"Tidak mungkin, Bu. Saya sungguh mengerjakan tugas yang diberikan waktu itu!!" protes Qonin membelalakkan mata.
"Kepala ibu pusing menghadapi kalian, coba lihat sendiri buku catatanmu!!" Bu Ratna memegangi kepala sambil menyerahkan buku Qonin.
Qonin memegangnya, tanpa perintah lagi dia membuka setiap lembar buku miliknya dan ternyata kosong.
Tidak mungkin buku ini milikku, batin Qonin.
Qonin menutup buku tersebut untuk melihat gambar sampulnya yang tertulis nama Qoninxia Maretha, dia berkata dengan sangat yakin, "Bu, ini bukan buku catatan saya. Tolong lihatlah tulisan nama ini bukan gaya tulisan tangan saya."
Yesi berhenti dari aktivitas, dia takut ketahuan dengan tulisan tangannya. Dalam hatinya menggerutu, gawat!! Padahal aku sudah buat tulisan semirip mungkin, semoga bu Ratna tidak menyelidiki lebih jauh.
"Ibu tidak mau tahu Qonin, ibu akan memberikan nilai 0," ucap Bu Ratna yang tidak mau mendengar alasan, karena banyak pekerjaan bu Ratna yang lain belum terselesaikan.
"Tapi Bu, ini bukan buku saya. Saya tidak mungkin berani menghina ibu, semua soal pasti ...,"
"Cukup Qonin!!! Ibu sudah tidak mau tahu lagi. Sekarang kembalilah ke tempatmu!!" bentak bu Ratna.
Zanqi menangkap keanehan dalam kasus Qonin, banyak kemungkinan yang jelas bahwa itu bukan perbuatan Qonin. Dia pun memperhatikan gerak temannya satu-persatu untuk mencari tahu pelaku yang sebenarnya. Ketika melihat Yesi menahan tawa menyaksikan semua, Zanqi menduga bahwa pelakunya adalah dia.
Tidak salah lagi, tapi apa motifnya?? Haahh, banyak sekali musuh Qonin, batin Zanqi.
"Hai Zanqi," Yesi tersenyum malu saat diperhatikan Zanqi, wanita mana tidak meleleh ketika dipandang oleh cowok tampan.
Zanqi kembali menghadap ke depan meninggalkan senyuman Yesi yang perlahan sirna. Qonin sudah duduk di sebelah Zanqi dalam pikiran bercampur kalut.
"Siapa sih yang menukar buku catatanku?? Apa mungkin Cika dan Tom lagi? Aku tidak pernah mempunyai buku sampul karakter Idol Korea seperti ini," lirih Qonin.
"Bukan mereka pelakunya," jawab Zanqi yakin dengan dugaannya tanpa menoleh.
"Bukan?? Terus siapa?" Qonin semakin penasaran dengan jawaban Zanqi yang terpotong.
Zanqi menoleh untuk memberi jawaban lebih rinci, Qonin menajamkan telinga dan menyiapkan hati untuk mendengarnya.
"Yesi!!" Panggil Bu Ratna, Zanqi yang ingin mengucapkan nama tersebut sudah terwakili oleh Bu Ratna.
"Saya Bu," jawab Yesi langsung berdiri dari tempatnya.
"Tolong kembalikan buku catatan ini ke teman-temanmu," pinta bu Ratna, lalu meneruskan perintah lanjutannya, "Qonin, Zanqi dan Leon yang tidak mengumpulkan tugas, kalian menjadi satu kelompok untuk mengerjakan praktikum Osmosis pada kentang."
Qonin kaget dia mengalihkan pandangannya ke bu Ratna, dia keberatan harus satu kelompok dengan Leon. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika sadar diri bahwa dirinya pun bermasalah.
Duhhhh!! Satu kelompok dengan Leon, sama cowok berandalan itu!! Tidak bisa aku bayangkan, gerutu Qonin dalam hati.
Leon sendiri masih terpaku dengan lubang kecil di jendela, mendadak bayangan dia waktu tangannya berdarah terulang kembali. Sehingga dia tidak tahu jika disuruh mengerjakan tugas kelompok.
Lubang?? Siapa yang melempar jarum jangka hingga menembus kaca ini? Batin Leon, dia menyejajarkan pandangan dari jendela dan lurus dengan bangku Zanqi.
"Leon kesini!!" perintah bu Ratna menyadarkan lamunan Leon yang tidak jadi menduga.
"Kenapa Bu?" tanya Leon yang masih di tempatnya.
"Cepat kesini, jangan banyak bertanya!!" Bu Ratna terlihat masih bisa menahan amarahnya untuk menghadapi Leon.
Leon maju ke depan meja bu Ratna dengan tampang malas seperti biasanya, dia ingin menyelesaikan ini dengan cepat.
"Ini daftar alat yang kalian perlukan untuk mengerjakan tugas kelompok, dibawah ada beberapa pertanyaan yang harus kalian jawab. Ibu menunjukmu sebagai ketua kelompok," penjelas bu Ratna terpotong oleh pekikan Leon.
"Tugas kelompok? Dengan siapa Bu?"
"Haduh!! Fokus!! Telinga dibuka lebar-lebar!!" Bu Ratna sudah tidak bisa menahan amarah, dia kembali menjelaskan kepada Leon dengan nada kembali tinggi.
"Lah!! Kok saya Bu?" protes Leon kaget, dia masih sangat bingung dengan perkataan bu Ratna kenapa harus mengerjakan tugas, dan sekarang menjadi ketua kelompok. Sementara Zanqi dan Qonin ikut terkejut mendengar keputusan bu Ratna.
"Iya kamu, jangan membantah Leon. Ibu mau tahu kemampuan yang kamu miliki," ucap Bu Ratna sambil merapikan buku serta peralatannya, karena 5 menit lagi jam pelajaran usai.
Leon masih tidak percaya menjadi ketua kelompok untuk 2 orang yang level kepandaiannya melebihi dia. Dia membeku sambil memegang kertas HVS dari bu Ratna.
"Oia untuk tugas ibu minta Rabu depan dikumpulkan," Bu Ratna berdiri sambil melirik jam, waktu 5 menit itu sudah habis.
Semua siswa di kelas 11 IPA 1 senang, mereka kembali ke bangku masing-masing. Kecuali Tom dan Cika yang diberi waktu 15 menit yang lalu ke toilet untuk mencuci baju, mereka masih belum kembali juga.
Brakk!! Leon meletakkan catatan tugas diatas meja Qonin dengan kasar, berkata ketus, "Kerjakan tugasnya, Gue mau tidur!!"
Qonin ikut terpatik amarahnya, dia segera berdiri dan mengumpat, "Hei Lu sialan!! Bisa lebih sopan sedikit nggak??"
"Apa Gue nggak salah dengar?? Gara-gara Lu, Gue harus dihukum membersihkan kaca. Makanya tebus dengan itu, Gue nggak mau tahu ya!!" timpal Leon tidak kalah sengit, dia yang berjalan sebelumnya terpaksa berhenti.
"Nggak bisa begitu!! Enak saja!!" gerutu Qonin yang menurutnya sudah beda masalah.
Zanqi yang mendengar pertengkaran Qonin dan Leon itu angkat bicara, "Hei Wijaya!! Gunakanlah otak Lu, siapa yang ketua disini?? Jadi ambillah catatan itu!!"
Jedaaaar!!! Perkataan Zanqi menyambar bak petir di siang bolong, merusak gendang telinga Leon yang merasa terhina. Asap kemarahan itu mengepul tak kasat mata dari kepala Leon, dia mengepalkan tangan sambil berseru, "Lu bilang sekali lagi kalau berani?? Cepat katakan!!"
Leon kembali berjalan mendekati meja Qonin, dia menantang Zanqi di depan semua temannya. Posisi Qonin diantara mereka merasakan energi yang tidak dapat dijelaskan, dia panik jika akan terjadi pertengkaran hebat.
"Hei Lu, Wijaya!! Cepat ...,"
"Cepat kembali ke tempat duduk kalian, bapak akan mengadakan kuis dadakan hari ini!!" seru Guru Matematika yang memasuki ruang kelas, di belakangnya ada Cika dan Tom sudah bergegas menuju bangkunya.
Pertengkaran itu terganggu oleh kedatangan Guru Matematika, Leon terpaksa mengakhirinya dengan meremas catatan itu untuk dia bawa kembali ke bangku.
Husftt!! Selamat!! Apa jadinya jika pak Guru tidak cepat datang tadi!! Batin Qonin sambil duduk. Tapi dia sadar jika keberuntungannya itu hanya lah sementara sampai jam pelajaran Matematika usai, dia kembali cemas dan mulai menggigit bibirnya.
"Ssstt!! Mereka bertiga kenapa?" bisik Cika penasaran dengan teman sebangkunya.
"Lu ketinggalan cerita seru, Cik!! Mereka bertiga bersatu," jawab teman sebangkunya.
"Bersatu?? Apa sih?? Gue masih kagak paham!!" bisik Cika penasaran.
"Hei kalian berdua berisik!! Keluarkan buku catatan kalian dan kerjakan soal di papan tulis ini!!" perintah Guru Matematika yang sudah menutup spidolnya, pak Guru kesal ketika ada beberapa muridnya yang masih mengobrol.
"Baik Pak," jawab Cika serempak dengan teman sebangkunya, mereka berdua menghadap ke depan untuk memenuhi perintah.
Tubuh Zanqi gemetar sangat hebat, seumur hidup dia tidak pernah menggertak orang. Dia sudah berjanji kepada dirinya untuk berubah menjadi kuat, melawan penyakit yang dia derita dan menjadi Zanqi baru.
Apa yang kamu lakukan sudah benar Zanqi, jangan takut. Tegakkanlah kepalamu dan sadarlah jika kamu adalah keluarga Narendra, batin Zanqi menyemangati diri, kata-kata sama yang dia ucapkan sebelumnya, karena memang Narendra berkuasa dan sepatutnya Zanqi mengangkat kepala tanpa takut.
Wahh?? Bakalan seru ini 3 siswa harus satu kelompok untuk mengerjakan tugas. Kalian bisa membayangkan tidak bagaimana kisah mereka bertiga selanjutnya?