"Teman kamu yang kemarin itu, siapa namanya, Rey?" Papa bertanya ketika Reygan sedang mengupas apel untuknya.
Reygan tampak berpikir sebelum menjawab. "Yang mana, Pa?"
"Yang ituu." Papa sengaja menggoda anak lelakinya.
"Yang mana?" Reygan menanggapi dengan serius. Dia sedang berpikir teman mana yang pernah dia ajak bertemu dengan Papa. Reygan memang bodoh. Dia baru ingat, tentu saja Aneska yang dimaksud oleh Papa. "Oh, Anes?"
"Nah, Anes. Kenapa dia nggak main ke sini lagi?" Papa seolah-olah sudah mengenal Aneska lama dan enteng menanyakan kenapa Aneska tidak main lagi. Seakan Aneska terbiasa main ke rumah ini.
Reygan mengangsurkan satu potongan apel. Kedua tangan Papa masih berfungsi dengan baik. Hanya saja kedua kakinya sudah lumpuh. Belum total, bisa sembuh kalau Papa rajin terapi. Besok Reygan akan ikut mengantar juga.
"Kamu belum jawab." Papa masih menunggu jawaban rupanya.
"Papa kok tiba-tiba pengen ketemu dia, kenapa?" Reygan memasukkan potongan apel ke mulutnya sendiri.