chereads / Antara Cinta dan Kebencian / Chapter 17 - Si pengganggu

Chapter 17 - Si pengganggu

Aku tepiskan bayangan masa lalu, tentang bayangan yang sangat memalukan itu. Dari pada aku harus terpesona dengan keindahan yang hanya ada di angan, lebih baik aku segera mandi dan bersiap untuk pergi bekerja. Pagi ini ada meeting penting bersama klien besar, yang Alhamdulillah nya mereka mau bekerjasama dengan perusahaan ku.

Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini, apalagi sampai membuat mereka kecewa. Jangan hanya karena bayangan masa lalu, aku membuat mereka mereka menunggu kemudian membatalkan kerjasama tersebut. Untunglah Meeting itu di lakukan pukul sembilan pagi. aku lihat sekarang jarum jam sudah bergerak ke angka delapan, itu artinya tinggal tersisa satu jam kesempatan aku untuk bersiap, belum lagi lamanya di perjalanan yang terkadang suka macet.

Andai aku tidak buru-buru membersihkan badan ini, maka sebentar lagi akan terlambat jadi aku harus cepat-cepat melakukannya sekarang juga.

Ku genggam pegangan pintu, kemudian ku buka untuk masuk kedalam. Sedangkan Elmeera masih setia menemani ku, menunggu jawaban dari ku untuk menerima tawaran darinya.

"Kamu ngapain masih disini, bukannya siapin saya sarapan pagi?" Ku hentikan sejenak langkah kaki ku, lalu ku buat mundur sedikit kemudian menoleh ke Elmeera yang masih saja berdiri di dekatku.

"Tapi mas belum memutuskan bahwa mas tidak terima tawaran dari ku barusan. Mas juga tidak memintaku untuk pergi kebawah untuk membuatkan mas sarapan," sahut Elmeera dengan polosnya dia menjawab padaku.

Lumayan gedek juga mendengar pernyataan dari Elmeera yang tidak ada tandingannya dengan apapun, mengesalkan.

"Hah? Kamu.... maksudnya apa? Kamu ini benar-benar tidak guna menjadi istri, kamu lebih pantas jadi patung saja untuk menakut-nakuti para maling yang akan memasuki rumah ini agar mereka tidak berani mengambil barang berharga di dalam rumah ku. jika aku gunakan kamu berjaga di depan sana, mau maling juga mikir dua kali untuk masuk kedalam. Mereka akan lebih memilih untuk menculik kamu daripada mencari barang-barang. Aku juga akan lebih rela membawa kamu pergi jauh-jauh dari saya." Cecarku dengan memicingkan pandangan ku ke arah nya, sedikit berharap juga dia hilang di gondol maling sana.

Kenapa wanita ini begitu berubah dia menjadi semakin lambat dan tidak sepintar dulu sewaktu kami masih muda. Dia sering membuat ku geregetan, ingin sekali aku menerkam nya hidup-hidup. Namun aku urungkan niat itu, selain aku tidak tega karena aku ini adalah manusia bukan hewan pemangsa makhluk hidup. hanya bisa geleng-geleng kepala dan pergi menjauh dari nya, daripada aku harus tetap berada di dekat Elmeera.

Ku melanjutkan maksud ku untuk mendi dan bersiap untuk pergi ke kantor.

***

Langkah kaki mulai menapaki anak tangga rumahku, menghampiri Elmeera yang sudah menyediakan sarapan di meja makan. Segera aku menghampiri tempat itu, untuk melakukan sarapan sebelum berangkat.

Terlihat Elmeera juga menyambut ku, dan mempersiapkan tempat duduknya.

"Ayo mas, kamu duduk sini!" Lontar Elmeera sambil menarik kursi itu supaya aku bisa dengan mudah menduduki tempat tersebut.

Elmeera melakukannya dengan ikhlas dan setulus hati. Berusaha untuk menjadi yang terbaik untukku, pria yang telah membuat dirinya menderita bagaikan hidup berada dalam neraka. sebenarnya aku ingin melakukan apa yang biasanya aku lakukan, memarahinya tanpa alasan atau yang paling aku suka pada saat melihat dia menangis. Merupakan sebuah hiburan kecil bagiku, mendengar isak tangis Elmeera adalah kebahagiaan terdalam untukku karena merasa puas aku bisa membalas suara tangis dari wanita yang telah melahirkan aku.

Namun untuk saat ini, sebaiknya aku tidak melakukan apa-apa selain sarapan karena waktu meeting ku sudah semakin mepet saja. Bisa jadi aku terlambat menemui klienku. Ku ambil sehelai roti tawar kemudian aku baluri dengan selai strawberry kesukaan ku.

Dan tak lupa ada bantuan dari tangan Elmeera yang ikut terlibat, sehingga memudar aku untuk lebih cepat melakukan sarapan nya.

Drt…drt…drt….

Baru juga satu gigitan pada roti selai strawberry, suara gawai sudah nyaring terdengar. Sepertinya ada seseorang yang sedang menghubungi ku. Segera ku hentikan sejenak aktivitas sarapan, untuk menjawab telepon tersebut. Takut dari klienku atau hal penting lainnya.

Ku rogoh ponsel yang sengaja aku simpan di kantong saku celana, supaya mempermudah di saat aku ingin menjawab telepon. Ku lihat nama yang tertera di layar ponsel ku, ternyata itu bukan nomor dari sekretaris ku di kantor atau nomor klien yang saat ini mau melakukan meeting bersama ku.

Ada nomor lain yang nyatanya lebih penting dari apapun di dunia ini. Pasti ada masalah yang sedang terjadi di tempat itu, sehingga membuat orang ini mau menghubungi ku.

Dengan bergegas aku menjawab telepon darinya agar tidak ada perasaan khawatir padaku. Akan tetapi Elmeera sedikit menganggu aktivitas ku, pada saat berbicara dengan orang yang ada di sambungan telepon.

"Siapa yang menghubungi mu, mas?" Tanya Elmeera dengan sedikit mendongakan kepalanya ke arah dimana ponselku berada.

Ku hela nafasku dalam-dalam, untuk membuat diri ini supaya tidak terpancing emosi. Tidak ku jawab pertanyaan dari Elmeera, aku lebih memilih untuk tidak menghiraukannya. Segera aku beranjak dari tempat dudukku, untuk memulai percakapan tanpa ada Elmeera.

"Apa sudah terjadi sesuatu sehingga kamu menghubungi ku?" Tanyaku langsung tanpa ada basa-basi.

"Ya. disini sedang terjadi sebuah masalah yang membuat kami tidak bisa melakukan apa-apa. Kami harap tuan bisa turun tangan untuk mengatasi masalah ini! Kami tidak sanggup menghadapi mereka, yang lebih kuat dan lebih berhak akan posisi mereka dan bertukar menjadi kedua orang tua" Lontar seseorang dengan suara bergetar hebat. Dia berharap jika aku bisa segera datang menemui mereka, dan memutuskan untuk mengambil hak yang menjadi milikku dan sebagai penyemangat hidup ku.

Aku mendengar ada seseorang yang sedang berusaha untuk mengganggu ketenangan ku, melalui tempat itu.

"Apakah mereka masih berada disana, belum pergi sampai sekarang? Kalian sudah benar-benar mengusir mereka?" Seru ku membuat nada bicara sedikit aku naikkan volume nya.

"Mereka tetap tidak mau pergi. Mereka malah bersikap kasar terhadap kami, dan lebih kasar dari kami. Mereka marah-marah tidak jelas meskipun aku berusaha untuk tidak melakukan kekerasan, apalagi sampai mengeluarkan kata-kata kotor di saat bicara dengan mereka. Memang kenapa mereka tidak mau jauh dari tempat ini?" Ku genggam erat ponsel yang berada di tangan ini, Mungkin aku melampiaskan Kemarahan ini dengan cara menghancurkan benda kecil tipis di tanganku, sebisa mungkin aku itu sangat membantu aku untuk menghilangkan kemarahan ini.

Dengan begitu aku tidak harus terus menerus untuk melihat keberadaan mereka dalam kehidupan ku, mereka akan menghentikan untuk tidak mencari masalah dengan ku. Jika seperti itu, maka aku harus segera menemui mereka untuk membuat mereka kapok berurusan dengan Araka.