Di dalam Toilet wanita Qonin sibuk membersihkan diri, terpaksa dia mandi lagi untuk membersihkan bau amis dari telur menggunakan sabun pencuci tangan.
"Untung saja kaos dalamku tidak terkena telur. Haahh!! Cika benar-benar sudah memutuskan hubungan pertemanan kita, dia tega sekali sampai berbuat sejauh itu!!" gumam Qonin yang sudah selesai berpakaian, lalu dia lapisi dengan jaket Zanqi yang berjenis sweater.
"Wangi mint segar berpadu manis, enak sekali bau parfum Zanqi," Qonin masih membau kerahnya hampir menutupi setengah wajahnya, lalu dia keluar dari dalam bilik toilet dan melihat diri di cermin yang menggunakan sweter pria berwarna hijau gelap yang panjangnya selutut dan agak kebesaran.
"Berapa tinggi Zanqi??" gumam Qonin saat sweater bawahnya mencapai lutut.
Suara ketukan dari luar disusul dengan panggilan, "Qonin!! Aku sudah membawa seragam ganti, keluarlah jika kamu sudah selesai!!"
"Ahh!! Itu Zanqi," gumam Qonin, dia bergegas sambil menjawab, "Iya, aku akan keluar."
Qonin membuka pintu toilet berdiri di samping Zanqi, "Makasih ya, mana seragamnya?"
Zanqi menoleh, dia terkesima dengan Qonin terbalut sweater hijau miliknya, dalam hati dia mengagumi kecantikan Qonin tanpa berkedip.
Cantik, apalagi kalau dia tersenyum entah kenapa berhasil membuatku ikut tersenyum.
"Qi!! Hallo ... Mana seragamnya??" Qonin berseru sambil melambaikan tangan di depan wajah Zanqi.
Zanqi tersadar dari lamunannya, dia gugup dan menundukkan kepala, sedetik lagi menyerahkan seragam ganti dengan berpaling tanpa berani menatap Qonin, "Ini seragamu, aku langsung masuk kelas ya."
"Ehh sebentar Qi!! Bel masuk sudah 10 menit yang lalu, gimana dong?? Bu Ratna pasti mencariku," Qonin mengambil seragam tersebut dengan dahi berkerut karena kuatir.
"Tenang, aku sudah memberi tahu bu Ratna tadi," jawab Zanqi berhenti memutar kursi roda.
"Haahh!! Kamu sudah memberi tahu semuanya, kasihan Cika dong!!" seru Qonin kembali panik, dia menggigit bibir untuk menguranginya.
"Sudah berpakaian sana!! Kamu tidak seharusnya kasihan sama dia. Dia memang harus terima akibat ulahnya itu. Sudah aku mau ke kelas dulu ya," Zanqi pun memutar kursi rodanya melewati lorong menuju ruang kelasnya.
Qonin menghela napas, dia kembali masuk toilet. Dia sedikit kecewa dengan Zanqi yang tidak mendengarkan permintaannya.
Setelah menghabiskan waktu sekitar 10 menit, Qonin sudah menyusul Zanqi ke kelas, dari kejauhan dia melihat teman-temanya banyak yang di luar, dia bergumam, "Kenapa semuanya di luar?? Apa bu Ratna rapat lagi?"
Semakin dekat Qonin melangkah ke ruang kelas, dia baru tahu yang dilakukan teman-temannya adalah bersih-bersih. Terdengar bu Ratna mengomel.
"Kalian kurang kerjaan apa sampai ada niat membully Qonin!! Apa kalian tahu menjadi korban bully itu rasanya bagaimana?? Ibu tidak mau tahu, bersihkan semua kelas ini sampai kinclong sebagai hukumannya!!"
"Pagi Bu," sapa Qonin di depan pintu membuat Bu Ratna yang berkacak pinggang kini meluruskan tangannya.
"Qonin, masuklah!!" ucap Bu Ratna lembut sambil tersenyum, tidak dengan teman-temanya ketika melihat Qonin ada diantara mereka, pandangan benci tersirat di wajah mereka, terutama Tom dan Cika yang masih berusaha mengepel lantai bekas tepung tanpa alat pel tapi menggunakan seragam mereka.
"Ba ... ik Bu," jawab Qonin masuk, dia hati-hati melangkah agar tepung tidak menempel di sepatunya.
Zanqi tersenyum duduk di tempatnya ketika Qonin memasuki ruang berjalan mendekatinya, dia berbisik saat Qonin sudah duduk di bangkunya, "Hukuman yang setimpal buat mereka, kan?"
Qonin menggeleng, semua kejadian pagi ini tidak dia harapkan karena pasti semua temanya menjadi benci dengannya, mungkin juga akan ada kejadian yang lebih parah lagi.
"Kenapa?" tanya Zanqi heran, dia masih berbisik sambil melihat bu Ratna yang sudah duduk ke meja guru mengecek tumpukkan buku siswa.
"Duh Zanqi!! Aku takut jika mereka membenciku," jawab Qonin sambil berbisik juga.
"Jangan takut, aku akan melindungimu," Zanqi berkata tanpa menatap Qonin, matanya fokus ke buku paket yang ada diatas meja.
Leon yang tidak tahu apa-apa itu juga mendapatkan hukuman, di kelas 11 IPA 1 hanya Qonin dan Zanqi yang lolos dari hukuman, sehingga Leon menggerutu di dalam hati.
Sialan!! Kenapa aku harus dihukum?? Harusnya aku duduk kayak mereka berdua, Narendra itu harus dikasih pelajaran!!
Leon bagian bersih-bersih kaca, dia melakukannya dengan malas terbukti dia tidak beranjak dari satu kaca jendela.
"Bu, sampai kapan bersih-bersihnya? Kapan kita belajar?" protes Leon yang merasa pekerjaannya itu tidak berguna.
Bu Ratna mendongak melihat ke arah Leon, lalu menjawab, "Sampai jam pelajaran ibu habis!!"
"Yaah!! Tapi Bu kami capek?" protes siswi yang lain, sama yang dirasakan oleh semua siswa yang dapat hukuman.
"Kerjakan saja!! Masih untung Zanqi hanya melapor kepadaku, jika tidak mungkin kalian akan diskor dan mendapat poin pelanggaran yang membuat rapor kalian merah!!" beber bu Ratna.
"Hukuman macam apa ini Bu?? Setelah ini, saya pakai atasan seragam apa?" protes Cika yang kini mengenakan sweter dengan bagian tangannya digulung sampai lengan.
"Khusus untuk kamu dan Tom!! Ibu harap kalian sadar dengan kelakuan kalian itu untuk tidak diulangi lagi, hukuman ini harus bisa membuat kalian jera. Dan untuk baju cuci, keringkan di toilet agar kalian tahu rasanya di posisi Qonin, mengerti??" jelas bu Cika.
"Mengerti Bu," jawab dongkol Cika dan Tom.
Qonin yang mendengar itu jadi tidak enak hati, dia terus menggigit bibirnya dan berpikir apa yang harus dia perbuat untuk menghadapi semua temannya yang sekarang memandangnya dengan penuh kebencian.
"Bagaimana ini?" lirih Qonin gelisah sambil menundukkan kepala dalam-dalam.
Zanqi yang menyadari kegelisahan Qonin sedikit menyesali perbuatannya, dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Ini untukmu, ambillah!!" Zanqi menyelinapkan kotak bekal di bawah bangku, sehingga Qonin bisa melihatnya tanpa menoleh.
Namun, Qonin mengangkat kepalannya untuk menatap Zanqi yang tersenyum tulus, jarak sangat dekat itu berhasil membuat Qonin berdebar akan ketampanan Zanqi.
"Ti ...dak usah," ucap Qonin terbata-bata.
Zanqi meraih tangan Qonin, lalu dia meletakkan diatasnya tanpa mau mendengar lagi tanggapan Qonin.
"Eh .. Qi?" ucap Qonin, dia mau menyerahkan kotak bekal itu kembali tapi tidak jadi ketika ingat perkataan Namora tentang barang pemberian, akhirnya dia menerima dan menyimpannya ke dalam tas, lalu dia berkata, "Makasih ya."
Qonin tersenyum malu, ketika memutar ingatan beberapa detik lalu saat Zanqi tersenyum kepadanya, dia tidak pernah tahu rasa apa yang tiba-tiba mengisi kegelisahan hatinya menjadi kesenangan.
"Qonin!! Apa maksudnya ini?" Suara bu Ratna begitu dalam penuh kekecewaan menyentak perasaan Qonin kembali gelisah.
"Iya Bu, apa yang ibu maksud?" jawab Qonin.
Di belakang bangku Qonin, Yesi sedang mengelap bangku tersenyum sinis, dia seperti sudah menantikan kejadian ini berlangsung.
"Cepat kedepan!!" perintah bu Ratna yang membuat seisi kelas penasaran dengan perubahan suara bu Ratna yang menunjukkan kemarahan kepada Qonin.
Qonin segera berdiri untuk memenuhi perintah bu Ratna dengan perasaan bertanya, dia menunggu penjelasan bu Ratna.
"Kenapa buku kosong ini kamu serahkan kepada Ibuk?? Mana tugasmu? Kamu menghina Ibu??" seru bu Ratna marah.