Chereads / VINCENZO_ELLEANOR / Chapter 6 - I miss Hir

Chapter 6 - I miss Hir

Beruntung ada Ethan Sharos yang menangkap tubuhnya di sana, dan membawanya berenang ke tempat yang aman.

Dan Vincenzo Squire yang berusaha untuk kembali meraih batang pohon, sebelum tiang jembatan itu patah dan menghanyutkannya. Bahkan lekas menghilang, saat merasa Elleanor Almorra baik baik saja, meski rasa marah dan cemburu seolah ingin membuatnya menghancurkan semuanya.

Hingga di situlah awalnya. Usai badai berlalu, dan Elleanor Allmora mendapatkan perawatan dari Dokter, dan semuanya membaik, Vincenzo Squire memutuskan untuk tidak menginjakkan kaki di villa itu lagi. Saat badai berlalu, di keesokan paginya. Vincenzo Squire pergi, bahkan tak pamit kepada Reberta dan Celio, hingga Alysse sendiri merasa bingung, saat Vincenzo Squire minta untuk kembali ke Manhattan saat itu juga.

"Kau bahkan mempertaruhkan nyawamu demi menyelamatkan Buddy, oh Tuhan Vincent, bahagia jika arus itu menyeretmu? Lagi pula, mengapa membiarkan Buddy di pondok?" omel Alysse malam itu, saat mendengar perkataan Vincenzo Squire yang mengatakan jika Buddy-lah alasannya hingga nekat berlari keluar menembus badai.

"Maafkan aku, aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu kepada Buddy." balas Vincenzo Squire. Sedang Celio dan Reberta masih terdiam di sana dengan perasaan bersalah. Bahkan saat Elleanor Allmora sedang butuh perawatan pun, mereka tidak bisa mendampingi. Itulah alasan Vincenzo Squire meminta untuk kembali ke Manhattan pagi itu juga.

Menyembunyikan luka di lengannya juga sakit di hatinya. Ia benar benar sudah berhasil membuat Elleanor Allmora membencinya. Bahkan saat gadis itu bertanya apakah ia membencinya, Vincenzo Squire tak bisa menjawab itu, sebab sedikitpun ia tidak pernah benar membenci gadis itu, ia hanya terus merasa cemburu dan tak menyukai jika Elleanor Allmora terus bersama Ethan Sharos. Kendatipun Ethan Sharos hanyalah teman dan guru les gadis itu.

Guk... Guk...

Suara gonggongan Buddy seketika membuyarkan lamunan Vincenzo Squire. Mengingat kisah beberapa tahun lalu cukup membuatnya merindukan sosok Elleanor Allmora. Entah sudah sebesar apa gadis itu saat ini, ia bahkan membayangkan jika Elleanor Allmora akan tumbuh menjadi seorang gadis cantik, mengingat saat berusia 8 tahun, aura cantik gadis itu sudah terpancar. Namun jika mengingat kembali perkataan Mozha Filippo yang mengatakan jika Elleanor Allmora tumbuh menjadi gadis biasa, cukup membuat Vincenzo Squire yakin jika itu benar, sebab selama ini Mozha Filippo tidak pernah berbohong padanya. Hingga Vincenzo Squire mempercayai, jika Elleanor Allmora bisa seperti itu karena tidak merawat diri.

Dan sejak insiden badai di malam hari yang berakhir Celio dan Reberta mendapatkan hukuman karena di anggap lalai menjaga Elleanor Allmora, gadis itu bahkan tak pernah mau kembali ke Villa, meski suasana pondok kacau balau usai badai.

Elleanor Allmora lebih memilih untuk tetap di pondok, dan mengurung diri di sana. Keluar seperti biasa, dengan pengawasan Celio, dan juga Ethan Sharos yang selalu menemani. Tentu saja tanpa sepengetahuan Vincenzo Squire. Bahkan ia sudah memberikan perintah untuk tidak membiarkan Elleanor Allmora kemanapun. Jadi semua aktifitas  Elleanor Allmora di lakukan di sekitar pondok saja. Termasuk belajar, memanah, dan aktivitas lain. Bahkan Mozha Filippo rela membangun beberapa gedung sebagai tempat yang di gunakan untuk melakukan aktifitas apapun yang di butuhkan, dan tentu saja atas perintah Vincenzo Squire yang membeli semua lahan di sana. Meski suasana pondok masih terjaga kealamiannya. Bahkan mereka tak menebang satu pohon pinus pun di sekitar pondok.

Melipat lutut di atas rerumputan, Vincenzo Squire mengusap kepala Buddy. "Apa kau juga merindukannya Buddy?" tanya Vincenzo Squire.

Guk... guk...

Sahut Buddy yang menandakan jika ia juga merindukan sosok Elleanor Allmora. Bahkan saat mengingat itu semua, perasaan Vincenzo Squire bisa berubah seketika, menjadi bahagia dan merindu. Namun jika mengingat ada sosok Ethan Sharos di samping Elleanor Allmora, hati dan perasaan Vincenzo Squire kembali di selubungi kabut awan hitam, hingga menimbulkan amarah dan rasa cemburu. Bahkan sempat berfikir untuk kembali memindahkan Elleanor Allmora, agar gadis itu tak dekat dengan siapapun. Ia bahkan lebih bahagia melihat gadis itu sendiri. Dan itulah sikap egois dari seorang Vincenzo Squire.

"Apa pria itu sudah berhasil mendapatkan hati Clementi? Bagaimana menurutmu Buddy? Haruskah kita menemuinya?" tanya Vincenzo Squire lagi.

Guk.. guk..

"Kau setuju? Baiklah, setelah mendapatkan cuti dari perusahaan, kita akan mengunjunginya." balas Vincenzo Squire tersenyum dengan satu sudut bibir terangkat ke atas.

Tidak ada yang berubah dari Vincenzo Squire, selain wajah yang semakin terlihat sempurna, sikap Vincenzo Squire masih sama. Dingin, tak memiliki empati, acuh tak acuh dan nampak tak perduli dengan sekitar. Di tambah lagi saat ia harus memikul tanggung jawab besar saat Charles Beall ayahnya, memberinya sebuah perusahaan milik keluarga besar Osvaldo sebagai pria pusaka dan ahli waris di keluarganya Osvaldo di usia yang masih menginjak 23 tahun.

Masih sangat mudah untuk menjadi seorang CEO. Namun otak dan kecerdasan Vincenzo Squire membuatnya mampu menjalankan perusahaan tersebut, meski sikapnya membuat semua orang sungkan bahkan enggan dekat dengannya. Namun beruntung, ada Mozha Filippo di sampingnya. Charles Beall bahkan sudah menunjuk pria itu menjadi wali Vincenzo Squire. Wali yang selalu sabar menghadapi sikap dan tingkah liar dan extrem dari Vincenzo Squire.

"Tuan muda, saatnya menghadiri rapat," ucap Mozha Filippo yang tiba tiba muncul di sana. Bahkan langsung melipat lutut dan ikut mengusap kepala Buddy.

"Baiklah," angguk Vincenzo Squire tanpa penolakan, dan jelas hal itu membuat Mozha Filippo sedikit terkejut, sebab tak biasanya Vincenzo Squire langsung mengiyakannya.

"Aku akan menunggumu beberapa menit lagi," balas Mozha Filippo nampak riang, sebab kali ini Vincenzo Squire tidak mempersulitnya seperti biasa.

"Tunggu!! Mozha.. " panggil Vincenzo Squire masih mengusap kepala Buddy, sedang Mozha Filippo langsung menghentikan langkah dan berdiri di balik punggung Vincenzo Squire.

"Iya tuan muda, kau perlu sesuatu?" tanya Mozha Filippo mulai was was.

"Aku ingin mengunjungi Supai," balas Vincenzo Squire setelah beberapa tahun. Akhirnya ia menyebut nama Supai, dan tentu saja hal itu cukup mengejutkan bagi Mozha Filippo.

"Apa Anda serius?" tanya Mozha Filippo saat Vincenzo Squire beranjak dan berdiri tepat di hadapan Mozha Filippo.

"Yah, aku serius." angguk Vincenzo Squire. "Sejujurnya, aku ingin melihat gadis itu. Bagaimana kabarnya sekarang? Sudah beberapa tahun, dan aku penasaran seperti apa dia sekarang?" lanjut Vincenzo Squire.

"Seperti yang pernah saya katakan tuan, nona muda Clementi tumbuh menjadi gadis yang biasa. Mungkin kau tidak akan tertarik padanya," balas Mozha Filippo, mengingat jika Vincenzo Squire selalu di kelilingi gadis gadis cantik, bahkan di jadikan pacar olehnya. Hingga Mozha Filippo terkadang hanya bisa menggeleng, saat melihat Vincenzo Squire yang terus menggonta-ganti pasangan di tiap harinya.

"Yah aku tahu, aku hanya ingin melihat gadis yang biasa. Aku bosan di kelilingi gadis dengan wajah yang hampir sama. Apa mereka melakukan bedah wajah di klinik yang sama?"

"Tuan muda... "

"Aku sangat bosan Mozha,"

* * * * *

Bersambung..