" Dira wait me"sapa Aulil sahabat Dira. Aulil Raharja adalah mahasiswa fakultas kedokteran, kaya, cantik, cerdas dan menarik. Aulil lah yang merekomendasikan Dira bekerja di Resto milik pamannya.
"Wihhh kamu sudah menzolimi makhluk paling imut yang pernah ada di dunia.kejamnya!" Aulil memperhatikan Box transparant milik Dira.
dira hanya terdiam.kali ini dia menyiapkan puing puing senjata andalannya di depan Pak Soni karena terlambat mengumpulkan tugas.... memohon!
"Kau pikir mata kuliah ku bank perkreditan mahasiswa,bisa kau cicil mundur?"
"Saya tidak punya uang pak!baru kemarin di pinjami Kemal. Pengen pinjam bapak tapi saya tidak berani pinjam uang pak."Dira berusaha mengubah dirinya menjadi manusia paling lemah sedunia.dan dia berhasil.
Pak Soni menerima tugas dan laporannya.Dira sedikit bernafas lega. Paling tidak satu tugas kuliahnya sudah beres, berkat bantuan Kemal. Namun ada 5 mata kuliah lain yang sama beratnya yang harus dia lalui. Membeli kadaver untuk praktek adalah hal yang paling mengerikan yang harus dia hadapi.
Gajinya satu tahun pun di resto Bebek Bestari belum tentu nyampe untuk praktek mata kuliah anatomi 2 ini. Walaupun biaya nya ditanggung ber enam tetaplah jatuhnya sangat berat untuk seorang Dira yang notabene keluarganya hanyalah pensiunan pesuruh yang uangnya hanya cukup untuk makan. Namun di terima di fakultas kedokteran tanpa tes melalui jalur Rapor adalah prestasi Dira yang sudah diliriknya sejak duduk di bangku sekolah menengah.
"Bengong aja Dir!" sapa Kemal. "eh Mal, trimakasih ya uangnya. Bulan depan aku bayar ya!"Dira menundukkan pandangannya.
"Udah pakek aja dulu"jawab Kemal. Baginya uang memang tinggal minta. Orang tua Kemal memiliki ladang sawit yang sangat luas di Kalimantan. Uang selalu datang tanpa di minta. Satu ruangan kost Kemal senilai 3 juta sebulan lengkap dengan gym dan kolam renang.
"Ada apa apa cerita aja Dir, jangan diem di simpan sendiri. Kadavermu udah aku bayari, tapi ingat…. Utang itu yaa!"
Dira terdiam, kemudian mulai berkaca-kaca melihat wajah polos Kemal." Kamu kok baik banget sih Mal?" Dira menatap Kemal dalam dalam. Kemal termasuk lelaki kren di kampus dengan rekor penggemar yang lumayan banyak. Wajahnya santai dengan postur tubuh tegap berkulit sawo matang dengan rambut sebahu di ikat rapi lebih mirip seniman dari pada calon dokter.
"Ye enak aja, ada syaratnya tuh, gak gratisan!" jawab Kemal datar
"apaan tu Mal?" tanya Dira
"Yaa seperti biasa… bantuin aku jelasin mata kuliah yang aku gak paham."
Dira mengernyitkan dahinya…"hemm memiliki mahasiswa kayak kamu itu berat Mal"!
"Plis dong Dir. Nanti aku bawakan sarapan tiap pagi deh."Kemal memelas. Dira pura pura menikmati kemenangannya. "Aku kaji ulang permintaanmu dulu deh." Jawab Dira sambil tertawa. Kemal ikut tertawa lepas.
"Pasangan yang serasi!" Lan melihat Dira dari kejahuan. Niatannya mengembalikan uang sepuluh ribu ditahannya saat melihat Dira asik tertawa bersama Kemal. Siapa yang tidak jatuh hati pada Dira. Dia terlalu sempurna untuk di tolak. Dan siapa yang tidak jatuh hati pada Kemal. Dia terlalu keren untuk tidak diterima. Ada desiran kecewa atau iri atau entah apa namanya di hati Lan. Dira dan Kemal adalah aktivis kampus yang sering digadang-gadang oleh adik tingkat. Pamornya tinggi dengan rating follower mencapai puluhan ribu. Belum sempat Lan meninggalkan ruangan BEM.
"Gembel! Tunggu. Ngapain masuk ke ruangan ini?ga ada receh, adanya ribuan nih!" suara Aulil dari luar membuatsemua mata tertuju pada Lan.
"Aku ingin mengembalikan uangnya Dira!" Lan menuju ke kursi tempat Dira duduk." "Terimakasih!" Lan meletakkan uang sepuluh ribuan di meja Dira. Wajahnya tenang bercampur dingin.
"Ga us.." belum sempat Dira menjawab. Lan sudah beranjak pergi meninggalkan ruangan itu.
" Lil lain kali ga usah panggil dia gitu dong!"pinta Dira pada Aulil
" Lah… nama dia kan emang Gem… bel!salah ya???"Aulil menutup mulutnya menyadari kesalahannya.
"panggil dia Lan!itu namanya."jawab Dira dengan penekanan.
"Namanya Harlan kalo ga salah! Anak Hukum semester akhir."Kata Kemal sambil mendekati Aulil.
"Oh Harlan... Harlan.. Harlan…Ok Ok!" gumam aulil sambil mengingat ingat nama itu agar tidak seenaknya memanggil.
Dira menatap Kemal. "Jadi namanya Harlan, anak hukum semester akhir." Batin Dira.
"Bengong lagi ih!HP nya bunyi tuh!"Kemal menepuk pipi Dira. Menyadarkan Dira dari rekaman semalam saat di angkringan.
Dari pak Santoso!" Dira mengangkat telepon dari Dekannya. Yang terdengar hanya kata baik dan siap dari mulut Dira. Semua yang ada di ruangan itu terdiam menunggu Dira menutup telepon. " Perwakilan dari kita ke Jakarta minggu depan acara seminar dengan Kemendikbudristek." Dira menatap semua temannya yang awalnya menyimak kata-katanya, setelah kalimat Dira selesai semua pura-pura sibuk dan tidak memperhatikan Dira.
"Aulil.."
" sebentar sebentar nyokap telpon nih kayaknya penting, sebentar ya Dir!" tiba tiba Aulil sibuk dengan gawainya dan meninggalkan ruangan."
"Kem.."Dira menatap Kemal ragu.
"Aku kasih kau uang saku berangkatlah ke Jakarta menggantikan kami yaa." Kemal mengeluarkan dompetnya dan memberi Dira uang satu jepitan.Kemal nampak gemetar,halaman pikirannya terbuka pada tahun lalu dirinya di cerca pertanyaan oleh banyak mahasiswa dan para pakar pendidikan.
Dira paham betul sahabatnya satu ini paling takut bila ditanya di depan umum, apalagi di depan orang orang penting." Tapi Aulil, dia harusnya mau menerima tawaran ini". Gumam Dira. "Kenapa Aulil menolaknya? padahal dia sangat ingin ke Jakarta?" Bayangan Aulil sudah tidak nampak,tapi di otak Dira, gadis cantik itu memenuhi semua pikirannya.
"Semangat Dira. You can do it!" Kemal menepuk Dira. Pandangan Dira jauh entah kemana. Antara tugas kuliah yang menggunung dengan deadline, keuangan keluarga dan tugas kampus sebagai Ketua BEM."Paling juga dua hari doang!" tambah Kemal. Dira berusaha tersenyum kuat. Di hitungnya uang dari Kemal." Kebanyakan nih!"kata Dira sambil mengembalikan beberapa lembar. namun di tolak Kemal
"Woy, aku nitip Monas dan tas di tanah abang!kau kira itu uang buatmu semua?"Kemal mengunci ruang BEM yang sudah sepi menyisakan dia dan Dira. Pikiran Dira larut dalam hitungan nominal jutaan pinjamannya ke Kemal yang harus dia kembalikan bulan depan.
"Harlan Kalimasada! Persiapkan baju mu untuk acara dengan kemendikbudristek Minggu depan." Suara Rektor menggelegar di fakultas hukum. Semua melihat ke Lan. Lan mengiyakan permintaan Rektornya. "Pake bajuku Lan. Jangan Khawatir!" kata teman Lan membuyarkan kecemasan Lan.
Sebuah pertemuan dua insan yang berbeda status sedang dirajut melalui kebetulan yang di ukir oleh Sang Pencipta. Tragedi besar menunggu kehidupan Madira Pambayun dan Harlan Kalimasada.