Begitu Kirana keluar dari kamar, suara Gama menggelegar memanggil penjaganya.
Sukma yang sebenarnya masih ada di sana pun menampakkan diri. Dia membungkukkan badan dengan sebelah tangan menyilang di dada.
"Kamu tahu Kirana ada di sini, kan?" tanya Gama dengan sorot mata berapi-api.
"Nona Kirana datang tepat saat Tuan menimpali ucapan saya," ujar Sukma dengan ekspresi tenang andalannya.
"Dan kamu diam saja?! Brengsek kamu, Sukma!" Gama melempar apa-apa yang ada di dekatnya. "Liat! Gara-gara kamu dia marah."
"Nona Kirana marah? Saya rasa itu nggak mungkin. Anda-lah yang sekarang sedang marah."
Gama mengangkat telunjuknya. "Kamu—" Dia urung memaki dan kembali menurunkan tangannya yang mengacung. Percuma juga dia marah sekarang. "Argh! Pergi kamu!" usirnya, lantas menarik selimut tinggi-tinggi.
"Saya sarankan Anda belajar jujur dengan perasaan Anda agar tidak merugikan diri sendiri."
"Aku bilang pergi!" sentak Gama kesal.