"Apa kau yakin itu bisa membuatku melupakannya Reberta?"
"Anda hanya perlu mencobanya nona, tidak ada salahnya." balas Reberta cukup meyakinkan.
"Oh baiklah, meski aku rasa itu tidak akan muda." mengedikkan bahu, Alysse memejam erat, dengan Reberta yang mulai nampak gelisah memikirkan Elleanor Allmora.
"Oh iya, di mana Celio?" tanya Alysse saat menyadari tak melihat Celio sejak tadi.
"Dia sedang berada di pos untuk berjaga, Anthony sedang ke kota saat ini." jawab Reberta senakin gelisah, ia tahu jika Celio ke pondok untuk menemani Elleanor Allmora. Dan jika Alysse terus menanyakan keberadaan Celio, bisa-bisa hal buruk akan terjadi, dan ia tak menginginkan itu.
"Aku akan menemuinya... "
"A-da apa nona?" tanya Reberta lekas panik saat Alysse beranjak dari duduknya.
"Aku butuh sesuatu Reberta, mungkin Celio bisa mendapatkannya untukku." balas Alysse yang tiba tiba bertingkah seperti seorang wanita yang tengah mengidam, dan sangat ingin memakan sesuatu.
"Apa yang anda inginkan nona, biar aku saja yang mengambilkannya untuk anda." ucap Reberta.
"Aku tidak melihat madu di pantry Reberta, aku juga ingin memakan wild rice dan salmon, mungkin Celio bisa mendapatkannya di satu tempat." balas Alysse yang membuat Reberta pusing tujuh keliling. Meski Elleanor Allmora sudah terbiasa tidur seorang diri di pondok, namun malam ini sepertinya hujan akan turun, dan ia tahu, jika Elleanor Allmora tak begitu menyukai suara petir di malam hari.
"B-aiklah... aku akan memanggilnya untuk anda. Tunggulah sebentar saja," jawab Reberta yang langsung beranjak dari sana.
"Lekaslah kembali Reberta," seru Alysse yang kembali duduk ke sofa. Sedang Reberta nampak sedikit berlari menuju rumah pondok dengan lentera yang ia bawah sebagai penerangan. Mengabaikan peluh yang membasahi dahinya akibat berlari.
Memasuki pondok, Reberta bahkan langsung di sambut oleh Elleanor Allmora yang berlari memeluknya erat. Sedang Celio sedang membakar perapian, untuk menghangatkan ruangan tersebut, sebab tahu jika sebentar lagi hujan akan turun.
"Apa kau akan disini bersamaku?" tanya Elleanor Allmora penuh harap.
"I'm so sorry dear, sepertinya aku belum bisa menemanimu malam ini, aku sungguh menyesal sayang," balas Reberta mengusap rambut panjang gadis itu.
"Ah.. iya Reberta, tidak masalah.. " angguk Elleanor Allmora mengulas senyum kecewa. Hingga membuat Reberta seketika merasakan kesedihan, ini yang pertama kalinya Elleanor Ellmora terlihat kecewa padanya.
Apa ada sesuatu yang telah terjadi? Mengapa nona muda nampak berbeda. Batin Reberta, sebab tidak pernah melihat Elleanor Ellmora seperti ini.
"Maafkan aku," bujuk Reberta yang berjanji akan menemaninya saat Alysse kembali ke Manhattan. Entah kapan, wanita itu terlihat betah di Villa.
"Iya Reberta, aku benar benar tidak masalah dengan itu." Balas Elleanor Allmora mengangguk pelan.
"Ada apa Reberta?" tanya Celio yang sudah bisa menebak jika Reberta kemari untuk mencarinya tentu saja.
"Kau di butuhkan di Villa,"
"Apa sesuatu terjadi dengan tuan muda?" tanya Celio lagi yang membuat Elleanor Allmora seketika bereaksi, ia bahkan langsung melepaskan pelukan dan berjalan menuju kedepan perapian saat api sudah mulai menyala, dengan buku yang mulai ia baca. Tak suka mendengar apapun yang berhubungan dengan Vincenzo Squire.
"Nona Alysse mencarimu!" jawab Reberta sedikit berbisik.
"Baiklah, tapi bagaimana dengan nona muda Clementi?" tanya Celio cemas, bahkan tatapannya langsung tertuju ke arah Elleanor Ellmora yang masih duduk di sana dengan buku di atas pangkuannya.
"Aku baik baik saja Celio, kalian tidak perlu mengkhawatirkanku." jawab Elleanor Allmora dari sana. Dan sesungguhnya ia sangat ingin bersama Reberta malam ini, menceritakan hal yang ia alami sore tadi. Ia ingin mengatakan jika tuan muda itu kembali membentaknya lagi, meski tak secara langsung. Sebenarnya ia sangat ingin menanyakan hal itu kepada Reberta, mengapa Vincenzo Squire tak menyukainya.
"Nona.. " panggil Reberta mendekat, bahkan langsung mengusap rambut Elleanor Ellmora yang seketika terbangun dari lamunannya.
"Aku akan baik baik saja Reberta, pergilah... " Balas Elleanor Allmora kembali mengulas senyum. Mungkin lain waktu. Batinnya.
"Baiklah, aku akan segera kembali nona," ucap Celio yang langsung beranjak, begitu juga dengan Reberta usai mengecup kedua belah pipi Elleanor Ellmora yang juga ikut beranjak untuk mengantar mereka hingga di depan pintu.
Berdiri sejenak disana, saat melihat langit begitu pekat, tak ada cahaya satupun di sana seperti biasa. Ia bahkah tak menemukan bayi-bayi firefiles satupun di antara ilalang yang seperti ia lihat ketika malam hari. Cuaca malam ini benar-benar buruk, hanya ada angin yang bertiup, bersama dengan suara jarum-jarum pinus yang mulai terdengar. Dengan ia yang masih berdiri memandangi bayangan Celio dan Reberta yang perlahan menghilang dari balik pepohonan.
"Apa nona akan baik baik saja? Jujur, aku merasa cemas. Sejak tadi nona mudah terus terdiam." ucap Celio sesekali menatap ke atas langit, saat cahaya kilatan petir mulai nampak, hingga cahayanya bisa menerangi malam meskipun hanya berselang sedetik.
"Yah, aku juga bisa melihat itu. Apa ini ada hubungannya dengan tuan muda? Apa mereka bertemu?"
"Aku rasa mungkin, aku bertemu tuan muda beberapa jam lalu, saat akan ke pondok." balas Celio.
"Apa tuan muda mengunjungi nona Clementi?" tanya Reberta menatap Celio.
"Aku rasa tidak! Tuan muda tidak akan melakukan itu. Aku rasa mereka belum berbaikan Reberta," jawab Celio yang membuat Reberta menarik nafas panjang.
"Aku harap mereka baik baik saja! Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Nona muda tidak seperti biasa, biasanya ia akan selalu bersemangat jika itu berhubungan dengan tuan muda, namun ada sekarang? Mereka seolah saling menjauh."
"Aku rasa, permasalahannya terletak pada tuan muda, nona muda tidak mungkin membuat masalah." jawab Celio memasuki Villa lewat pintu pantry untuk menemui Alysse, menyusul Reberta.
Sedang di dalam sebuah kamar, lantai dua. Vincenzo Squire masih berdiri di atas balkon kamarnya, sambil terus mengamati beberapa cahaya kecil yang terletak di balik bukit. Bergantian dengan cahaya terang dari kilatan petir yang mulai menyambar di atas langit. Bersamaan dengan Vincenzo Squire yang diam diam merasa gelisah, bahkan mencengkram kuat kayu pembatas yang sejak tadi di pegangnya sebagai tumpuan saat hujan turun begitu tiba tiba, hingga suara gemuruhnya terdengar seolah ingin merubuhkan atap villa tersebut. Begitu juga dengan kilat, dan angin yang datang secara bersamaan.
Awalnya, Vincenzo Squire hanya berdiri di tempatnya, dengan mata yang terus mengamati cahaya lampu di balik bukit tersebut, meski sebagian tubuhnya sudah basah oleh air hujan saat angin yang lumayan kencang menerpa, hingga pepohonan pinus ikut berayun ayun seolah ingin roboh. Hingga di detik kemudian hati Vincenzo Squire seketika gelisah saat melihat cahaya di rumah pondok itu padam.
"Semoga Celio bisa mengatasinya," gumam Vincenzo Squire tak berhenti cemas.
"Vincent... apa yang kau lakukan di sana? Lihatlah tubuhmu jadi basah kuyup," tegur Alysse yang tiba tiba masuk ke kamar Vincenzo Squire ketika mendapatinya yang masih berdiri dengan raut wajah khawatir.
"Aku hanya sedang melihat badai," balas Vincenzo Squire melangkah masuk ke dalam kamar sambil mengibaskan rambutnya yang sedikit basah.
"Badai bukan hal menyenangkan Vincent, astaga... kau bisa menonton yang lain, kenapa mesti badai. Itu menakutkan." balas Alysse membantu mengeringkan rambut Vincenzo Squire.
* * * * *
Bersambung...