"Yah aku tahu, aku hanya ingin melihat gadis yang biasa. Aku bosan di kelilingi gadis dengan wajah yang hampir sama. Apa mereka melakukan bedah wajah di klinik yang sama?" jawab kembali melemparkan bola keras di balik semak, bersamaan dengan Buddy yang langsung berlari mengambil bola tersebut.
"Tuan muda, mereka semua adalah kekasih anda." balas Mozha Filippo hampir bosan menghadapi semua kekasih Vincenzo Squire yang selalu mencarinya jika tak menemukan Vincenzo Squire, bahkan selalu menagis padanya jika di campakkan oleh Vincenzo Squire.
"Mereka punya batas waktu Mozha!" ucap Vincenzo Squire menyambut Buddy yang langsung menghampiri dengan bola karet di mulutnya. "God job Buddy," Bisik Vincenzo Squire mengusap kepala Buddy.
"Yah aku tahu, tapi Anda tidak akan mungkin terus seperti itu tuan muda,"
"Aku akan berhenti jika sudah saatnya,"
"Kapan Anda akan melakukannya?" tanya Mozha Filippo.
"Entahlah, aku sangat bosan Mozha, aku selalu merasa lelah, meski tak melakukan apapun." kelu Vincenzo Squire yang membuat Mozha Filippo hanya bisa memejam sambil menarik nafas panjang.
"Baiklah, saat usai pengiriman barang, kita akan berkunjung ke Supai, aku rasa Anda butuh mengecek inventory untuk mengiriman tersebut." balas Mozha Filippo yang enggan berkomentar banyak lagi, sebab akan terus mendapatkan jawaban yang sama dari Vincenzo Squire.
"Baiklah, hubungi Selena, aku butuh bantuannya." angguk Vincenzo Squire.
"Tentu saja," balas Mozha Filippo.
"Apa tuan Charles tidak akan berkunjung tahun ini?" tanya Vincenzo Squire lagi.
"Sepertinya tidak tuan," balas Mozha Filippo perlahan sambil mengamati ekspresi Vincenzo Squire yang sesaat terdiam sebelum terlihat mengangguk pelan, sebab lagi lagi mendaptkan jawaban yang sama dari Mozha Filippo.
"Are you okay?" tanya Mozha Filippo perlahan, tak bisa menyembunyikan kekhawatiran.
"Ah... Iya, tentu saja." angguk Vincenzo Squire.
"Apa Anda ingin bertemu dengannya?" tanya Mozha Filippo, sebab sudah hampir dua tahun terakhir ini, Charles Beall belum mengunjungi Manhattan. Pria itu masih sibuk mencari keberadaan Diego Costa yang tiba tiba menghilang, bahkan hingga sampai saat ini. Memburu pelaku pembunuhan istri dan kakaknya Draniella Sumery beberapa puluh tahun lalu.
"Tidak," jawab Vincenzo Squire. Satu-satunya penghuni di panthouse mewah tersebut.
Bahkan sejak Charles Beall meninggalkan mansion mereka di Fifth Avenue, dan memilih menetap di Sleepy hollow farm, desa pribadi milik keluarga Osvaldo, dan Alysse yang kini menetap di Verona karena bekerja di sebuah rumah sakit besar di sana. Vincenzo Squire sendiri memutuskan untuk pindah di Greenwich Village, atau the Village. Daerah pemukiman di Manhattan. berbatasan dengan Broadway di timur, Hudson River di barat, Houston Street di selatan, dan 14th Street di utara. Greenwich Village lebih dikenal dengan nama Washington Square atau Empire Ward. Karena Greenwich Village dulunya adalah desa yang terpisah dari New York, tata letak jalan-jalannya berbeda dari Commissioners' Plan of 1811. Itulah yang membuat Vincenzo Squire tertarik dengan tempat tersebut. Ia bahkan memilih untuk tinggal seorang diri, dan hanya di temani oleh Mozha Filippo dan Buddy. Membiarkan hunian mewah milik keluarganya itu kosong dengan semua kenangan tentang ibunya, juga keluarganya yang sempat harmonis dan sempurna. Namun sekarang menjadi tercerai berai, dan terpisah bahkan menghilang satu persatu.
"Baiklah, bukankah kita akan meeting? Lekaslah." sambung Vincenzo Squire beranjak, dan melangkah meninggalkan Mozha Filippo yang masih berdiri di sana.
Ia cukup tahu, jika Vincenzo Squire sangat kesepian selama ini, meski pria itu tidak pernah mengungkapkannya secara langsung, namun di matanya jelas menggambarkan sosok kesepian yang menyimpan dendam dan amarah. Sosok yang selalu terselimuti awan hitam yang tebal, terpuruk dalam duka karena kehilangan seseorang, dan menderita oleh rasa sakit yang seolah tak berujung. Bahkan Vincenzo Squire sudah tak berniat lagi keluar dari kubangan duka yang menggerogoti jiwanya, seolah menikmati kehidupan gelapnya yang muram dan penuh dengan kesakitan juga kecewa. Dan hal itu sudah biasa baginya.
Tak mencegah seseorang untuk berdiri di sampingnya, namun juga tak melarang mereka untuk pergi. Rasa kehilangan bagi Vincenzo Squire adalah hal yang biasa, bahkan ia tidak akan merasa kehilangan ataupun bersedih. Itulah sosok seorang Vincenzo Squire dan hanya Mozha Filippo yang mengetahuinya.
Guk... Guk...
"Iya Buddy, aku juga tahu. Tuanmu sedang merindukan seseorang saat ini." ucap Mozha Filippo saat mendengar gonggongan Buddy.
"Aku harap ia selalu baik-baik saja. Apa kau juga mengharapkan demikian Buddy" tanya Mozha Filippo yang lagi lagi hanya di balas anggukkan oleh anjing itu sebelum berlari mengikuti langkah Vincenzo Squire masuk ke dalam rumah. Dan Mozha Filippo yang kembali terlihat menarik nafas dalam dan mengambil ponsel di dalam saku celananya.
📞 "Tuan Mozha...??!"
📞 "Tuan muda akan berkunjung ke Villa," ucap Mozha Filippo yang tentu bsaja cukup mengejutkan Reberta.
📞 "B-narkah?" tanya Reberta dari sebrang sana. "Sudah sangat lama tuan, apa telah terjadi sesuatu?"
📞 "Yah," Angguk Mozha Filippo.
📞 "Apa karena nona muda?" tebak Reberta.
📞 "Yah, kau benar Reberta." balas Mozha Filippo memasukkan satu tangan kedalam saku celana, berdiri memandang ke arah hunian luas milik Vincenzo Squire.
📞 "Baiklah, tapi... " kalimat Reberta terhenti di ujung telfon.
📞 "Ada apa Reberta?" tanya Mozha Filippo lekas khawatir.
📞 "Anda tahu sendiri, jika nona sangat... "
📞 "Aku tahu Reberta," potong Mozha Filippo. "Mereka mungkin tidak akan akur. Tapi.... Biarkan mereka bertemu." balas Mozha Filippo.
📞 "Tentu saja, nona muda adalah milik tuan Vincenzo Squire," balas Reberta jelas khawatir di sana.
Mengingat terkahir kali Elleanor Almorra menangis sejadinya usai badai malam itu saat Celio dan dirinya mendapati hukuman dari Vincenzo Squire. Bahkan mengatakan jika sangat membenci Vincenzo Squire dan tak ingin melihatnya lagi. Tanpa ia sadari, jika kehidupannya adalah milik Vincenzo Squire, dan Elleanor Almorra tidak bisa menghindari itu.
📞 "Di mana nona muda?" tanya Mozha Filippo membuyarkan lamunan Reberta di sana.
📞 "Latihan memanah," jawab Reberta nampak antusias.
📞 "Bersama Ethan?" tebak Mozha Filippo, berharap Vincenzo Squire tak memiliki pendengaran tajam dan mendengarnya menyebutkan nama 'Ethan'.
📞 Iya tuan, nona muda tidak memiliki teman lagi selain Ethan." jawab Reberta.
📞 "Baiklah, aku hanya berharap. Ethan tak di sana saat tuan muda ke Villa. Kau tahu akibatnya Reberta." balas Mozha Filippo sekedar memperingatkan, dan ia rasa Reberta sudah tahu akan hal itu.
📞 "Iya tuan, aku akan mengusahakan agar Ethan tak mengunjungi nona muda dulu." balas Reberta.
📞 "Baiklah," angguk Mozha Filippo mengakhiri panggilan telepon. Kembali menarik nafas panjang dengan pandangan yang kembali tertuju ke arah hunian tersebut.
* * * * * *
Bersambung...