Chereads / VINCENZO_ELLEANOR / Chapter 10 - I hate it..

Chapter 10 - I hate it..

"Lepaskan!!" balas Elleanor Almorra mendorong tubuh Vincenzo Squire sekuat tenaga. Hingga ia bisa bernafas dengan lega saat pria itu melepaskan rangkulan tangannya. Bahkan tanpa berfikir panjang, gadis itu langsung berlari, meninggalkannya yang masih berdiri di sana memandangi punggung Elleanor Almorra yang perlahan menghilang di balik pepohonan pinus.

Guk guk guk!

Gonggong Buddy yang langsung berlari mengikuti Elleanor Allmora saat mendapat anggukan dari Vincenzo Squire. Bahkan hanya dalam waktu beberapa menit saja, Buddy sudah nampak kembali dari pondok.

Apa Elleanor Almorra benar benar berlari? Pikir Vincenzo Squire dengan alis mengernyit saat Buddy sudah duduk di hadapannya.

"Kenapa cepat sekali Buddy? Apa dia sudah sampai ke pondok?" tanya Vincenzo Squire.

Guk.. Guk..

"Benarkah? Ah.. Baiklah! Sepertinya dia sangat membenciku Buddy, kau bisa melihatnya." balas Vincenzo Squire, namun wajahnya tak terlihat seperti seorang yang bersedih karena kebencian seseorang, bahkan senyum tergambar di sudut bibirnya dengan tatapan yang kembali ia arahkan ke jalan menuju pondok.

"Kau adalah milikku Clementi, sayangnya kau akan tetap berada di sampingku!" ucap Vincenzo Squire ikut beranjak dari sana menuruni bukit saat sudah memastikan jika Elleanor Allmora kembali ke pondok dengan selamat.

"Buddy, apa perlu kita membawanya pergi dari sini?" tanya Vincenzo Squire di tengah perjalanannya. Melangkah santai menuju Villa, sedang Buddy mengikutinya.

Guk guk guk!

"Yah, aku tahu. Kau juga pasti menyetujuinya." balas Vincenzo Squire menggeser pintu untuk masuk kedalam ruang tengah, dan bahkan langsung di sambut oleh Mozha Filppo usai berbincang dengan Anthony dan Celio.

Berdiri sambil bersidekap, dengan pandangan tak biasa yang di tujukan kepada Mozha Filppo.

"Anda baik baik saja tuan?" tanya Mozha Filippo usai mengusap kepala Buddy yang kini berlari ke arah sofa dan duduk manis di sana.

"Apa ada yang ingin kau jelaskan Mozha?" tanya Vincenzo Squire menatap Mozha Filppo yang hanya menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Alih alih untuk menjawab pertanyaan pria muda di hadapannya saat ini.

Bahkan ia bisa langsung menebak, jika pertanyaan tersebut ada hubungannya dengan Elleanor Allmora, sebab ia sempat melihat saat Vincenzo Squire berada di atas bukit bersama gadis itu beberapa menit lalu, melihat perlakuan sang pria yang berhasil membuat nona muda ketakutan setengah mati. Bahkan sampai berlari menuruni bukit menuju pondok dengan waktu yang hanya memakan waktu beberapa menit saja. Sungguh kesan pertama yang tak biasa, pikir Mozha Filppo.

"Apa yang ingin anda dengarkan tuan muda?" tanya Mozha Filppo masih bertanya, meski ia sudah tahu, maksud dari pertanyaan Vincenzo Squire yang merasa di bohongi saat pria itu mengatakan padanya jika Elleanor Allmora tumbuh menjadi gadis yang biasa, baik secara fisik maupun segalanya. Namun semuanya sangat jauh berbeda, bahkan saat melihat gadis itu beberapa menit lalu, Vincenzo Squire jelas terpesona akan kecantikan Elleanor Almorra. Lalu di mana biasanya?

"Ayolah Mozha... Kau membohongiku!" balas Vincenzo Squire nampak kesal, berjalan menuju sofa dan langsung menyandarkan tubuh di sana.

"Maafkan aku tuan," balas Mozha Filppo sedikit membungkuk sebelum mengikuti Vincenzo Squire menuju sofa.

"Bisa kau jelaskan?"

"Aku hanya ingin melindungi nona mudah dari pria playboy seperti anda tuan muda." jawab Mozha Filppo seadanya.

"Ah sialan! Kau membuatku kesal," umpat Vincenzo Squire berdecak. "Apa kau sudah menyiapkan obatnya?"

"Iya tuan," angguk Mozha Filppo mengeluarkan beberapa bungkus obat jenis Benzodiazepin

Obat anti kegelisahan yang dapat menyebabkan kehilangan memori karena efek sedatif yang mereka miliki di bagian-bagian tertentu dari otak. Efek samping obat ini dapat  mempengaruhi memori jangka pendek maupun panjang. Midazolam, khususnya, diyakini bisa menimbulkan amnesia yang parah. Dan obat itulah yang terus di konsumsi Elleanor Almorra selama ini.

"Berikan kepada Reberta!" balas Vincenzo Squire beranjak dari sana, "Dan satu lagi..." sambungnya menghentikan langkah kaki dan kembali berbalik ke arah Mozha Filppo.

"Kita akan pulang bersama gadis itu ke Greenwich Village, segera." ucapnya sebelum melangkahkan kaki meninggalkan tempat tersebut. Bersamaan dengan Reberta yang menghampiri.

"Apa ada masalah tuan?" tanya Reberta nampak cemas, saat sekilas melihat ekspresi wajah tak biasa dari Vincenzo Squire.

"Yah, sepertinya begitu Reberta! Dan sepertinya kalian harus bersiap. Tuan muda akan membawa nona muda ke Greenwich Village."

"B-enarkah?"

"Hm, sebaiknya kalian bersiap! Dan ini," balas Mozha Filppo memberikan obat tersebut kepada Reberta yang langsung menerimanya.

"Apa kau rutin memberikan obat ini kepada nona muda?"

"Yah, satu minggu sekali," angguk Reberta lekas memasukkan obat tersebut ke dalam saku apronnya.

"Baiklah, sebaiknya kau kembali ke pondok." balas Mozha Filppo yang langsung beranjak, menyusul Reberta yang juga terlihat bergegas menuju pondok.

Bahkan senyum kembali terulas dari bibir Reberta saat mendapati Elleanor Allmora yang tengah menyirami tanaman di pekarangan rumah, dengan beberapa ekor kelinci yang juga ikut bermain di sekitarnya.

"Sayang," panggil Reberta menghampiri. "Apa Ethan tidak ke sini?" tanya Reberta saat tak melihat Ethan Sharos di sana. Hari ini adalah jadwal mereka untuk belajar bersama, meskipun ia sedikit khawatir jika kehadiran Ethan Sharos terlihat oleh Vincenzo Squire, namun Reberta benar benar tidak ingin merenggut semua yang di miliki oleh Elleanor Allmora, meski ia harus mengabaikan peringatan Mozha Filppo agar melarang Ethan Sharos untuk menemui Elleanor Allmora untuk sementara waktu. Bahkan ia rela untuk mempertanggung jawabkan semuanya, jika saja Vincenzo Squire murka.

"Mungkin sebentar lagi," balas Elleanor Allmora melirik jam yang melingkar di tangannya.

"Ah, iya... " angguk Reberta yang langsung duduk di kursi kayu, tak jauh dari tempat Elleanor Allmora berdiri sekarang.

"Reberta... Kau pulang lebih awal, apa terjadi sesuatu?" tanya Elleanor Allmora meletakkan gembor di atas rerumputan dan langsung ikut duduk di samping Reberta, dengan memangku seekor kelinci putih.

"Iya sayang," angguk Reberta mengusap rambut Elleanor Allmora yang ia kuncir tak beraturan, bahkan beberapa helai masih terjuntai hingga menutupi sebagian lehernya.

"Ada apa? Kau nampak terlihat bingung Berta," tanya Elleanor Allmora yang seketika cemas. Ia tahu jika akan terjadi sesuatu, entah apa lagi kali ini. Hal itu selalu terjadi jika sang tuan muda berada di sana.

"Sepertinya kita akan ke Manhattan bersama tuan muda."

"A-apa?"

"Yah, ini keinginan.. "

"Keinginannya lagi? Kenapa... "

"Selamat sore Azurri," sapa Ethan Sharos yang tiba tiba muncul dari sana dengan seikat kembang liar di tangannya. Bahkan pria itu tidak pernah berubah, selalu menghadiahi Elleanor Allmora seikat kembang tiap kali akan bertemu. Dan biasanya ia akan menyertakan satu tangkai daun semanggi berdaun empat, sebab Ia tahu jika Elleanor Almorra sangat menyukai semanggi.

* * * * *

Bersambung...