"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Dwi.
Mamanya Leon menyeka air matanya, menjawab pertanyaan Dwi dengan ketus, "Aku hanya mengajak Leon untuk sarapan."
"Ohh!! Kalian makanlah tanpa aku, kepalaku berat sekali dan ingin tidur sejenak," ucap Dwi sambil meninggalkan mereka berdua.
Leon diam menata amarah, tangan dia sudah mengepal kuat, waspada jika papanya akan berulah lagi. Seiring Dwi menjauh berjalan menuju kamar, tangan Leon melemah.
"Ma, kita bahas masalah ini nanti. Leon mau berangkat ke sekolah dulu," ucap Leon sembari menyampirkan rangsel tanpa memakai jaket.
"Baiklah, mama mungkin tidak ada di rumah nanti. Mama berencana mengunjungi nenekmu sampai hati ini kembali tenang, jadi kesana lah nanti sepulang sekolah," Mamanya Leon sudah bangkit dari duduk di tepian ranjang Leon.
"Hati-hati Ma, Leon akan hubungi nanti jika ingin pergi kesana," Leon mengambil kunci mobilnya, lalu berjalan keluar kamar yang diikuti Namora. Mereka berdua tidak ada selera untuk sarapan di rumah yang menurutnya adalah neraka.
Di dalam mobil yang lain, Zanqi duduk tanpa sepatah kata pun. Meskipun begitu Namora senang ketika tadi pagi melihat Zanqi keluar dari lift rumahnya mengenakan seragam menuju ruang makan, tidak mengurung diri di kamar seperti sebelumnya.
"Zanqi Sayang, jika kamu tidak ingin pergi ke sekolah mama tidak keberatan. Mama bisa meluangkan waktu untuk menghabiskannya bersamamu, bahkan hari ini pun mama tidak masalah,"
"Bagaimana?? Apakah kamu setuju kita cari tiket liburan ke Dubai mengunjungi Aquarium and Underwater Zoo disana dan masih banyak tempat lain yang akan kita kunjungi di Dubai nanti," Namora bersemangat membujuk Zanqi agar mood nya kembali senang.
Zanqi hanya menggeleng, senyuman Namora raib ketika usaha terakhir kalinya juga gagal, Namora menyerah, membiarkan Zanqi pergi ke sekolah seperti yang diinginkannya.
"Oke, mamah menyerah. Jika kamu bosan di sekolah, atau ada yang mengganggu segera hubungi mama, mama sendiri akan menjemputmu, bahkan memukul teman yang berani membuat masalah denganmu," beber Namora membetulkan posisi duduknya, dia mulai mencari ponsel untuk sekedar melihat email, Wa dan lain sebagainya yang berkaitan dengan urusan kantor.
Zanqi mengangguk, dia hanya memandang keluar jendela mobil dengan pikiran yang Namora sendiri tidak tahu apa alasan dia ingin masuk sekolah.
Zanqi kamu harus bahagia, bagaimana pun keadaanmu, mama janji akan memenuhi semua keinginanmu, batin Namora sekilas menatap putranya yang sibuk memperhatikan jalan.
"Nyonya, kita sudah sampai di sekolahannya den Zanqi," ucap Sopir Namora.
"Sudah ya? Ahh!! Cepat sekali sampai, perasaan tadi masih ada waktu untuk berbenah riasan," gumam Namora, dia turun dari mobil bersamaan dengan sopirnya yang berjalan ke bagasi untuk mengambil kursi roda.
"Zanqi ingat kata mama, segera hubungi mama jika ada masalah," kata peringat Namora, dia membukakan pintu mobil untuk Zanqi turun.
Zanqi mengangguk malas, lalu menggerakkan kursi rodanya sendiri menuju lift. Lift membawanya naik sampai lorong kelasnya, ketika pintu lift terbuka terdengar suara riuh tawa dari depan kelasnya.
"Mereka seru sekali, ada tontonan apa?" gumam Zanqi penasaran.
Tontonan itu adalah Qonin yang seluruh badannya bermandikan tepung yang sudah bercampur telur, bukan karena dia berulang tahun, tapi semua itu kerjaannya Cika dan Tom. Mereka berdua di barisan paling depan, tertawa paling keras.
"Haha!! Rasain Lu!! Cewek kotor itu sering mandi, siapa tahu dengan mandi tepung hatimu bisa seputih itu!!" ledek Cika habis-habisan.
"Kalian berdua gila ya!! Peraturan sekolah ini ketat, jika ada Guru tahu kalian pasti mendapatkan hukuman setimpal," teriak Qonin sambil membersihkan tepung dari badannya.
"Hoi kalian siapa yang ada disini berani mengadu ke Guru?? Adukan saja, jika nasib kalian ingin seperti cewek kotor itu!!" ancam Tom kepada semua temannya yang berkumpul menyaksikan. Tampak dari mereka menundukkan wajah, berhenti berbicara dan tidak ada yang berani menentangnya.
"Aku!!" teriak Zanqi membelah kerumunan siswa, dia sudah berada di samping Qonin, semua mata tertuju padanya, dia kembali meneruskan kalimatnya, "Lihatlah wajah kalian di video ini, aku jamin kalian berdua mendadak viral di kalangan Guru."
Zanqi?? Tidak masuk selama beberapa hari saja menjadi berani begini, apakah benar dia?? Salah makan apa ya? Batin Qonin.
Cika dan Tom saling pandang, Cika menurunkan tangan yang dia silangkan penuh keangkuhan tadi, dalam sekejap ekspresinya berubah kesal.
"Hei kau!! Jangan macam-macam, cepat hapus video itu!!" Tom gelisah, dia mencoba membalik keadaan saat dirinya merasa terancam.
"Tidak sebelum video ini sampai ke tangan Guru," timpal Zanqi segera memasukkan ponsel tersebut ke dalam tas.
"Wahh!! Mati aku, semoga tampangku tidak ada di dalam video tersebut. Sebaiknya aku pergi dan tidak ikut campur,"
"Yuk!! Yuk!! Aku ikut, aku juga gak mau kena masalah!!"
"Benar, kita harusnya melaporkan ini ke Guru,"
Gumaman para siswa yang bergerombol yang menyesali ketakutannya, perlahan mereka pergi satu persatu dan hanya masih menyisakan setengahnya disana karena penasaran dengan apa yang akan terjadi.
Tom yang menyadari kedatangan Leon mengembangkan senyum, dia kembali congkak dan berkata, "Aku tidak takut, adukan saja cacat!!"
Cika ikut senang dengan kedatangan Leon, dia pindah posisi ke sisi kanan Tom dan menyapa, "Hai Leon, aku ada pertunjukkan bagus ini. Lihatlah!!"
Leon berhenti membelakangi Qonin dan Zanqi yang masih di depan pintu, lalu dia menoleh sebentar sambil tersenyum miris berjalan kembali menuju bangku, "Ckk, bodoh sekali!!"
"Leon tunggu!! Terus ini bagaimana?" tanya Tom yang berhasil menghadang jalan Leon.
"Urus saja sendiri, aku tidak mau tahu!! Kusarankan bersihkan itu sendiri sebelum bel sekolah berbunyi," jawab Leon malas, dia kembali berjalan serta menabrakkan bahunya ke Tom yang syok mendengar jawaban yang tidak diharapkan.
"Cih!! Tumben dia baik," gumam Qonin menatap tidak suka terhadap Leon.
"Pakailah jaketku dulu, aku akan turun mencari seragam cadangan di ruangan BK, siapa tahu ada," usul Zanqi, laku dia menyerahkan jaket yang sudah dia lepas sebelumnya.
Qonin memandang Zanqi sambil menerima jaketnya, dia menundukkan kepala sekejap, lalu dia menarik napas dan berkata, "Terimakasih banyak, Qi. Ehmm, Qi aku boleh minta tolong satu hal lagi?"
"Santai saja, apa itu?? Katakan!!" Zanqi mulai serius mendengar permintaan Qonin yang akan disampaikan.
"Tentang rekaman video itu, tolong jangan laporkan ke Guru BK," Qonin tersenyum.
Zanqi sedikit terkejut dengan keputusan Qonin, terlihat juga wajahnya yang tampak sedikit kecewa, tapi dia mengesampingkannya dan bergegas untuk mengambil seragam, "Baiklah, cepat bersihkan dirimu ke toilet, aku akan segera kesana membawa seragam ganti!!"
Qonin senang seraya mengangguk cepat, dia juga bergegas menuju ke toilet. Raut wajah Qonin yang bahagia itu membuat Zanqi ikut tersenyum lega.
"Pemandangan apa ini?? Kenapa mereka berdua semakin dekat saja?" gumam Leon.