"Sori, Ri. Gue tadi pagi nggak sengaja dengar percakapan lo dan Anes." Reygan menarik Ari ke lapangan basket sebelum kabur duluan ke kantin, seperti yang sudah-sudah.
Reygan merasa perlu meluruskan banyak hal, sebelum semakin rumit dan berlarut, Dia harus berpikir waras. Jika dibiarkan berlarut, dia juga kasihan dengan Aneska.
Mereka membiarkan Kiki dan Adit melanjutkan langkah ke kantin dengan penuh pengertian.
Ari diam saja.
"Oke, gue tahu perasaan lo gimana. Dan gue juga tahu gimana perasaan Anes." Reygan segera meralat. "Bukan. Ini bukan tentang Anes yang suka sama gue."
Ari membiarkan Reygan menjelskan. Dia tidak menyela.
"Rasanya gue pengen benturin kepala ke tembok pas Anes bilang suka sama gue. Bisa-bisanya."