"Haha!! Emang enak?? Jangan bermimpi gue mau berbaikan sama lu, ingat ini!! Dah cewek kotor, cocok sekali dengan kehidupan lu yang miskin!!"
"Dasar miskin!!" Cika mendorong bahu Qonin yang syok karena serangan air kotor mengenai matanya juga, sehingga Qonin masih memejamkan mata berjalan meraba-raba dinding menuju wastafel.
Aku harus cepat mencuci muka, sebelum terkunci di dalam toilet ini, batin Qonin sambil membasuh muka dengan cepat.
"Cika ... Cik!!" panggil Qonin, dia tidak menemukan seorang pun di dalam toilet.
Kemudian Qonin berlari menuju pintu yang masih terbuka, dia sedikit senang ketika Cika tidak menguncinya dari luar.
"Ternyata cuma pikiran burukku saja," gumam Qonin berdiri di tengah pintu.
Tiga orang siswi beda kelas sama Qonin mau menggunakan toilet, mereka saling pandang melihat baju putih abu-abu milik Qonin berwarna coklat dan bau lagi. Mereka memencet hidung dengan pandangan aneh berkata.
"Ihhh jorok sekali!! Minggir kami mau ke toilet!!" seru salah satu mereka yang berambut pendek.
Sontak Qonin melihat pakaiannya, lalu mengendus lengan yang baunya memang tidak enak, dia memberi jalan mereka sambil bilang, "Ahh maaf."
Qonin masuk ke dalam lagi menuju wastafel, dia melepas seragam atasnya tanpa ragu karena dia mengenakan kaos tipis untuk lapisan setelah pakaian dalamnya.
"Duh!! Mana Hands soap-nya habis lagi!!" gerutu Qonin mengucek seragam di dalam wastafel, dia rasa cukup ketika noda coklat itu tersamar, setelah itu dia peras dan keringkan dibawah Hand dryer.
Tiga cewek menggunakan kamar mandi dengan singkat, lantaran mereka tidak tahan melihat maupun mencium bau anyir seragam Qonin.
"Dia bukannya Qonin si Juara Umum?? Ternyata sifat aslinya berpenampilan buruk ya, apa mungkin dia males mencuci baju," cibir salah satu dari mereka terdengar saat meninggalkan toilet.
"Haishhh!! Kenapa hal buruk di SMP itu terulang lagi?? Apapun yang terjadi aku tidak boleh terlihat lemah, kejadian ini cukup hari ini saja!!" Qonin memandang bayangannya di dalam cermin seraya menyemangati diri.
Seragam Qonin sudah kering, dia mengendusnya lagi masih tertinggal bau anyir sebelumnya, "Emmphh ... Bagaimana caranya menghilangkan bau ini?"
Hampir 30 menit lamanya Qonin di dalam toilet, akhirnya dia keluar juga dengan senyuman mengembang percaya diri menuju kelas.
"Ehh gila!! Lu tau gak muka dia pas tersiram air kotor, ha ha ha ... lucu sekali!!" Cika menceritakan kejadian di dalam toilet bersama Qonin, dia tidak berhenti tertawa karena puas sudah bisa mengerjai Qonin.
"Parah lu, Cik!! Kok bisa punya ide seperti itu," timpal Yesi, dia yang mengetahui Qonin memasuki kelas berhenti tertawa, lalu dia bergumam lirih, "Eh ... eh!! Lihat tu, Cik!!"
"Apaan sih?" tanya Cika.
Deretan bangku paling depan berkomentar ketika Qonin melewati mereka, "Wangi sekali!! Parfumnya apa ya?? Kayaknya aku sering mencium bau ini?"
Qonin senang mendengar komentar temannya, seragam yang kotor dan bau tersamar sudah dengan siasat Qonin. Dia berkata dalam hati, wangilah!! Pengharum ruang di toilet ini enak juga baunya, ha ha ha.
"Tuh ... tuh liat?? Dia baik-baik saja, bahkan tersenyum cantik begitu. Lu mengarang cerita ya?" Yesi meragukan cerita Cika.
Cika tidak menjawab, matanya tajam mengikuti Qonin berjalan sampai duduk dibangku, sedangkan tangannya bergetar hebat meremas buku lurus itu menjadi gumpalan bola kertas.
"Cewek sialan itu bagaimana bisa membersihkan seragamnya secepat itu?" Cika bergumam dengan suara yang menyeramkan membuat Yesi segera kembali ke bangkunya sendiri.
Aura menakutkan dari Cika ditanggapi Qonin dengan santai, dia sudah menanamkan kata pada dirinya untuk tidak terlihat lemah, agar si penindas itu jera sendiri merundungnya.
"Ren, soal bahasa Inggris tadi disuruh mengerjakan halaman berapa?" tanya Qonin yang sudah membuka buku.
Cika semakin tidak tahan melihat sikap Qonin yang biasa saja begitu, dia sangat kesal dan mendorong kursinya dengan sangat kuat.
"Bau sekali di dalam sini!!" ucap Cika mengentakkan kaki keluar dari kelas.
Semua siswa di dalam dibuatnya terheran dengan kelakuan Cika, beberapa dari mereka menggeleng, menanggapi, "Dia kenapa?? Kesambet penunggu sekolah ini kali ya?"
Qonin ikut menyaksikannya, dia hanya tersenyum penuh kemenangan, lalu dia kembali mengerjakan tugas.
Tom yang menyaksikan dari belakang ikut keluar kelas, dia menangkap kebencian Cika terhadap Qonin, seperti halnya dengan dirinya.
Bel istirahat berbunyi nyaring, Qonin selesai tepat saat bel berkumandang. Kemudian dia dengan sigap berdiri untuk menyerahkan tugasnya ke Yesi, "Yes, kali ini mau aku bantu?"
"Ahhaha!! Gak usah," timpal Yesi sambil tersenyum, ketika melewati Qonin wajahnya langsung berubah masam sambil berkomat-kamit mengumpat Qonin.
Seperti biasa dalam sekejap kelas itu kosong hanya menyisakan beberapa siswa yang masih betah tinggal di kelas, Qonin berbalik jalan pergi ke kelasnya Lisa. Baru dapat beberapa langkah, Lisa dan 2 teman lainnya masuk kelas untuk mencari Cika.
"Eh kalian kesini!! Ayok ke kantin!!" ajak Qonin bungah.
"Ehh Qonin, iya kami kesini mencari Cika," jawab Rose takut kalau-kalau ketahuan Cika nanti bisa dimusuhi.
Lisa diantar temannya itu menunduk, seperti sedang menyembunyikan kejahatan yang sudah dia perbuat.
"Ohh!!" jawab Qonin malas ketika ingat kelakuan Cika terhadapnya.
"Dia gak ada deh kelihatannya, ayo kita ke kantin saja!!" ajak Jeni.
"Ayok!!" timpal Qonin bersemangat, meskipun 3 temannya tidak segirang dia, tapi dia mencoba bahagia.
"Ehmm Qonin, maaf ya. Kita gak bisa bareng dulu ya!! Kami akan pergi ke kantin sendiri," ucap Jeni, dia segera mengajak yang lain pergi dari sana.
"Hah!! Cika sudah ngomong apa sih?? Kenapa semua teman menjauhiku, tidak boleh dibiarkan ini!!" Helaan napas kasar Qonin memberi dorongan dia untuk mengejar temannya ke kantin.
Atas tekad Qonin itu belum sampai 3 temannya ke kantin, dia berhasil menghadang jalannya, "Tunggu!! Aku rasa saatnya kita berbicara serius."
"Aku mohon pada kalian jujurlah kepadaku, demi hubungan baik kita sebelumnya. Kenapa sih kalian menjauhiku?? Aku sengaja berbuat salah ya??" ungkap Qonin.
Jeni, Rose dan Lisa saling pandang, tanpa ada Cika tidak ada pembuat keputusan. Akan tetapi saat Jeni melihat kesungguhan Qonin, dia membuka suara.
"Baiklah, aku akan katakan semuanya. Tapi kamu harus janji satu hal, jangan usik atau urusi kehidupan kami lagi!!"
Qonin mengernyitkan dahi, dia merasa sakit hati ketika semua temannya memutuskan hubungan pertemanan secara sepihak, dan satu hal lagi tanpa memberi ataupun mendengar penjelasan terhadap Qonin.
"Aku janji," jawab Qonin terpaksa.
Jeni berjalan menuju kursi taman yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri, semua mengikuti dan duduk dibawah pohon rindang yang menaungi mereka.
"Aku kecewa kepadamu, Nin. Ternyata kamu seorang wanita panggilan om-om. Cika menyaksikannya sendiri ketika kamu turun dari mobil mewah dengan seorang lelaki paruh baya yang sedang memelukmu, menjijikkan tahu!!" ungkap Jeni.