Chereads / SWITCH LIFE / Chapter 46 - Sebuah Kebodohan

Chapter 46 - Sebuah Kebodohan

Luo terus saja tersenyum sembari menatap Agatha yang kini berada di hadapannya. Luo tidak ingin melewatkan kehadiran Agatha di sisinya, Rei alias Agatha yang merasa risih dengan tatapan Luo hanya bisa bergerak gelisah. Tatapannya tanpa arah, melupakan penampilan Luo yang hanya berbalut handuk di pinggangnya. Memamerkan tubuh bagian atasnya yang indah.

"A-apa kamu sudah makan?" tanya Rei gugup,

"Tidak. Aku tidak memerlukan apapun selain kamu" jawab Luo yakin dan membuat Rei menatap Luo.

"Apa? Kamu kira aku makanan? Sejak kapan kamu kanibal?" cecar Rei yang kini mencoba menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya. Merasa miris dengan jawaban Luo yang tampak menakutkan baginya. Katakan saja, jawaban Luo membuat Rei merasa takut dan tercengang.

'Bagaimana bisa seseorang bertahan hanya dengan meminum alcohol dan menghisap rokok? Apakah ada kandungan karbohidrat di dalamnya?' tanya Rei dalam hati.

Pertanyaan Rei membuat Luo tergelak. Tidak percaya jika kekasih sekaligus tunangannya akan mengatakan hal itu ke padanya,

"Bukan itu maksud ku. Aku hanya tidak merasa lapar" jawab Luo jujur,

"Lalu, apakah alcohol dan rokok bisa menghilangkan rasa lapar kamu? Jujur saja, aku merasa pengap berada di ruangan ini saat semua masih berantakan di sini" tunjuk Rei pada tempat di mana Luo menghabiskan waktunya dengan merokok dan minum.

"Ah! Itu. Aku hanya mencoba melupakan masalah ku"

"Aku kira kamu akan mencari aku"

"Aku sudah mencoba-nya. Tapi Naraka dan Aheng menghalangi aku" ungkap Luo,

"Bagaimana bisa mereka membiarkan kamu pergi, jika kondisi kamu memprihatinkan seperti ini? Kantung mata yang menghitam, wajah yang tirus dan pucat, bibir yang kering, tatapan mata sayu seperti makhluk yang tidak ingin hidup. Aku melihat kamu seperti sosok Amoeba saja!" celoteh Rei membuat Luo merasakan kata-kata kekasihnya itu bagaikan panah yang menusuk seluruh tubuhnya. Tidak sakit. Hanya bisa menghilangkan rasa percaya diri yang dia bangun saat di dalam kamar mandi. Dia merasa dirinya baik-baik saja dan tampan.

"Kamu bilang aku seperti apa?" tanya Luo meminta Rei alias Agatha mengulang perkataannnya.

"A-MOE-BA!"

"Aku tidak pernah mendengarnya"

"Aku rasa kamu tidur saat pelajaran Biologi di kelas mu"

"Hei! Apa kamu mengatakan jika aku bodoh!"

"Tidak. Aku tidak punya keberanian untuk mengatakan hal itu. Tapi, tidak ada salahnya jika kamu sadar diri lebih cepat"

"Hei! Agatha Gianina, bukankah sedikit keterlaluan jika kamu mengatakan aku bodoh hanya karena masalah amoeba itu?"

"Tidak, karena itu sama saja kamu mengungkapkan apa yang kamu lakukan selama aku tidak ada itu sama hal-nya seperti kamu tidak tau apa itu Amoeba"

"Astaga! Ini benar-benar serius! Kamu mengatakan hal itu tanpa merasa bersalah kepada ku?" tanya Luo yang kini berdiri dengan posisi tangan yang berada di pinggangnya.

"Untuk apa? Kamu kan mengaku dengan sukarela. Aku tidak mengatakan hal itu"

"Tapi kamu memancing aku untuk mengakui kebodohan yang aku lakukan"

"Tu kan! kamu ngaku sendiri kalau kamu bodoh. Bukan aku, yang mengatakan hal itu kepada kamu. Kamu hanya dengan sukarela mengatakan hal itu di hadapan aku" tandas Rei membuat Luo mengusap wajahnya kasar.

Rei tersenyum. Dia berhasil membuat Luo-nya kembali.

"Hei! Kenapa kamu sekarang tersenyum? Kamu sedang menertwakan kebodohan yang aku lakukan? Benar kan?" cecar Luo yang kini menatap Rei yang tengah menutup mulutnya menahan tawa. Reflek Luo, mengakat tubuh Agatha dan menundudukkan Agatha di atas sebuah meja, tempat Luo meletakkan berbagai aksesorisnya.

"A-apa yang kamu lakukan? Turunkan aku!" pinta Rei yang kini merasa takut dengan tatapan Luo,

"Kenapa? Bukankah Amoeba tidak sekuat aku? Bahkan dia hanya sebuah makhluk hidup dengan satu sel. Bentuknya saja tidak jelas!" ungkap Luo membuat Rei menelan ludahnya secara kasar,

"Ba-baiklah. Aku salah. Aku minta maaf." Sesal Rei,"bagaimana, jika kamu turunkan aku terlebih dahulu?" tanya Rei yang kini mencoba bernegosiasi dengan Luo, yang tampak tak bersahabat saat ini.

Luo mengangkat satu sudut bibirnya,"terlambat, karena kamu sudah di sini dan membuat aku marah" bisik Luo. Rei yang merasa terintimidasi dengan tingkah Luo mendorong tubuh Luo dan mencoba turun dari meja dnegan usahanya sendiri, sayangnya semua tidak berjalan dengan baik. Luo menahan langkah Rei dan membuat Rei tetap berada dalam kuasa-nya.

"Kamu!" tunjuk Rei, membuat Luo menahan tangan Agatha dan menggenggamnya erat,"lepas! Aku mau keluar dari sini sekarang!" pinta Rei membuat Luo mengeglengkan kepala-nya.

"Tidak semudah itu. Aku tidak ingin berpisah dengan kamu hari ini. Lagian, pintunya dikunci dari luar. Kita harus menunggu Naraka datang dan membukakan pintu-nya untuk kita"

"Kamu bisa menelfonnya"

"Ponsel ku ada di luar" dusta Luo, faktanya ponsel Luo berada di bawah bantalnya dalam keadaan mati. Karena Luo tidak mengisi daya batre-nya dari dua hari yang lalu.

"Kamu apsti punya kunci cadangan. Setiap kamar pasti ada kunci cadangannya, aku akan mencoba mencarinya di laci-laci kamar kamu"

"Tidak ada. Aku lupa meletakkannya dimana, kita tidak punya pilihan lain selain menerima keadaan" sahut Luo yang kini memanfaatkan keadaan yang berpihak ke padanya. Naraka akan mendapatkan bonus besar bulan ini.

"Hah! Seharusnya aku tidak kembali dan mengikuti apa yang Naraka katakana. Aku tampak bodoh sekarang" omel Rei membuat Luo tersenyum dan menang.

"Benarkah? Aku merasa tersanjung saat ini"

"Gila!"

"Aku memang gila. Gila karena terlalu mencintai kamu, Agatha" bisik Luo yang kini menyerang Rei alias Agatha dengan melumat bibirnya.

Lumatan bibir Luo terasa dingin, sekaligus hangat. Rei tidak dapat menolak apa yang Luo lakukan, karena sejujurnya dia sangat merindukan Luo, cinta pertama-nya. Katakan saja Rei serakah, menginginkan apa yang seharusnya bukan miliknya. Lumatan bibir Luo semakin dalam, membuat lidahnya mendesak untuk masuk ke dalam rongga mulut Agatha. Merasakan hangatnya mulut Agatha yang menjadi candu yang dia rindukan dan dia dambakan akhir-akhir ini.

Rei yang hanyut dalam ciuman hangat yang Luo berikan, meletakkan tangannya pada pinggang Luo. Merasakan tubuh indah Luo yang masih terekspose nyata di depannya.

Tiba-tiba pikiran Rei kosong, semakin hanyut dengan apa yang Luo lakukan. Mereka berdua saling menyalurkan kerinduan masing-masing. Menikmati apa yang mereka berikan untuk kekasih mereka, melupakan masalah kecil yang mencoba memisahkan mereka berdua. Tanpa mereka sadari, lubang kunci kamar Luo bergerak. Suaranya teredam dengan decakan bibir mereka berdua. Membuat Naraka tak menyadari kesalahan besarnya yang menghilangkan niat Luo memeberikan bonus besar padanya bulan ini.

"HOLA!!! APA KALIAN BERDUA SUDAH BAIKAN?" tanya Naraka setengah berteriak, teriakan Naraka membuat Agatha alias Rei mendorong tubuh Luo dan menghentikan ciuman panas yang seharusnya berkelanjutan. Luo yang mendapatkan hal itu menggeram, menahan rasa kesalnya ke pada Naraka.

Naraka yang menyadari kesalahannya. Segera menutup pintu kamar Luo dan berteriak dari luar,"AH! AKU SALAH MASUK KAMAR. SORRY. SILAHKAN DILANJUTKAN DENGAN DAMAI" katanya membuat wajah Rei merah padam dan bersembunyi di balik dada bidang Luo.